6 - Niken vs Ryan

5 0 0
                                    


Niken berdiri di antara deretan CD-CD terbaru di di toko yang didatanginya. Tangannya sibuk memilah-milah. Ryan berdiri di sebelahnya dengan wajah super bete dan bosan.

Sudah setengah jam lebih Niken memilih CD, tapi tidak satupun yang sesuai dengan keinginannya. Yang Niken cari adalah album kompilasi yang berisi berbagai lagu favoritnya.

"Udah yang itu aja..." ujar Ryan saat Niken mengambil sebuah CD lagu kompilasi band-band papan atas luar negeri seperti Muse, Linkin Park, dan lain-lain.

"Tapi..."

"Selera orang, kan beda-beda, Nik! Lagipula, ngapain sih beli CD segala? Tinggal subscribe ke Itunes atau Spotify gitu loh!"

Niken menggeleng. "Beda sensasinya, Ryan!"

Ryan hanya memutar bola matanya dengan jengkel. "Niki... aku laper, nih!" akhirnya Ryan berteriak frustasi. Alasan utama yang menyebabkan mukanya bertekuk-tekuk, ya... itu tadi... laper!

"Bentar lagi, bentar lagi..." Niken membujuk Ryan dengan senyum manisnya. Rayn nyengir keki, tapi ia tetap bertahan di sisi sahabatnya itu.

Niken kembali mencari-cari. Akhirnya pilihannya jatuh pada CD yang tadi diusulkan Ryan.

"Yuk!" Niken mengamit lengan Ryan setelah membayar CD-nya. Mereka berjalan menuju sebuah café di bagian atas mall itu. Ryan langsung nyengir senang. Akhirnya...

"Sirloin Steak dan Ice Cappuccino, ya, Mbak?" pesan Niken pada pramuniaga. Pramuniaga itu mengangguk sopan dan mencatat pesana Niken, setelah itu beralih pada Ryan.

"Mas pesan apa?"

Ryan mebolak-balik daftar menu di genggamannya. Inginnya sih memesan semua, tapi ia tidak yakin mampu menghabiskan semuanya. "Spaghetti Ayam Oriental, Rib Eye Steak - saus yang mushroom ya, Avocado Juice, dan banana split, Mbak," putusnya.

Niken dan pramuniaga itu melongo sesaat, tapi cepat-cepat kembali normal. Pramuniaga itu pergi setelah mencatat pesanan Ryan.

"Kalap, ya?" Niken geleng-geleng kepala ketika pesanan Ryan mulai diantar satu persatu dan disusun rapih di atas meja. Untungnya mereka memilih meja yang cukup luas, kalau tidak, entah mau ditaruh mana semua pesanan Ryan.

"Laper tahuu! Kamu, sih kelamaan!" sahut Ryan acuh. Ia menarik piring pastanya dan memulai memakannya tanpa ampun. Niken hanya tersenyum maklum. Bersahabat dengan Ryan sejak kecil membuatnya kebal malu jika sedang bersama sahabatnya ini. Seringkali tingkah Ryan mempermalukan mereka berdua, tapi Ryan-nya cuek hingga dia ikutan cuek.

Niken memotong steak-nya perlahan dan mulai makan. Pasta Ryan hampir habis dan Ryan bersiap-siap dengan steak-nya.

"Aku punya rencana, nih, buat Dhean," ucap Ryan ditengah-tengah kesibukannya mengunyah potongan daging. Beberapa orang yang duduk di dekat mereka terkikik geli. Mungkin mereka jarang melihat cowok keren tapi bertingkah tanpa berusaha menjaga image-nya.

"Rencana apa?" Niken menghentikan suapannya yang hampir memasuki mulut. Sebelah alisnya terangkat tanda tertarik tapi juga heran.

"Udah waktunya Dhean kenal cewek!"

"Maksudnya, kamu mau Dhean menjodohkan dengan seseorang? Cewek?"

"Yup... yup!" Ryan mengangguk semangat. saking semangatnya, makanannya sampai tersembur keluar.

"Siapa?"

"Chiko... cocok, kan? Adik ku itu... masa seumur-umur belum pernah punya pacar!"

Niken tertawa kecil. Apa yang dikatakan Ryan barusan? Seumur-umur belum punya pacar? Bagaimana dengan Ryan sendiri? Walau Ryan jauh lebih terbuka untuk bergaul dengan cewek, ia juga belum pernah punya pacar. Mungkin pernah sekali, tapi menurut Niken itu tidak bisa disebut pacaran, karena Ryan jadian dengan cewek yang hanya ditemuinya satu kali dan setelah itu menghilang entah kemana.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 03, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

YoshikoWhere stories live. Discover now