Sebelum dibaca dimohonkan vote terlebih dahulu ya Kak😊🙏
🔥🔥🔥
Diam bukan berarti lemah. Kadang kita tahu apa yang harus dilakukan. Tapi kita tidak ingin melukai perasaan seseorang.🔥🔥🔥
"Kapan kamu mau bayar uang apartemen?"
"Nunggu uang dari pemerintah lagi, hah?"
"Atau nunggu kamu menang lomba lagi, baru bisa kebayar uang bulanan apartemen ini?" cecar bu Yeni pemilik apartemen dengan nada yang ketus.
"3 hari lagi bu, Pleura mohon."
"Tidak bisa."
"Tolong Pleura bu, Pleura janji akan bayar." Pleura bersujud hendak mencium telapak kaki bu Yeni, namun bu Yeni dengan cepat menepis Pleura dengan kasar.
"P-Pleura janji bu." Pleura meneteskan air matanya seraya memohon.
"Baiklah saya tunggu 3 hari lagi, tapi kalau sampai kamu tidak bayar kamu harus pergi dari sini. Apartemen saya tidak memakai beasiswa untuk membayarnya, tapi memakai uang untuk membayarnya!" kata bu Yeni dingin yang berlalu pergi.
Pleura menatap kepergian bu Yeni dengan sedih.
Bagaimana sekarang dengan uang bulanan apartemen itu? Pleura sudah tidak punya apa-apa lagi. Uang dari pemerintah untuk anak berprestasi sepertinya juga belum diterimanya. Gaji dari Cafe Moly tempat dia kerja juga belum keluar. Entahlah yang terpenting Pleura harus segera melunasi bayaran itu jika Ia masih ingin mempunyai tempat berteduh.
***
"Mau pesan apa kak?" kata Pleura yang sedang melayani pengunjung Cafe Moly.
"Moccacino hot satu."
"Baiklah. Moccacino hot satu ada tambahan yang lain?"
"Tidak."
"Tunggu sebentar ya kak."
Setelah melayani pengunjung Cafe. Pleura berfikir untuk meminta uang gajinya terlebih dahulu kepada managernya. Dengan seluruh keberanian yang Ia miliki, Pleura pun bergegas menuju ruang manager untuk meminta gaji. Semoga saja perjuangannya kini tidak sia-sia.
***
Pukul 22.00 wib.
Pleura berjalan kaki sembari membawa uang dengan tangan kosong. Akhirnya sang manager memberinya gaji terlebih dahulu. Pleura merasa sangat senang karena Ia masih bisa tinggal di apartemen bu Yeni.
Udara yang dingin membuatnya mengigil berkali-kali. Namun tidak sedingin perkataan bu Yeni tadi siang yang menusuk hatinya itu.
Sampai suatu ketika Pleura merasakan sebuah benda memukulnya dengan keras.
Bruk...
Sebuah tongkat bisbol meluncur dengan keras ke arah kepala Pleura yang menyebabkan gadis itu pingsan.
"Masukkan dia ke dalam mobil cepat!" perintah wanita bertopeng hitam.
"Baik non."
***
Pleura mengerjapkan mata berkali-kali. Kepalanya masih terasa pusing karena pukulan keras tongkat bisbol itu. Sesekali Ia meringis menahan sakit di sekujur tubuhnya.
"Hay, sudah bangun ya?" sapa wanita bertopeng hitam.
Pleura memandang wanita bertopeng hitam itu dengan takut. Manik mata Pleura pun menelaah tempat yang Ia pijaki sekarang. Dimanakah Ia? Sepertinya tempat itu adalah gedung tua yang tak berpenghuni, bisa di lihat dari dinding yang mulai rusak dan berlumut. Api berada di tengah-tengahnya sekarang, melingkarinya. Dan di seberangnya ada wanita bertopeng hitam yang tersenyum sinis kepadanya.
Pleura yang terduduk itupun mencoba bangkit namun usahanya sia-sia. Tangannya di ikat serta mulutnya di bekap dengan kain. Tubuh Pleura mulai merasakan panas karena efek yang di timbulkan api itu.
"Apa lo masih ingat dengan janji gue?" kata wanita bertopeng hitam yang melangkah memasuki lingkaran api.
Wanita bertopeng itu membuka topengnya, dan tampaklah disana wajah sangar Jesylin. Pleura benar-benar tidak menyangka kalau Jesylin akan membalaskan dendamnya dengan cara tidak manusiawi seperti ini.
Dengan kasar Jesylin membuka sumpalan kain di mulut Pleura.
Pleura terbatuk-batuk karena tak kuasa menahan panas di dalam lingkaran api itu. Jesylin memperlihatkan uang yang tak lain adalah gaji Pleura."Lihat ini!" Jesylin memperlihatkan uang itu kepada Pleura.
"Mau kamu apakan Jesylin? Aku mohon jangan diambil. Itu untuk bayar apartemenku." Pleura mulai terisak.
"Emangnya gue pikirin? Mau buat bayar apartemen kek, mau buat apa kek. Gue gak peduli!"
Jesylin langsung membakar uang itu di tengah tengah api yang melingkari dirinya dan Pleura.
"J-jangan Jesylin! Aku tinggal dimana nantinya? J-Jesylin." air mata mulai membanjiri pipi Pleura. Jesylin tersenyum bahagia melihat Pleura menderita.
Tak mau basa basi dalam menyiksa Pleura. Jesylin langsung mencekik leher Pleura dengan kuat. Pleura yang tidak bisa berbuat apa-apa itu hanya bisa pasrah menahan pedihnya siksaan Jesylin.
Jesylin tersenyum kemenangan saat melihat wajah Pleura mulai memucat.
Ia langsung mengambil pistol dari saku jaketnya dan mengambil ancang-ancang untuk menembak kepala Pleura yang menangisi takdirnya."Ada kata-kata terakhir untuk seluruh murid Twilight yang membenci lo Pleura?" ucap Jesylin senang.
Pleura memejamkan matanya, Ia ikhlas jika pada hari itu Ia akan pergi.
"Gue bunuh lo bukan tanpa alasan, gue bunuh lo karena gue kasihan sama lo."
"Lo anak yatim piatu kan? Gue bunuh lo karena gue ingin lo dipertemukan oleh kedua orangtua lo!"
"Gue juga ingin murid Twilight yang lain bisa dapat peluang ikut lomba olimpiade, bukan cuma lo doang!"
"Lo mengambil hak mereka tau gak?!"
"A-aku gak mengambil hak mereka J-Jesylin, aku malah mendukung mereka." kata Pleura gugup.
"BACOT LO ANJING!" Jesylin melepaskan cengkramannya dengan kasar.
"Karena lo gue masuk BK, karena lo! Gue gak pernah di hargain para guru. Sementara lo? Disegani para guru!"
"Dan kemarin lo di gendong kak Alex kan dengan gaya bridal style? Hey, apa lo gak tau? Gue ini suka sama kak Alex! Lo mau merebut kak Alex kan dari gue?!"
"E-Enggak Jesylin."
Plak...
Satu tamparan mendarat mulus di pipi Pleura."Mulai sekarang lo harus mati!"
Jesylin menyamakan bidikan pistolnya dengan kepala Pleura. Di saat tangannya ingin menarik bidikan dari pistol itu.
Tiba-tiba.
Terdengarlah suara jejak kaki seseorang yang sepertinya melangkah masuk ke dalam gedung tua itu. Jesylin yang takut tertangkap basa itupun langsung bergegas pergi meninggalkan gedung tua itu.
Namun sebelum Jesylin melepaskan Pleura, Jesylin berkata "Sampai lo bilang ke semua orang kalau gue yang nyiksa lo, jangan harap lo akan hidup!"
Greget gak sama Jesylin?
Maapin yah. Yuk liat kelanjutannya di part 4.
👉👉👉
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak KelasKu [TERBIT]
Teen Fiction1 in #Wattys (20-12-19) TELAH TERBIT-Hidup Pleura berubah total setelah mengenal kakak kelas famous di SMAnya yang bernama Alexander Johnson. Pleura Samantha si polos yang memiliki segudang prestasi. Hidup tanpa belaian kedua orangtua membuatnya m...