Ruangan yang kosong, hanya dilapisi cat bewarna putih seperti tidak ada penghuninya itu kini berubah sangat mencengangkan. Dilangit-langitnya terdapat gantungan bulan dan bintang, gemerlip memancarkan sinar tepat diarah ku sekarang. Ini seperti bukan didalam kamar tetapi sudah di atas bumi, dalam pelukan angkasa. Ku gapai foto-foto yang tergantung dibantu oleh puluhan balon-balon, ku lihat, banyak sekali kenangan yang tergantung disini. Indah sekali, menggunakan cetakan polaroid, bersama orang-orang tersayang, menandakan bahwa aku benar-benar ada didunia karena didalam foto itu terdapat wajahku. Jika kulukiskan di kanvas masih kalah indah dengan yang tersorot di bola mataku ini. Kalah indah dengan senja, ini sangat tidak dipercaya. Ketika aku memejamkan mata, menghirup udara, banyak sekali udara yang masuk, menandakan kesejukkan dan tanpa diperintah bibirku tersenyum lebar. Masalah pertama di sekolah tadi bahkan sudah tertimpa oleh kebahagiaan ini. Siapa yang berhasil mengubahnya ini? Bulan sampaikan terimakasih ku untuknya.
Aku menuju ke meja belajar karena mata meminta untuk melihat secarik kertas bewarna biru. Aneh, dari siapa ini? Tidak mungkin kakak, walaupun dia romantis tetapi hal seperti tidak akan ia berikan kepadaku, atau dari orangtua ku? Mereka bukan orangtua kekinian, jadi tidak akan mengerti ini semua, aku berucap dalam hati masih memikirkan karya tangan siapa ini. Aku berhasil mendapatkan secarik kertas itu, dengan tulisan yang agak semeraut, kubaca dengan perlahan.
Jangan dipikirkan dari siapa ini semua, aku tidak mau ini menjadi beban untukmu dan membuatmu lelah karena hal ini.
Kamu sekarang pasti sedang tersenyum, awas pipi mu tambah merah. Bilang sama jantung jangan berdetak sangat kencang mengalahkan bunyi gerakkan jarum jam, nanti jarum jamnya cemburu, karena tidak ada yang memberikan hal-hal indah seperti ini.
Aku menunggumu di taman, tepatnya lapangan basket.
Jangan banyak tanya, nanti kamu lelah, jalani saja perintahku ini untuk membuatmu tersenyum.
Sudah,
Nanti kalau tulisannya tambah panjang seterusnya kamu bakalan menunggu-nunggu tulisan berikutnya.
Sampai ketemu.Tertulis di kamar barumu.
"Mau diantar ke taman enggak?" tanya tuan Angkasa yang dari tadi sudah berdiri di belakang kursi roda ku, ternyata ia melihat tiap senyum yang terlukis di bibirku karena tiap kata dari sang penulis berhasil membuat jantung ku terisi bunga-bunga.
"Kakak! Ih, mau tau aja urusan remaja." Cetusku yang kesal karenanya.
Ia tak menggubris ucapanku tadi, "Mau diantar enggak?" Tanyanya untuk kedua kali.
"Ini dari siapa sih kak?" Aku kembali bertanya.
"Secret admirer," katanya, "Udah, sekarang mau diantar atau enggak sang sinar?" Lanjutnya dengan mengulang pertanyaan yang sama.
"Aku sendirian aja deh, kan taman deket sini juga."
"Capek kali dek, udah kakak anter aja."
"Enggak."
"Oh, oke. Jutek banget. Bye!" Ia langsung meniggalkanku di kamar.
Siapa dia yang sudah mengembalikan senyum ini? Aku merasa malu. Mau mulai darimana aku sekarang, ganti pakaian seperti cinderella? Tapi Bunda lagi pergi dan tidak ada yang membantuku, sudahlah tetap ku gunakan saja seragam putih-abu ku ini. Mungkin yang akan ku benahi bagian wajah dan mahkota hitam yang melekat di kulit kepala. Merapikan helai-helai rambut hitamku menggunakan sisir, sedikit nyeri karena ada bagian rambut yang kusut dan sekarang ia sudah terkuncir rapi dengan gaya kuncir kuda. Bagian wajah kali ini. Tidak mungkin aku bertemunya dengan wajah yang kusam seperti ini, ku ambil tisu basah yang terpampang di sebelah fotoku lalu ku bersihkan kotoran-kotoran yang menempel. Tisu basah yang awalnya bewarna putih itu berubah menjadi warna abu-abu kelam, sangat kotor, bahkan aku tidak sanggup untuk melihatnya. Sebegitu kotor udara di sekolah, dulu saat aku homeschooling wajahku selalu putih berseri, tidak pernah terkontaminasi polusi. Sudah sepuluh menit kulewatkan hanya untuk dua hal ini, ku percepat gerakku menggunakan bedak bayi, ku oleskan cairan merah di bibir supaya tidak terlihat pucat. Terakhir, menyemprotkan parfum di sekitar tubuhku. Sekarang, aku siap!
KAMU SEDANG MEMBACA
Twiphoria
Ficção AdolescenteAku memang sinar dari antera dunia, tetapi kenapa semesta menghilangkan mereka? Bagaimana ceritaku ini wahai Twiphoria? Jangan katakan ini sedih/bahagia. Anoushka Silampari ; Awalnya sinarku hanya terpancar untuk menerangimu tetapi setelah datang ta...