10

26 7 0
                                    

Sejak pukul 5 pagi, Qila sudah bangun dari tidurnya. Sudah 2 jam Qila bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.

Tinn... Tinn...

Qila buru-buru turun dari kamar menuju teras rumahnya. Ia kira Fano yang akan menjemputnya, namun saat ia turun bukan Fano yang ia temui, akan tetapi Georgino.

Cowok itu sudah bertengger di atas motornya. Cool. Satu kata yang terucap bagi para kaum hawa yang melihatnya, namun tidak untuk Qila. Jijik. Kata itu lah yang terucap olehnya.

"Ngapain?" tanya Qila dengan malas.

"Jemput, lo," jawab Georgino membenarkan letak kacamata hitamnya.

"Gua di jemput sama Fano," kata Qila dengan nada penolakan.

Drrtt... Drrtt...

Fano Ganteng : Maaf ya, aku nggak bisa jemput kamu. Soalnya aku nganterin Bunda aku dulu ke pasar.

Qila geram membaca pesan dari Fano, ia menatap marah ke arah ponselnya.

"Kenapa?"

"Bukan urusan lo!" hardik Qila berjalan cepat meninggalkan area rumahnya.

Georgino menyusul Qila yang sudah berada di depan gerbang rumahnya. "Gue tau kok. Lo gak di jemput sama Fano, kan?" tanya Georgino tepat sasaran.

"Terus kenapa kalo gue nggak di jemput sama Fano? Masalah buat lo?" ketus Qila sengit.

"Makanya bareng sama gue aja. Dari tadi udah di ajakin, juga." balas Georgino santai diiringi dengan senyuman smirk.

"Yaudah, nih gue juga terpaksa mau bareng sama lo." sungut Qila dan langsung naik ke atas motor Georgino, melepas tas dari punggungnya, dan menyimpannya di tengah-tengah tubuh mereka sebagai jarak.

"Pegangan!" perintah Georgino.

Qila memegang pegangan belakang motor, ia memutar bola matanya malas.

"Cepetan jalan, diem aja lu udah kayak gembel."

Tak ada balasan kata yang terucap dari mulut Georgino, mereka langsung melesat pergi menuju sekolah.

° ° °

Sesampainya mereka di gerbang sekolah, mereka sudah menjadi bahan tontonan anak murid yang sudah tiba di sekolah. Qila risih dengan tatapan murid-murid yang menatapnya.

Ketika sudah di parkiran, Qila langsung turun dari motor dan berjalan cepat menuju kelasnya. Georgino bergegas menyusul Qila, ia akan tetap berusaha mendekat dengan Qila walau banyak penghalang.

"La... Aqilla... tunggu dong," seru Georgino dengan nafas tersengal-sengal.

Qila acuh dengan seruan itu, ia tetap berjalan cepat menuju kelasnya. Ia sungguh membenci Georgino. Entah kenapa ia mendapat feeling yang tidak enak kepada Georgino.

Tepa di depan kelas sudah ada Fano yang akan masuk ke dalam kelas. Qila dengan gerakan cepat berlari ke arah Fano.

"FANO!" pekik Qila membuat Fano tak jadi melangkahkan kakinya, ia menengok ke sumber suara, ia dapat melihat pujaan hatinya selama ini sedang berlari dengan raut wajah yang bisa di bilang panik. Bahkan ia juga bisa melihat ada seseorang yang mengejarnya.

Qila menggenggam tangan Fano lalu membawanya lari dari kejaran Georgino. Dilihatnya kebelakang, ternyata Georgino sudah tidak mengejarnya lagi.

FANILA // HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang