ご | Luka.

40 8 0
                                    


|•|•|•|•|•|

Haruskah aku bermain sebelum waktunya tiba?

|•|•|•|•|•|





Wanita berambut coklat itu mengerjapkan matanya pelan. Pencahayaan yang begitu terang terasa menusuk indar penglihatannya. Siluet laki-laki yang menghalangi bola lampu diruangan serba putih itu menghadap kearah dirinya sekarang.

"Kau sudah sadar?"

Euncha mengangguk lemas. Masih berusaha menyesuaikan kedua bola matanya dengan cahaya lampu yang amat terang itu.

Tangan Doyoung terulur mengangkat tubuh wanita itu menuju posisi ternyaman. "Kau mau apa, cantik? Biar aku saja yang ambilkan. Kau tak boleh banyak bergerak."

"Tidak usah, oppa. Uhm, ini dimana?"

"Kita di klinik. Kau pingsan tadi." Jawab Doyoung sambil mengelus surai coklat Euncha.

Euncha membelakkan mata, "Pingsan?!"

"Ya. Kau hanya shock dengan kejadian tadi. Anxietymu kambuh. Untungnya tak terjadi apa-apa antara kau dengan anakmu. Aku tak akan memaafkan diriku sendiri jika itu terjadi. Maafkan aku, aku gagal menjagamu untuk yang kedua kalinya." Doyoung menggenggam tangan Euncha erat. Menatap manik hazel milik wanita hamil tersebut.

Euncha mengangguk sambil tersenyum, mengusap tangan Doyoung mencoba menyalurkan ketenangan untuk laki-laki yang menjadi cinta pertamanya itu.

Wanita itu terdiam, menahan tangis. Andai saja, ayah dari anak yang ia kandung ini bisa memperlakukannya bak Doyoung yang menjaga serta menyayangi Euncha tulus.

Tapi apa mungkin? Toh, perceraian mereka sudah tinggal tunggu bulan. Begitu anak itu lahir. Dua bulan setelah persalinan, maka dia dan Jaehyun akan buru-buru mengurus surat perceraian.

Apa yang bisa wanita itu harapkan dari rumah tangga kontrak antaranya dan Jaehyun?

"Euncha?" Panggil Doyoung pelan. Sang empu menoleh, berdeham pelan sebagai jawaban.

"Kau tak mau hubungi suami mu?"

Euncha terlonjak, "Ah t-tidak usah oppa. Aku takut kalau nanti mengganggunya. Bisa kau antar aku pulang saja?"

"Tapi--" / "Oppa, kumohon."

Doyoung menghela nafas, selaras mengangguk takzim. Detik selanjutnya, ia memapah gadis itu perlahan untuk turun dari ranjang rumah sakit itu.

Mafia In Love •

Kriet~

Wanita hamil itu melangkahkan kakinya kedalam unit apartemen itu. Menghela nafas, memperhatikan sepasang sepatu yang berserakan di depan pintu unitnya itu, lalu segera membereskannya.

Merasa rak sepatunya sudah tersusun rapih, Euncha berjalan menuju kamar. Tapi langkahnya terhenti begitu Jaehyun menampakkan dirinya dan bersender di depan kamar mereka. Ah, lebih tepat kamar miliknya.

"Kau sudah pulang? Bukannya kau ke Singapura?" Tanya Euncha memecah keheningan.

Jaehyun berdecak, "Kenapa tanya-tanya? Senang aku tidak ada? Kau bisa bebas bersama laki-laki sewaanmu diluar sana begitu?"

Euncha terdiam untuk beberapa saat. Apa maksudnya laki-laki sewaan? Oh, apa karna Doyoung tadi? Tahan, ia harus menahan emosinya sekarang. Mungkin Jaehyun salah paham.

Jaehyun berjalan kearah kulkas, mengambil beberapa kaleng soju dan meletakkannya di meja. Membuka kalengnya santai namun tetap dengan matanya yang menatap tajam kearah Euncha.

"Maksudmu, Doyoung oppa?"

"Oh, jadi namanya Doyoung? Lelaki keberapa yang kau ajak jalan minggu ini?"

Wanita itu menarik nafasnya dalam-dalam, sebelum akhirnya ia memberanikan diri duduk dihadapan Jaehyun dan membalas tatapan Jaehyun tak kalah tajam.

"Bisakah kita memajukan tanggal perceraian kita? Aku tak perduli status apa yang akan ku sandang nanti begitu aku melahirkan anak ini. Tapi maaf, aku sudah tak bisa menahan semuanya. Aku sudah muak dengan planing yang kau buat, seakan-akan aku adalah boneka yang bisa kau apakan saja. Seakan-akan aku adalah wanita yang memujamu setengah mati. Tenang saja, aku bisa membahagiakan malaikat kecil ini sendiri nanti. Namun, kumohon, hak asuh atas dia jatuh kepadaku semuanya." Ucap Euncha panjang x lebar.

Mata Jaehyun memerah, tangannya menggebrak meja kasar. "Berani-beraninya kau mengatakan itu di depanku?! Kau lupa siapa aku?!"

"Aku muak, Jung Jaehyun."

"Sialan!"

Detik selanjutnya, Suara teriakan memenuhi unit apartemen mereka. Suara debaman benda terdengar dimana-mana.

Euncha menahan tangan Jaehyun yang kini menjambak rambutnya kuat. Membenturkan kepala Euncha kesana kemari. Menendang tubuh Euncha yang kini telah lemas tak berdaya.

"KATAKAN SEKALI LAGI, YOON EUNCHA?!"

"Aku muak padamu Jung Jaehyun sialan! Lepaskan kepalaku!"

"Dasar wanita kurang ajar!"

Selanjutnya, kekerasan makin berlanjut. Tanpa ada pemisah atau pun hal yang dapat memberhentikan pertengkaran diantara mereka.

Selang beberapa menit, Jaehyun melepaskan genggamannya ditangan Euncha. Membiarkan wanita itu tak sadarkan diri dan segera mengambil jasnya. Berlari meninggalkan unit apartemennya sekarang. Entahlah, kemana ia akan pergi itu bukan suatu hal yabg penting. Sekarang, yang terpeting adalah, bagaimana cara ia melarikan diri dari apartemen itu.

Sedangkan wanita itu, ditinggalkan begitu saja dengan darah yang mengalir dari mulut, hidung maupun dahinya.

Sebelum tak sadarkan diri, wanita itu hanya bisa berharap. Ada yang menolongnya nanti.

•••

Mafia In Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang