TUJUH | •

6.8K 1.1K 142
                                    

Jaehyun masih terdiam di pantry kediaman Jung itu, menyender di lemari pendingin dengan posisi terduduk. Dengan lampu di setiap sudut rumah yang telah padam, dia masih diam dengan posisi semula. 30 menit lagi, tepat tengah malam. Namun, sulung Jung itu belum beranjak menuju peraduannya.

Matanya memicing, ketika dari atas sana terlihat cahaya kecil yang menyala. Lalu kemudian, satu persatu lampu menuju lantai yang didiaminya tampak mulai terang. Dari arah tangga, dapat dilihatnya adiknya turun dengan rambut acak-acakan.

Namun, fokus Jaehyun bukanlah Younghoon dengan wajah kantuknya. Namun, seseorang yang berada dalam gendongan adiknya itu.

"K-kau belum memulangkan Taeyong hingga selarut ini?" dia berusaha menahan nada suaranya, dia tidak mengerti. Hanya saja dia merasa tidak suka, Jaehyun pikir itu karna adiknya masih bermain dengan tetangga mereka ini hingga larut malam atau karena Taeyong yang tertidur di kamar adiknya itu?

"Kunci saja pintu, aku akan menginap di rumah paman lee," Younghoon mengabaikan pertanyaan Jaehyun, dan terus berjalan menuju pintu utama.

"PULANG! SETELAH KAU MENGANTARKANNYA, KAU HARUS PULANG!" Suara Jaehyun menggema di keheningan malam.

"Apa masalahmu?" Itu Younghoon yang tengah berbalik dan saling bersitatap dengan Jaehyun.

"Kau—kau tidak bisa menginap sembarangan! Ayah akan memarahimu, dan pasti kau akan tidur di kamar Taeyong." Jaehyun berusaha menatap ke arah lainnya, mencari pembenaran atas kata-kata yang dilontarkannya.

Younghoon menyeringai,

"Aku menginap dirumah paman lee, yang hanya berjarak 100 meter dari rumah. Dan lagi, aku dan Taeyong adalah lelaki." Younghoon memperbaiki tidur Taeyong yang agaknya sedikit terganggu dengan omongan dua laki-laki berbeda usia itu.

"KAU!KALIAN BERBEDA POSISI!"

Taeyong terbangun karena bentakan keras Jaehyun, suara berat milik Jaehyun yang menggema di seluruh penjuru rumah, berhasil mengganggu tidurnya.Taeyong mengerjap bingung dan menyentuh dada Younghoon untuk mengalihkan atensi temannya itu.

Semua itu tidak luput dari mata Jaehyun. Yakni ketika Younghoon tidak mengidahkan maksud Taeyong, lalu berakhir dengan Younghoon yang menyamankan gendongannya dan Taeyong yang pasrah menjatuhkan kepalanya semakin dalam di dada Younghoon dalam posisi bridal style dan kembali tidur karna dia masih belum sadar apa yang terjadi. Younghoon terkekeh melihatnya.

Setelahnya, Younghoon kembali menatap ke arah Jaehyun dan memasang wajah datarnya.

"Tau apa kau soal posisi hyung, bukannya kau sangat straight sekali?"

Ah ya, Jung Jaehyun yang sangat straight sekali.

"Apa yang kau lakukan anak nakal?!" Nyonya Jung berjalan mondar-mandir di kamar si sulung Jung, masih asik mengganti kompres di kening Jung Jaehyun yang tengah meringkuk di atas ranjang miliknya.

"Aish! Aku bisa gila, kenapa disaat genting seperti ini semua orang sulit dihubungi?" Sebelah tangan nyonya Jung itu asik mengotak-atik ponsel mahal miliknya.

"Pergilah ibu, aku baik-baik saja," dia menatap ibunya dengan pandangan sayu.

"Tidak jae.."

"Percayalah aku baik-baik saja." Sepasang ibu dan anak itu masih asik berdebat. Seketika nyonya Jung tersenyum, aku akan menelfon menantuku Taeyong—batinnya geli.

Sekali lagi Jaehyun memperhatikan apa yang dilakukan ibunya yang cerewet itu, dia menaikkan sebelah alisnya. Curiga berlebihan mungkin tidak baik, tapi ibunya memang patut diwaspadai.

"Halo Taeyongie sayang," ibunya tersenyum senang, lalu menyentuh pada layar bagian Loudspeaker.

"Iya bibi jung?"

Jaehyun membolakan matanya melihat tingkah ibunya, apa-apaan ini?! Lebih baik Joy yang merawatnya daripada bocah SMA yang sangat menyebalkan itu.

"Bibi mohon kemarilah, Bantu bibi Merawat Jaehyun Hyungmu. Bibi ada urusan mendadak mendampingi pamanmu," Jaehyun semakin kalang kabut mendengar perkataan ibunya itu.

"Baik bibi, Taey—"

"Tidak perlu ibu! Aku bisa menjaga diriku sendiri, kalau memang perlu lebih baik Joy saja!"

"Tidak bisa, Joy tidak bisa memasak bubur untukmu bodoh!"

"Aku tidak perlu makan kalau dengan Joy i—"

"B-begitu ya hyung, tidak apa-apa. Cepatlah sembuh, bibi juga hati-hati. Hehehe,"

Ttutt ttutt ttutt

Ibunya menghela nafas lelah, menatap dalam ke mata Jaehyun. Jengah dengan tingkah kekanakan anaknya, dia beranjak dari ranjang puteranya yang sangat keras kepala itu. Apa salahnya jika Taeyong yang membantu, padahal Taeyong tampak tidak keberatan.

"Kau bisa mengurus dirimu sendiri katamu kan? Ibu sudah memanggil doktermu, telfonlah siapapun yang bisa menemanimu. Ibu pergi kalau begitu," dia mengusap kepala anaknya dan berlalu pergi.

Jaehyun masih memperhatikan kepergian ibunya, dia berpikir apa dia menelfon Younghoon saja?

Jangan mengangguku, aku sibuk.

Dia malah membayangkan wajah datar Younghoon berkata seperti itu, apa Joy saja? Dia tersenyum sebentar lalu langsung menghubungi pujaan hatinya itu.

Nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan.

Dia mendesah kesal, kepalanya semakin berat dan tubuhnya terasa lebih panas. Matanya berair, dia juga susah bernafas. Untuk menarik selimutnya saja, dia harus berjuang penuh.

Dia akan meletakkan ponselnya ke atas nakas, namun sebuah pesan masuk. Dia segera membuka pesan yang belum dibaca tersebut.

Dokter park sedang ada urusan, kurasa kau harus berusaha sendiri mencari obatmu. Ibu menyayangimu

Dia menarik selimutnya hingga keatas kepala, tidur seharian mungkin akan membuatnya lebih baik.

Jaehyun terbangun karna merasakan pergerakan di keningnya, perlahan mencoba membuka matanya. Dia sedikit terkejut melihat seseorang di hadapannya.

"Taeyong?"

Taeyong mulai membantu Jaehyun untuk duduk bersandar di kepala ranjang, memperbaiki selimut Jaehyun dan berusaha menjangkau gelas berisi air di nakas.

"Minumlah hyung, kau tertidur sangat lama. Aku sedang berusaha mencari makanan untukmu."

Jaehyun memperhatikan laki-laki cantik didepannya, hatinya sedikit terenyuh. Padahal jelas dia sudah menyakiti hatinya dengan menolaknya tadi, bukan hanya tadi sebenarnya.

"K-kenapa kau tidak memasak saja?"dia bertanya dengan canggung.

Taeyong mengalihkan pandangannya ke arah Jaehyun, menampilkan cengiran lucunya yang menampakan gigi kelinci menawannya.

"Masakanku tidak seenak itu Hyung, hanya Younghoon yang mau menelannya kurasa. Kau juga tidak mau kan seperti katamu saat itu?"

Tbc

TOO LATE [JAEYONG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang