Tips Cinta dan Sayang Untuk Para Pengguna Wattpad

Penipuan Di Balik Kata Best Seller (Retype)

*work ini akan terus dipublish sesuai pertanyaan yang pernah ada di bab atas
*bila ada salah silakan dibenarkan~ tambahkan juga boleh, jatuhkan saja komentarnya :)

Kenapa aku bilang penipuan di judulnya?

Ini bukan buat wah gitu, kagak, toh tulisan ini pernah aku publish juga.

Sebelum debutku jadi penulis abal-abal di Wattpad pada pertengahan tahun 2017, aku ini pembaca novel, tetapi jarang sekali beli buku. So, sekalinya pergi ke bazaar buku ada tulisan buku bestseller dan aku langsung aja beli. Mirisnya, setelah aku bekerja di bidang penjualan buku yang terikat dengan salah satu penerbit aku baru tahu bahwa aku ditipu.

Kenapa begitu?

Bestseller dulu itu sebenernya dikatakan atau dipanggil begitu karena buku-buku tersebut telah mencapai target penjualan tertentu yaitu kira-kira lebih dari 10 ribu eksemplar atau setara dengan 2 kali cetak ulang. *menurut artikel yang aku pernah baca lama

Hitungannya 1x uji coba terbit dan 2 kali cetak ulang dalam satu tahun. *semua buku ada uji coba terbit, kalau dia laris manis baru dicetak ulang, kalau ngenes hanya menghabiskan stok cetakan pertama saja.

Meskipun begitu jumlah tersebut bagi penerbit mayor tempatku terikat terlalu sedikit, jadi kata bestseller ini kurang valid.

Semua memiliki standar sendiri-sendiri tergantung penerbitnya. Ada yang lebih rendah, ada yang lebih tinggi.

Kenapa dibilang bestseller sih?

Jika buku tersebut habis terjual setelah 3 kali cetak sama dengan buku itu laku. Ya, buku laku.

Jadi gampangnya buku bestseller itu buku laku.

Tapi tunggu dulu, laku itu artinya bisa lain. Laku di sini maksudnya adalah sudah terjual secara kredit kepada berbagai pihak. *buku yang dibeli secara kredit tidak bisa dikembalikan.

Sedangkan pembeliannya juga sebenarnya sendiri banyak dari toko buku tradisional (non-gramedia/periplus) pokoknya bukan toko buku yang di mall-mall.

Bisa toko buku online, punya toko buku sendiri (entah kecil atau besar) atau reseller.

Kesimpulannya buku itu cenderung belum sepenuhnya sampai ke pembeli perorangan/individu tapi dibeli pendagang lain. Bahkan ada yang dibeli penulisnya sendiri untuk kepentingan pribadi seperti workshop.

Maka dari itu kebanyakan penerbit besar tidak memakai embel-embel bestseller karena jumlah (penjualan) tersebut masih dirasa kurang wah begitu, jadi mereka baru mengeluarkan pujian-pujian jika buku itu hampir meraih mega bestseller~ Karena jika pencapaiannya segitu sudah jelas sekali bukunya memang laku.

Malahan yang aku sadari, buku yang ditempeli sticker bestseller itu kebanyakan adalah buku-buku yang sedikit kurang laku dari buku lainnya (dari penulis yang sama tapi judul tersebut kurang diminati pembeli) sehingga perlu tambahan hiasan supaya dilirik orang.

Makin lama juga arti dari bestseller ini semakin kabur, karena bahkan buku yang baru saja terbit sudah ditempeli kata itu.

Yah, balik lagi standarnya tidak sama.

Kalau top ten?

Top Ten di sebuah rak toko buku adalah benar apa yang paling laris dibeli. Tapi ingat, mereka hanya paling laris di toko buku tersebut saja loh bukan di taraf penjualan nasional (dari Sabang sampai Merauke). Kalau pindah ke toko buku lain dengan nama yang sama pun A dan B bisa beda pajangannya. Kota C dan D juga beda lagi.

Terus, misalnya buku itu stoknya 50 eksemplar dan dibeli langsung sama orang 50 eksemplar untuk event atau dijual lagi, apa masuk top ten? Sayangnya tidak.

Kenapa tidak?

Karena stok buku tersebut habis, gak bisa kan majang buku yang sudah abis? Kan mereka ga punya stoknya. Makanya yang sebetulnya menduduki posisi top ten itu bisa jadi buku lain yang penjualannya lebih rendah tapi ya memang laku (di toko itu loh ya). Kalau bukunya aja habis terjual gimana cara majang di raknya? Logisnya begitu. *kecuali si manajemen tokonya gercep langsung order lagi, terus bukunya langsung datang (ini langka sekali terjadi)

Jadi kesimpulannya, bestseller itu patokannya beda-beda dan gak solid. Kata tersebut bukan penentu buku bagus apalagi laris, mana bisa juga dimanipulasi.

So saranku, jangan beli buku berdasarkan pajangan sticker dan tulisannya aja. Daripada nyesel. Kenyataannya kebanyakan buku bagus yang belasan tahun bahkan puluhan tahun dicetak terus tidak ada tempelannya.

Udah~ lanjut bab 2~

Sekian. 🤗
Terima kasih ❤

9/2/19
07.04
JOG