Aku terbaring di kasur empukku. Sejak kejadian di taman bersamanya, aku menjadi sakit. Memang lemah sekali Anoushka ini, tidak bisa terkena hujan sekali pun, mungkin karena dulu tidak pernah diizinkan Bunda untuk menikmati setiap tetes air hujan yang mengenai indra peraba. Hari ini tepat seminggu juga aku tidak sekolah. Tidak masuk akal, anak baru tapi sudah izin karena sakit, apa boleh buat kan? Seterusnya nanti aku tidak ingin lagi bermain-main dengan hujan.
"Bubur ayam pagi ini untuk Noyu yang bakalan sembuh," siapa lagi dia kalau bukan Aksa.
Ku lemparkan senyuman pagi ini kepadanya, "Makasih," ujarku, "Enggak usah repot-repot aku bisa sendiri."
"Aku enggak kerepotan karena sekarang yang sedang aku jaga itu kamu, bukan orang lain. Lagi pula Bunda sama Ayah nitipin kamu sama aku tadi, jadi enggak salah kan?" Jelasnya sambil meniup dan mengaduk-aduk bubur ayam ku.
Ku ambil mangkuk yang berisi penuh bubur ayam itu dari tangannya, "Pulanglah, Aksa."
"Anoushka, kenapa? Apa yang salah? Tolong jelaskan karena aku belum paham."
"Aku tuh sebel sama kamu. Kamu lama sih datengnya jadinya aku takut, aku juga rindu sama kamu tapi aku harus hubungi kamu lewat apa? Kamu enak tahu alamat rumahku jadi bisa kirim surat waktu itu, nah aku? Aku cuma pembaca yang tidak bisa membalasnya. Emang anak Praha suka gitu?" Tanpa sadar aku merepet panjang lebar dengan mimik wajah yang cemberut. Mungkin rempetan Kak Angkasa sudah menular denganku.
Aksa lucu. Matanya melotot, kedua alisnya naik dan tersenyum geli. Mungkin karena perkataanku tadi dan didukung dengan ekspresi aneh itu, "Jangan cemberut, nanti tambah cinta nih." Gombal. Tapi aku tersipu malu, gimana ya?, "Makan ya biar kamu ada energi buat ngumpulin cinta aku, siapa tahu kamu bisa jualan cinta biar seluruh orang yang patah hati bisa ngerasain jatuh cinta lagi karena Aksa dan Anoushka." Lanjutnya semakin menjadi-jadi.
"Receh." Aku langsung memakan bubur ayam yang hampir dingin itu.
Karena kondisiku yang mulai membaik, Ayah, Bunda, dan Kakak tidak merasa khawatir lagi kalau aku tinggal sendiri dan sudah kubilang dengan Bunda aku tidak apa-apa jangan panggil Aksa kesini, toh nanti siang juga ada Bik Salma yang bertugas untuk menggosok baju dirumah jadi aku tidak merasa sendiri. Tapi kekhawatiran orang tua terkhusus Ibu itu sangat besar, sebelum berangkat ke kantor, Bunda mengunjungi rumah Aksa dan menitipkanku kepada Aksa. Bagaimana Aksa menolak kalau itu keinginannya juga untuk menjaga ku, bukannya aku ke-pede-an, tapi itu benar adanya kan?. Sejujurnya aku juga senang kalau ada Aksa disini, aku bakalan introgasinya habis-habisan seperti polisi yang mencuri ayam goreng. Tunggu! Sekarang aku sama persis seperti Kakak, mulai dari cerewet dan sekarang aku berniat untuk mengintrogasi Aksa dengan pertanyaan-pertanyaan yang aneh. Tak apa, sekali-sekali kan untuk orang yang berhasil membuatku jatuh cinta lagi.
Di pikiranku terngiang akan hal-hal yang ingin ku tanyakan. Bubur ayam yang ku kunyah dari tadipun seakan tidak nikmat untuk dimakan karena otakku sibuk mengurutkan pertanyaan yang paling kecil hingga pertanyaan besar untuk Aksa. Mulai dari "Kenapa kamu dulu enggak pamit sama aku kalau kamu pindah?", "Ngapain aja selama di Praha?", "Praha indah enggak?", dan "Ada yang suka sama kamu enggak disana? Terus kamu pernah suka sama cewek enggak disana? Apa kamu pernah pacaran disana?", pertanyaan yang terakhir itu, sebenarnya aku gugup untuk menanyakannya nanti dia bisa curiga dan berpikir bahwa aku menyukainya, padahal kan, ya ..., ya aku emang suka sama dia tapi enggak mungkinlah aku jujur. Cewek itu enggak akan mengungkapkan perasaannya duluan.
"Aksa ..." Aku memanggilnya yang sedari tadi memainkan rubik yang terletak di meja belajarku.
"Apa sayang?" Kata terakhir itu berhasil keluar dari mulutnya. Entah ia sadar atau tidak mengatakannya karena sorot matanya tidak terfokus denganku melainkan dengan rubik yang bewarna-warni itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twiphoria
Ficțiune adolescențiAku memang sinar dari antera dunia, tetapi kenapa semesta menghilangkan mereka? Bagaimana ceritaku ini wahai Twiphoria? Jangan katakan ini sedih/bahagia. Anoushka Silampari ; Awalnya sinarku hanya terpancar untuk menerangimu tetapi setelah datang ta...