Tubuh seorang lelaki yang berukuran cukup panjang kini tengah rebahan di atas sofa dalam ruang keluarga yang salah satu isinya ada televisi sedang menyala, sedang berada di channel olahraga sepak bola.
Suara acara dalam TV cukup memenuhi isi ruangan.
Tangannya memegang sebuah remote control TV. Tentu saja pandangannya terfokus pada benda yang menyala di depannya.
Salah satu dinding di ruangan berbentuk kubus terdapat bingkai foto yang cukup besar ukurannya. Isinya terdapat tiga orang. Tiga orang itu terdiri dari lelaki setengah baya, wanita setengah baya dan anak lelaki yang mengenakan seragam SD dengan tampilan yang rapi.
Tak sengaja matanya melirik dinding yang ada di sebelah kanannya setelah muncul iklan dalam tayangan acara yang tengah ditonton. Ya, dinding yang terdapat bingkai besar tadi.
Tubuhnya tergerak untuk bangkit dan mendekati dinding berwarna putih bersih itu. Dan kini ia berada tepat dibawah bingkai besar yang berisi tiga orang tadi dengan jarak setengah meter dari dinding.
"Mama, dimana?" Suaranya terdengar lirih dan pelan.
"Riko kangen. Mencari mama ga pernah ketemu" sambungnya lagi dengan nada lirihnya.
Sudah lebih dari enam tahun keduanya tak pernah lagi saling menyapa. Tak pernah bertemu. Tak pernah berbicara. Tak pernah bersama. Riko tak pernah lagi mencium tangan mama setelah ia baru pulang kerumah, entah dari mana saja itu. Tak pernah lagi ada kebersamaan, bahkan pada hari penting bagi Riko disekolah atau dimana pun yang membutuhkan sosok ibu.
"Den Riko, udah makan?" Suara Bi Asih yang tiba-tiba muncul dari belakang Riko.
Sontak Riko langsung menyeka kristal bening yang jatuh di pipinya sebelum menoleh ke belakang.
"Bi Asih, ngagetin aja."
"Maaf, Den. Tadi saya udah mengetuk pintu Den ga jawab. Jadi saya masuk aja hehe"
Riko hanya menyunggingkan senyuman pada wanita tua yang ada dihadapan. Tawa kecil Bi Asih yang khas mampu meredakan rasa terkejut Riko. Hingga ia tak jadi marah.
"Den, udah makan belum?"
"Belum, Bi. Nanti aja".
"Belum lapar, Den? Udah waktunya makan siang."
"Bi Asih!"
"Ya, Den."
Riko berjalan mendekati Bi Asih, setelah keduanya berjarak setengah meter, mata Bi Asih membulat. Terkikis diwajahnya seperti orang kebingungan.
"Ya, Den" jawab Bi Asih sekali lagi sambil menatap mata Riko yang menyorot ke matanya.
Kedua mata mereka bertemu.
Tanpa basa-basi Riko langsung mengunyel-unyel pipi Bi Asih dengan geram. Entah apa maksudnya.
"Aduh, Den. Kebiasaan dehh. Bibi kira ada apa serius banget ekspresinya, bikin Bibi takut aja ah". Sewot Bi Asih.
Bagaimana tidak sewot, wanita tua ini hampir jantungan karena ketakutan melihat majikannya dengan ekspresi seperti singa yang di bangunkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/176300800-288-k489603.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet, But to Break it
RomanceBudidaya kan follow dulu baru baca, terus vote (klik tanda bintang)🤗🙏 Biar kau sajalah yang pernah mematahkan hatiku, aku tak ingin melakukan kejahatan yang sama padamu. Terkadang hati yang luka karena patah akan sembuh dan kembali seperti semula...