Five

6 5 0
                                        

Tubuh mungil gadis cantik ini sedang berbaring di atas kasur. Pejaman mata yang dalam bertujuan merilex-kan di barengi tarikan nafas panjang. Hembusan angin karena nafasnya terdengar mengeluh.

Matanya sudah terbuka, menatap langit-langit putih di kamarnya. Setelah beberapa detik, tubuhnya tergerak untuk bangkit dari baringannya dan duduk di tepi kasurnya.

Matahari senja yang mengintip dari balik jendela, menarik perhatiannya. Ia pun berjalan mendekati jendela, dimana si jingga tengah mengintipnya sedari tadi.

"Kamu ngapain disana?" Katanya dalam hati berharap yang di tuju mendengar.

Pandangannya beralih pada meja belajar berwarna putih yang ada disebelahnya. Disana terdapat sebuah handphone diatas tumpukan buku-buku.

Diraihnya ponsel itu dan menggeser kesebelah tumpukan buku-buku. Sekarang yang di raihnya adalah sebuah buku berkunci berwarna coklat muda bermotif bunga mawar yang hanya setangkai. Buku harian.

Tangan kirinya memegang buku harian itu, sedangkan tangan kanannya membuka laci meja belajar yang tepat di bawah tumpukan buku itu. Dan mengambil sebuah kunci kecil.

Kunci itu sudah di cocokkan ke gembok yang ada di buku diary itu. Lembar demi lembar telah di buka, hingga pada halaman kesekian ia menghentikan membuka lembaran selanjutnya.

Kertas kilat di bagian depan yang berisi wajah seorang gadis dan lelaki terpampang disana. Jemarinya mengusap-usap lembut foto itu. Senyum tipis terukir di bibirnya.

Drrttt.. drrttt
Dering ponsel diatas meja dengan mode getaran terdengar sangat jelas. Layar ponsel Ara hidup dan tertera nama serta foto seseorang disana.

"Riko?" Gumamnya sebelum menekan tombol terima di ponselnya.

"Halo. Sayang!" Suara Riko dari ponsel.

"Emm iya halo."

"Hey, why? Lemes banget?"

"Ha? Engga. Engga kok. Kamu udah nyampe?"

"Udah dong, udah dari kemarin malam. Aku kan berangkat sore kemarin. Lupa?"

"Ha? Oh iya maksud aku kamu udah dapat tempat tinggal?"

"Udah, sebelum berangkat aku udah survei apartement disini kok. Kamu ngapain?"

Ara tak menjawab. Hanya tersenyum sambil memeluk buku diary di tangan kirinya yang didalamnya ada foto mereka berdua tadi. Sedangkan tangan kanannya atau di telinga sambil menggenggam ponsel.

"Halo, sayang. Kamu kenapa? Kok diem aja sih? Aku kangen tau."

Ara tersenyum dan mengeluarkan suara tawa kecil mendengar Riko.

"Aku juga. Pengen susulin kamu kesana secepatnya. Biar dekat kamu terus."

"Hehehe makanya belajar yang bener, biar bisa kuliah disini bareng aku. Oke? Ohya, ingat jangan nakal"

"Yeee kamu tuh yang genit. Aku ga bisa nakal kalau ga sama kamu. Hahahha"

"Hahahaha".

Sweet, But to Break it Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang