Walau yang hadir jauh lebih banyak dibandingkan kajian dengan tema serupa, tapi pertanyaan yang diajukan peserta nyaris sama saja. Itu kesimpulan yang tertulis di catatan seksi acara kajian rutin.
Pengurus memang mengevaluasi setiap acara demi menghadirkan acara yang menarik di bulan berikutnya. Tema besar selalu tentang cinta. Cinta pada Allah, cinta pada Rasul, cinta pada orang tua, cinta pada sesama hingga cinta pada lawan jenis. Judulnya saja yang dibuat semenarik mungkin.
"Kita hidup kan karena cinta." Putra, salah satu pengurus menyampaikan pemikirannya. "Jadi wajar kalau tema besar kajian rutin kita selalu tentang cinta."
"Iya sih...tapi tetep aja kesan pesan peserta harus kita pertimbangkan." Seorang pengurus yang sepertinya duduk dekat pintu masuk menimpali." Kalau memang tema cinta mereka suka, ya hayuk aja. Toh tema sedekah juga termasuk tema cinta, cinta pada sesama.'
"Hmm....jadi intinya tentang cinta,...tapi kajiannya bisa tentang apa saja ya..."
"Kajian fiqh thaharah juga bisa dikaitkan dengan cinta, cinta kebersihan..."
Beragam pendapat memenuhi ruangan empat kali enam yang bagian tengahnya disekat dengan gorden, batas antara putra putri.
Walau begitu, sebagian pengurus sudah mulai hafal dengan suara masing-masing. Sehingga tanpa melihat wajah sudah tahu siapa yang bersuara.Suara adzan dari masjid kampus terdengar, memutus diskusi seketika. Beberapa masih ada yang berbisik-bisik. Sebagian besar khusyu' menjawab adzan. Sesaat setelah adzan selesai, Rinto, ketua rohis menutup sementara rapat. Anggota bubar.
***
Rainy tidak beranjak dari karpet, gadis itu justru meluruskan kakinya yang sejak tadi tertekuk duduk bersila. Ia sedang libur sholat. Tangannya menggapai buku catatan kegiatan rohis, hasil karya Mitha, sekretaris rohis. Menyusuri catatan kajian dua tahun terakhir.
Tangan gadis itu bergerak cepat membuka lembaran terakhir, catatan kajian pagi tadi.
Judul kajian Cinta dan Cinta, pembicara ustadz Yusuf.Menelusuri catatan kajian, hmm...memang sedikit berbeda cara beliau memaparkan materi, dan pertanyaan yang diajukan peserta juga beragam.
Catatan Mitha sangat detil. Bahkan kata nah, yuk, mari ..yang sepertinya diucapkan pembicara pun sempat ditulisnya. Walau banyak singkatan disana sini tapi membaca catatannya bisa terbayang kira-kira seperti apa pembicara ngomong. Juga sempet-sempetnya Mitha memberi tanda dibagian-bagian peserta tertawa atas lelucon yang disampaikan pembicara. Juga menggarisbawahi bagian-bagian yang pembicara mengucapkan secara tegas. Ada di catatan kaki keterangannya. Bener-bener, deh. Padahal acara juga sudah direkam, tapi Mitha tetep lengkap mencatat setiap kata yang diucapkan ustadz. Alasannya, rekaman bisa aja tiba-tiba kehapus.
Ada juga profil pembicara. Satrio Yusuf Pratama. Berdesir hati Rainy membaca sepintas data pembicara. Dia orang yang sama dengan masa putih birunya. Setelah 6 tahun lebih, disini ia melihat lagi sosok pemuda itu. Setelah surat terakhir yang diterimanya. Surat cinta yang isinya menyudahi jalinan cinta mereka saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku
SpiritualCinta sejati itu sebenarnya yang gimana ? Perjalanan seorang Rainy, menemukan cinta yang hakiki...