Six

9 3 0
                                        

Bahu kursi panjang di taman menjadi sandaran tubuh gadis yang mungil ini. Kursi panjang yang memiliki kisah dan kenangan. Kenangan bersama Sang kekasih beberapa waktu lalu. Yang di hiasi canda tawa dan haru biru keromantisan.

Buku harian berwarna coklat muda berada dalam dekapan. Kaki bertumpu rapi sejajar. Mata mengarah lurus kedepan dengan pandangan kosong. Hampa.

Lamunan kerinduan.

Sudah hampir sebulan Sang kekasih tak berkabar sedikit pun setelah mengabaikan teleponnya. Kerinduan yang belum tersampaikan terabaikan. Kenapa? Ada apa?

Tetesan kristal bening tiba-tiba jatuh dan mengalir ringan di pipi. Ringan namun deras. Rasa penasaran ingin tau apa penyebabnya. Mengapa menghilang?

Lamunannya pecah saat kristal itu pecah. Tangannya langsung mengatup wajahnya yang sembab air mata.

Tidak, ini tempat umum. Ia tak ingin menjadi pusat perhatian orang yang lalu lalang di depannya yang sedang menangis.

Wajah sendu sudah cukup. Jangan ada air mata disini. Disini hanya ingin mengenang kenangan lalu bersama kekasihnya. Mengenang dengan mengingat manisnya memori itu dengan ekspresi bahagia karena rindu. Bukan air mata.

Tangannya yang mengatup wajahnya pun berubah aktivitas menjadi mengusap wajahnya yang basah.

Setelah itu, buku harian yang jatuh ke pangkuannya yang awalnya ada di dekapan di raihnya kembali.

Halaman terakhir yang berisi bacaan menjadi pelabuhan. Berhenti pada lembaran kosong. Pena yang sudah ada di dalam buku itu sudah siap di gunakan.

12 Januari,
"Aku percaya, kamu baik-baik saja.
Aku percaya, kamu takkan lupa dengan janjimu.
Aku percaya kemana pun kamu pergi, kamu takkan lupa pulang.
Aku percaya, pilihanmu selalu yang terbaik.
Dan aku sangat percaya, kamu ga akan mengkhianati kepercayaan ku."

Lembaran kosong itu sudah terisi. Tangannya berhenti menulis.

Pandangannya mengarah ke sampingnya. Bangku panjang yang ditempatinya sekarang, yang masih tersisa untuk dua sampai tiga orang lagi.

Lanjut ke lembaran kosong selanjutnya.

"Kamu udah janji buat selalu kabari aku sampai kamu kembali kesini. Sekarang, masih dalam waktu yang belum setengah dari target waktu kamu sudah hilang gitu aja. Ada apa? Kamu lupa Riko. Oh, atau kamu mau isengin aku? You want make a surprice to me?"

Lagi-lagi Ara masih berpikir positif mengenai Riko yang menghilang.

Ara melihat lagi tanggal yang tertulis  di lembaran buku bagian atas sebelah kanan.

Logatnya seperti mengingat sesuatu.

"Ohiya, Riko sebentar lagi birthday. Bisa jadi dia mau isengin aku." Katanya dalam hati.

"Aku bakal balik isengin dia. Aku bakal susulin dia kesana tanpa sepengetahuan dia. Oke." Katanya lagi dalam hati.

***
Ara izin mengambil cuti sekolah kepada gurunya.

"Apa? Kamu mau kemana kok lama banget cutinya, Nak Ara?" Bu Nani kaget mendengar permintaan Ara.

"Iya, Bu. Saya mohon. Ntar kan kita ada libur seminggu karena OSK (Olimpiade Sains Kabupaten), terus habis itu saya cuti lagi Seminggu, Bu."

Sweet, But to Break it Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang