*Disclaimer.
Saya bukan orang Sastra yo.
Saya bukan orang Bahasa pun.
Saya orang kulineran yang kadang bosen nge-review makanan jadi nulis kehaluannya di sini.
Saya hanyalah penulis ecek-ecek, dan saya di sini hanya bermaksud berbagi yang saya tahu bukan karena saya sudah pintar tentang hal semacam ini.Silakan dikoreksi jika kurang benar. Kita kan sama-sama belajar, ok?
Matur sembah nuwun, nggih~
🎐🎐🎐
Monolog di dalam KBBI berarti ...
Nah, itu. Saya selalu pakai acuan KBBI. Tidak pernah artikel. Tidak pernah katanya, katanya. Kita ambil yang paling atas ya. Soalnya dua pernyataan di bawahnya sudah masuk ke bidang lain (Seni). Jadi, monolog ini artinya pembicaraan yang dilakukan dengan diri sendiri.
Diri sendiri. Dua kata ini tolong diingat-ingat, ditebalin, distabilo kalau bisa.
Maksudnya diri sendiri itu satu arah, Kak?
Bukan. Satu arah kan kalau kita berbicara ke orang/benda lain tanpa mengharapkan jawab ataupun menunggu respons dan balasan dari mereka. Ngomong terus sampai berbusa, tetapi tidak ada umpan balik dari lawan bicara atau kitanya yang menolak untuk mendapatkan feedback (umpan balik) tersebut. Ini namanya satu arah.
Monolog ini maksudnya ke bagaimana kita ngomong ama diri kita sendiri. Ngajak ngobrol sama diri kita sendiri, entah ngobrolnya di dalam hati, pas ngelamun, pas lagi ngaca terus marah-marah sambil nunjuk-nunjuk ditambah mata melotot ataupun sekadar ngucap/ngebatin/ngeracau, "Salah apa sih aku?"
Gitu doang.
Yang ngomong kita, buat kita, yang denger cuma kita, yang ngerti jawabannya kita, mau dijawab atau enggak terserah kita toh kita yang ngomong kita juga yang bakalan jawab ini namanya monolog. Dijawab terus kalau di dalam hati ya enggak apa, tetapi kalau di ucapin beneran tiati loh nanti dikira gila bagaimane?
Monolog di karya sastra atau tulisan bisa dipresentasikan dalam bentuk dialog maupun narasi. Bisa dimiringkan (italic) bisa juga tidak. Tergantung cara nulis kalian bagaimana maunya ...
Kalau saya pribadi biasanya ditulis biasa tanpa tanda petik buka dan tutup.
Hanya seperti ini:
Matilah, besok Senin ulangan Matematika dan Rayyan tidak ada di sebelahku.
.
.
Terus untuk Senandika ini lebih ke anak Seni, sih. Tak apalah saya coba jelaskan sebisanya.
Senandika > wacana (komunikasi verbal; percakapan) seorang tokoh dalam karya susastra dengan dirinya sendiri dalam drama yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan, firasat, konflik batin yang paling dalam tokoh tersebut, untuk menyajikan informasi yang diperlukan pembaca atau pendengar.
Jadi, uhump (berdeham) Senandika ini lebih ke drama atau naskah drama. Kalau yang udah pernah baca naskah drama ada yang namanya senandika ini, mirip sama monolog, tetapi dia lebih ke ngomong dengan dirinya sendiri (sebagai tokoh tersebut) yang menimbulkan efek.
Semisal nih si tokoh ini lagi jatuh cinta berbunga-bunga, tetapi dia enggak bilang langsung kalau dia sedang merasakan itu melainkan dia ucapkan isi hatinya kepada dirinya sendiri (tulung ini dibayangkan pas di drama atau pentas teater nggih—karena ranahnya ke bidang itu).
I try, lah:
"Oh, mengapa sayur asem hari ini rasanya begitu manis? Oh, mengapa tongseng bikinan Bulek yang biasanya keasinan pun rasanya enak sekali dengan nasi seperti bubur itu. Kapan sih lelaki itu datang lagi ke rumah makan malam bersama? Siapa tahu nanti tempe bacem keparat ini rasanya berubah jadi es krim. Aku kepengen ngerasain."
Cuma sekadar ngawur loh ini, saya belum pernah nulis naskah drama. Saya coba membuat si tokoh ini membicarakan perasaan jatuh dan cintanya. Apakah kerasa? Kalau enggak maafkeun saya enggak begitu jago masalah ini. XD
Kira-kira seperti itu. Senandika ini lebih ke bagaimana caranya karakter asli si tokoh dikeluarkan dengan cara berbicara sendiri. Hampir sama sih dengan monolog, tetapi monolog enggak perlu memiliki maksud khusus, cukup bilang dengan dirinya sendiri, "Aku lapar." Ini sudah bermonolog. Kalau senandika dialognya harus punya maksud khusus yang jelas.
Rangkuman:
1. Monolog dan senandika sama-sama berbicara sendiri dengan diri sendiri, tetapi beda bidang, beda maksud.
2. Monolog hanya untuk menyampaikan apa yang tokoh itu pikirkan atau rasakan kalau dalam novel. Berbeda dengan senandika yang harus diucapkan karena masuknya ke arah drama/teater. Bentuk tertulisnya jikalau ada naskah atau buku dramanya.
3. Monolog bebas mau apa saja yang disampaikan. Namun, senandika tidak boleh begitu harus ada maksud khusus yang nantinya akan ditangkap oleh pendengar (dalam pentas) maupun pembaca (dalam bentuk buku) jadi tidak bisa sembarangan menyamakan senandika ini dengan monolog.
INGAT SENANDIKA MASUKNYA KE PENTAS SENI/SANDIWARA/TEATER. 😌
Hanya itu yang bisa aku sampaikan kayaknya.
Terima kasih untuk ametis_lr karena sudah bertanya, sudah lama saya enggak ditanyai jadi langsung gas.
Untuk kurang dan lebihnya, terima kasih banyak sudah mampir dan maaf jika masih ada kesalahan. Monggo komen aja nanti aku perbaiki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tips Cinta dan Sayang Untuk Para Pengguna Wattpad
AcakMulai dari awal~ Pertama kali dipublikasikan pada 27/09/2017 1001 Wattpad Tips for Newbie (dulu)