Bagian 5

190 60 43
                                    

Lebih baik jadi diri sendiri walaupun tak dihargai orang daripada jadi orang lain tapi bukan dirimu sendiri.
*****

Sabtu tiba, Arman dan Arba libur kuliah. Mereka memanfaatkan waktu luang mereka untuk membantu ibunya berbelanja di pasar.

Mereka membuntuti ibunya dari belakang, sambil melihat pemadangan kerumunan orang-orang yang sedang bertransaksi jual beli. Pandangan keduanya terarah pada seseorang yang ternyata Julian yang akan melangkahkan ke arahnya.

Arman dan Arba bingung apa yang harus mereka lakukan, mereka takut semuanya terbongkar kalau Juli tahu mereka kembar. Ya, dari TK sampai kuliah tak ada yang tahu kalau mereka kembar karena mereka selalu berbeda tempat sekolah. Dengan berpikir kilat , akhirnya Arba putar balik dan bersembunyi di kerumunan orang-orang yang sedang berbelanja sayur-sayuran.

Arman yang masih panik berusaha menenangkan dirinya dan berharap Juli tak melihat dia dan saudara kembarnya. Habis sudah riwayat keduanya kalau sampai teman kuliahnya tahu. Benar saja, Juli melambaikan tangannya ke arah Arman yang masih bengong.

"Lo ngapain di sini?" tanya Julian.

"Gue nemenin ibu gue ke pasar. Lo sendiri?"

"Sama," jawab Juli. "Ya udah, gue duluan," pamit Julian meninggalkan Arman.

Ditatapnya Julian yang mulai jauh dan Arman menghela napas lega.

Arba yang mengetahui kalau Juli sudah pergi menjauh melangkahkan kaki ke tempat Arman berdiri. Rasa lega sudah kembali bersarang dalam hatinya.

"Man, cari ibu, yuk!" Arba menepuk bahu Arman dari belakang dan Arman hanya mengangguk, mengikuti langkah saudara kembarnya. Setelah beberapa saat berkeliling pasar, akhirnya kedua anak kembar itu bertemu dengan ibunya yang sedang membawa barang belanjaan lumayan sangat banyak.

Arman dan Arba menghampiri ibunya dan membawa barang belanjaan pulang ke rumah yang tak jauh dari pasar dengan berjalan kaki. Sesampainya di rumah, keduanya menaruh barang belanjaan di atas meja.

"Untung tadi nggak ketahuan," kata Arman memulai pembicaraan.

Arba mengangguk. "Mampus kalau ketahuan!"

"Bentar lagi UTS. Atur strateginya gimana, Ba?" tanya Arman sambil mengedikkan bahunya, bingung.

"Tanggal berapa? Gue besok tanggal 12 Agustus dan gue udah ada jadwalnya." Arba menjawab pertanyaan Arman sambil berpikir bagaimana caranya membagi waktu saat keduanya sedang UTS kalau misal waktu ujian mereka besamaan.

"Gue tanggal 26 Agustus. Lo udah ambil jadwalnya?"

Arba mengangguk. Cowok itu masuk ke kamar untuk mengambil jadwal UTS dan kembali ke ruang tamu untuk berdiskusi tentang pembagian siasat pembagian waktu agar misi mereka tetap berjalan dengan lancar.

"Itu apa?" tanya Arman.

"Kartu ujian gue," jawab Arba sambil menyodorkan kartu itu ke Arman yang langsung diterima oleh Arman.

"Ya udah, lo ujian aja dulu, nggak apa. Lagian UTS-nya duluan kampus lo," ujar Arman sambil memperlihatkan giginya.

"Serius? Terus misi kita gimana?" Arba menyelidik dengan sejumlah pertanyaan. Dia hanya takut Arman diremehkan lagi oleh teman-temannya.

"Berhenti aja dulu. Lo mikirin aja ujiannya, jangan mikir itu dulu. Sukses buat UTS-nya," jawab Arman.

Arba salut dengan sikap Arman yang tidak egois dalam kondisi seperti ini. Dia sangat beruntung mempunyai saudara kembar seperti Arman. Mungkin Arman tidak pintar, tapi dia baik dan tidak mementingkan egonya sendiri. Arba pun merangkul bahu saudara kembarnya itu erat-erat.

Mahasiswa di balik layar(Tamat✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang