Prolog

164 26 9
                                    

5 tahun yang lalu..

Seorang gadis cantik berlari menuju ke Taman belakang sekolah, ia bernama Aqilla Chalondra Kirania atau sering dipanggil Qila, sedang bersedih hati karena nilai ulangan-Nya yang bisa di bilang kecil.

"Udah nggak usah nangis lagi, aku juga dapet nilai kecil kok. Udah ayo bangun," ucap anak lelaki itu seraya menjulurkan tangan nya untuk membantu Qila bangun.

Qila menerima uluran tangan lelaki itu lalu ia berdiri,"Makasih ya --," ucapan Qila terhenti karena ia tidak tau siapa nama lelaki itu.

Seperti mengerti itu, lelaki tersebut pun menyebutkan nama dan kelas nya. "Elfano Gunadhya Zachery, dari kelas 8E." ucap Fano dengan senyum manisnya.

"Eh, hai Fano, kenalin ya nama aku Aqilla Chalondra Kirania atau kamu bisa kok panggil aku Qila, by the way makasih ya Fano." ujar Qila di lengkapi senyum indahnya.

"Iya, sama-sama, dan aku boleh nanya nggak sama kamu?"

"Hm, boleh kok tanya aja."

"Kamu dari kelas mana ya?" tanya Fano.

"8E, eh kita sekelas ya? Kok, aku baru tau kalo kamu sekelas sama aku."

"Wajar kalo kamu baru tau, soalnya aju juga baru kok di sekolah ini," ucap Fano, Qila hanya mengangguk.

"Aku boleh temanan sama kamu kan?" sambung Fano.

"Ya, boleh dong." jawab Qila dengan senyumnya yang sangat-sangat indah.

^skip

Bel pulang sekolah sudah melengking di setiap telinga murid-murid SMP Kristal, semua murid bersiap-siap untuk kembali kerumah nya masing masing.

"Qila rumah kamu dimana?" tanya Fano.

"Di perumahan Graha Indah, Fan, kalo kamu?" tanya Qila balik.

"Aku juga sama kaya kamu, kalo gitu mau bareng ga?" ajak Fano kepada Qila.

"Mau, yaudah kalo gitu sekarang aja yok, udah mau hujan soalnya, liat noh awan nya udah mendung," ucap Qila sambil menunjuk-nunjuk awan yang mendung.

"Yaudah, yok." ucap Fano seraya menggenggam tangan Qila. Qila tersentak kaget dengan itu, namun ia segera menormalkan kembali raut wajahnya yang kaget lalu berjalan beriringan dengan Fano.

Keberuntungan tidak berpihak kepada dua remaja tersebut. Hujan sudah turun membasahi dua insan tersebut, mereka segera berlari menuju Parkiran sekolah.

"Fano, kamu bawa kendaraan apa?" tanya Qila dipadukan dengan suara rintik hujan.

"Aku bawa mobil kok, kamu tenang aja ya Qila."

Fano membuka-kan pintu mobil untuk Qila, setelah itu ia masuk ke dalam mobil. Fano merogoh isi tas nya dan ia mengeluarkan jaket miliknya, lalu ia pasangkan jaket itu ke tubuh Qila.

"Eh, nggak usah Fano, jaket ini kamu aja yang pakai," ucap Fano seraya berusaha melepas jaket nya, namun Fano mencegahnya.

"Udah kamu aja yang pakai, kalo kamu lepas, nanti aku marah ya." ujar Fano.

"Iya iya, aku yang pakai deh jaketnya," kata Qila mengalah.

Fano tersenyum, lalu mengacak-acak rambut Qila, "Nah gitu dong, hehe."

"Udah ayo jalan, kapan jalannya ini, pengen istirahat nih aku."

"Iya iya, Qila bawel." ucap Fano dan langsung menancap gas menuju rumah Qila.

^skip

"Qila, kita udah sampai di rumah kamu," ucap Fano seraya menengok ke arah Qila, namun yang ia dapatkan malah Qila yang sedang tertidur.

'Qila cantik banget ya' Batin Fano seraya memandangi wajah milik Qila, tidak lama setelahnya Qila pun terbangun dari tidurnya, sehingga membuat Fano gelagapan.

"Eh, udah sampai ya?" tanya Qila dengan suara khas orang bangun tidur, Fano pun mengangguk.

"Yaudah, ayo mampir dulu." ajak Qila kepada Fano, Fano pun ikut turun untuk mampir sebentar ke rumahnya Qila.

Ketika mereka masuk, mereka menemukan perempuan muda dan cantik, yang tidak lain adalah mama nya Qila.

"Assalamualaikum, ma." salam Qila dan mencium punggung tangan mama nya, lalu bergantian dengan Fano.

"Waalaikumsalam, eh ini siapa kamu La? Pacar kamu?" tanya mama Qila yang langsung membuat pipi Qila bersemu malu.

"Ih bukan mama, ini Elfano teman baru Qila. Dia tinggal di komplek ini juga lho ma," ucap Qila antusias.

"Wah, dekat dong. Hai Fano, kenalin saya Nia, mama nya Qila."

"Halo tante, aku Elfano Gunadhya Zachery. Aku baru pindah kesini tiga hari yang lalu."

Perbincanga mereka dilanjutkan dengan menanyakan semua tentang Fano, seperti sekolah lama Fano, dari mana Fano pindah, dan selebihnya. Sebenarnya di sini Qila lah yang lebih banyak bertanya.

° ° °

Sudah 2 minggu mereka berteman, dan Fano pun sering bermain ke rumah Qila. Dari pertama bertemu seperti ada bagian hati yang berdesir di diri mereka masing masing, namun mereka tidak terlalu memperdulikan nya.

"Qila," panggil Fano.

"Iya?" jawab Qila seraya menengok ke arah nya.

"Aku ingin janji sama kamu," ujar Fano. Qila menautkan alis nya antara bingung dan menyuruh Fano melanjutkan perkataan nya.

"Aku janji akan selalu ada untukmu dan selalu menjagamu, hingga kita tua nanti," sambung Fano sambil tersenyum.

Qila merasa itu hanya perkataan dari awal persahabatan nya, namun jantungnya berdetak begitu kencang dari biasanya.

"Iya Fano, aku juga akan selalu bersama denganmu." ucap Qila ikut tersenyum, lalu mereka saling tersenyum menatap matahari sore yang hampir tenggelam.

Matahari ini adalah saksi dimana aku mulai menyukai nya. Batin Qila.

Matahari ini adalah matahari terindah yang pernah aku lihat, sekaligus manjadi saksi awal aku mencintai nya. Batin Fano.

° ° °

Halo, akhirnya ketemu sama prolog yang panjang juga ya. Pokoknya jangan bosan bosan deh baca cerita ini.

Jadi niatnya tuh aku pengen nge revisi semua chapter chapter nya. Doa'in ya semoga lancar, aamiin.

Oke jangan lupa voment nya and happy reading semuanya, maaf kalo ada typo typo ya







Selamat bertemu Qila dan Fano.






FANILA // HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang