2 - Kekasih Gelap

6 0 0
                                    


Chiko merapihkan barang-barangnya ke dalam tas. Latihan telah usai sejak setengah jam yang lalu, tapi Chiko belum beranjak. Ia sedang melatih gerakan tangannya pada Niken agar lebih lentur. Bagaimanapun, Chiko yang biasa memainkan bellyra harus menyesuaikan diri dengan posisi barunya.

"Chiko, aku duluan, ya?" Wajah Niken menyembul di balik pintu seraya tersenyum. Chiko mengangguk. Ia tahu, pasti Niken kelelahan. Hari ini Ryan tidak datang. Sakit katanya. Jadi Niken harus menangani semuanya sendirian.

Ruang Marching Band yang terletak di sebelah musholla telah sepi. Suara deritan di pintu mengejutkan Chiko. Ia segera berpaling.

"Raka..." Chiko menarik napas lega, "aku kira siapa..."

"Kamu bawa mobil?" Raka menghampiri Chiko dan duduk di meja tempat Chiko merapikan isi tasnya.

"Bawa."

"Padahal aku mau nganterin kamu pulang..." Raka tampak kecewa.

"Ziva?"

"Dia pulang bareng Sinta. Jarang-jarang, kan, aku bisa ngenterin kamu pulang."

"Kapan-kapan, ya, Ka," ucap Chiko lembut seraya membelai pipi Raka.

Raka tersenyum senang. Ia melompat dari meja yang didudukinya dan mengamit lengan Chiko. "Bareng, yuk ke parkiran."

"Jangan, ah!" Chiko menepis tangan Raka. "Nanti ada yang lihat!"

Raka tertawa keras. Diacak-acaknya rambut Chiko sehingga gadis itu melotot jengkel. Satu hal lagi yang ia sukai dari Chiko; ia hanya bisa tersenyum ceria di hadapan Raka dan itu berarti senyum manis Chiko hanya untuknya.

Sementara itu, seorang cowok menyaksikan adegan mesra itu dengan terkejut. Tidak sangka, Yoshiko dan Raka sepasang kekasih!

***

"Bagus Chiko, tangannya udah nggak kaku!" puji Meggie tulus saat mereka berlatih lagi beberapa hari kemudian. Chiko tersenyum dan mengucapkan terimakasih.

"Meggie, Chiko, ayo latihan hormat lagi!" seru Aliya.

Chiko dan Meggie bergegas menghampiri Aliya. Mereka berdiri di hadapan Ryan, berbaris membentuk satu banjar. Chiko memberi aba-aba, dan ketiganya mulai bergerak. Jalan kepiting ke kanan tiga langkah, ke kiri tiga langkah, kemudian hormat dengan posisi badan miring, tangan ditarik mengikuti badan. Tinggi ketiganya harus menyerupai tangga. Meggie yang berada di sisi kiri berjongkok, Chiko di tengah setengah bungkuk namun badan tetap tegak, sedangkan Aliya tetap berdiri tegak.

"Bagus!" puji Ryan. "kamu udah terbiasa, Chiko!"

Chiko, Meggie, dan Aliya kegirangan. Tadinya Chiko sulit melakukan gerakan hormat itu. Bukan apa-apa, kaki dan punggungnya pegal harus berada dalam posisi setengah bungkuk!

"Gue mau ngeliat bassdrum-nya dulu, ya? Niken sedang melatih color guard."

Ketiga gadis itu duduk di tepi lapangan sambil berbincang seperlunya. Chiko lebih banyak mendengarkan. Ia bukan tipe orang yang senang bicara banyak. Tidak berapa lama, Meggie berseru.

"Eh, kita dipanggil Kak Ryan tuh!" Meggie menunjuk ke arah Ryan yang tengah berdiri di kelilingi delapan pemain bass drum. Dengan sedikit tergesa, ketiganya menghampiri pelatih mereka yang sedang memberikan aba-aba kepada barisan senar drum.

"Kenapa, Kak?" ucap ketiganya.

"Kita mau latihan bareng. Display. Setelah itu pulang. Perkusi udah siap semua. Terompet juga. Bellyra dan maching-bell udah stand by dari tadi, tinggal nunggu color guard. Nah... Niken bilang udah. Ayo baris!"

YoshikoWhere stories live. Discover now