Yes Or YES ( ya atau ya)

21 4 0
                                    

"Hahahahah bercandamu lucu sekali oppa, sampai aku rasanya ingin memberimu pukulan diwajahmu itu"
Jawabku dengan tatapan tajam setajam silet.

"Omoo, aku takut sekali maafkan aku"
Dia tertawa seram saat mengucapkan itu persis seperti serigala mengaum.

Omg, jebal bantu aku untuk menghempas serigala ini

" Hei kau namja iblis serigala sebaiknya diam atau .." Ucapan ku terpotong karena guru tiba2 saja masuk

"Awas saja kau nanti" Bisikku padanya.

Guru didepan menerangkan pelaJaran dengan serius. Tidak ada yang berani berbicara saat kim doojon memasuki kelas ini. Ya guru yang terkenal sangat ganas bagai kan langit dan bumi.

"Oke everyone now kita akan make a study grup oke. Sekarang akan saya tentukan."

Memang kim dojoon terkenal galak dan juga bahasa inggris yang luar biasa saat didengarkan dan saat ini aku ingin muntah medengarkanya

Waw daebak i like it, now this guru gila make aku so gila. Yak kenapa sekarang bicaraku seperti doojon? Abaikan saja oke!!!

Setelag guru gila itu keluar, entah suara teriakan emas siapa yang keluar yang membuat telingaku berdenging. Dan sakit sekali.

"Mwoooo?? Aku dan gadis kecil???"
Ucap seokjin dengan suara khas cemprengnya itu.

"Sebaiknya anda biasa saja. Kau tau suara anda sangat merdu dan rasanya aku ingin membobol pita suaramu itu" Menaikan alis ku serasa preman baru.

Dia memegang tenggorokannya dengan tatapan ngerinya itu. Aegyoo, opss.

"Baiklah kau nanti yang harus kerumahku akan kuberikan alamatku nanti"

"Kau yang seharusnya kerumahku"
Aku menuntut tak adil

"Hei tak ada salahnya kan. Kau yang pergi kerumahku" Tuntutnya juga

"Aniyo ,kau"

"Kau"

"Kau"

"Kau kau kau kau kau kau dan kau" Ucapku dengan penuh penekanan dan menahan rasa ingin membunuhnya saat ini.

"Ne, akan kuberi pilihan. Kerumah ku ! Ya atau ya?" Dengan menaikan satu alisnya

"Ya ,pilihan macam apa itu? Shireo"
Melipat kedua tanganku di dada.

"Ya atau ya ? Jawab atau tidak sama sekali"

Aku nampak berpikir keras. Orang tidak waras satu ini memang ingin dibunuh. Tapi aku harus mengalah juga bagaimanapun dia yang menjadi ketua kelompok.

"Bagaimana, sudah selesai berpikirnya?"

"Sudah , ne dirumahmu"

"Bagus gadis kecil pintar," Dia mengacak rambutku pelan lalu berlalu keluar kelas dan meninggalkanku seburat pipi merah bagaikan tomat.

"Dasar" Gumamku.







Mianhe reader untuk  bagian ini sangat pendek dikarenakan author lagi demam dan pikiran tiba tiba blank hehe.

Vote dan comment reader
Jangan lupakan itu right!!

Call Me "Oppa"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang