Georgino masuk ke dalam rumahnya dengan tatapan marah. Seharusnya tadi ia bisa mencium Qila yang sudah ia anggap miliknya.
"Argh...," Rintih Georgino mengobati luka lebamnya.
"Awas aja lo Fano, habis lo ditangan gue!" seru Georgino berkata dengan penuh kedendaman.
Ceklek
Pintu rumah di buka membuat Georgino menoleh ke arah pintu."Loh, kamu kenapa Than?" ucap seorang cewek cantik yang umurnya sekitar 20 tahun.
"Aku nggak pa-pa kok, Kak," balas Georgino menampilkan senyum manisnya.
Yap, cewek itu adalah Risa, Kakak Goergino. Risa berumur 20 tahun dan sekarang ia sedang berkuliah semester 1.
"Tapi itu kamu lebam dimana-mana, Than. Sudah di obati, belum?"
"Udah, kok."
"Yaudah, kamu udah makan belum? Aku mau bikin makanan, soalnya," ujar Risa kepada Georgino yang menatap lurus ke arah TV.
Georgino menoleh sesaat kepada Kakaknya sebelum ia kembali fokus kembali kepada acara TV yang sedang ia tonton. "Boleh, Kak. Aku juga belum makan, nih," jawab Georgino seraya mengelus perutnya.
Memang seperti itu, bersikap manis di hadapan keluarganya. Namun, tidak untuk teman-temannya. Ia akan memperlihatkan sisi Georgino yang lainnya saat berada di lingkungan luar.
Drrtt...drrtt...
Ponsel Georgino bergetar menandakan ada pesan masuk. Ia meliriknya sekilas, lalu dahinya mengernyit. Ada pesan dari nomor tidak dikenal.+6281887******
Jangan pernah lo ganggu Aqilla lagi! Awas aja sampe lo ganggu dia, lo akan berurusan sama gue.FANO
Georgino
Gue akan tetap dekatin dia dan menjadikannya milik gue seutuhnya.Pesan dari Georgino hanya di read oleh Fano, tapi tidak ada balasan sama sekali sampai sekarang.
"Berani beraninya dia nyuruh gue buat jauhin Aqilla," gumam Goergino dengan seringainya.
"Ada apa, Than?" tanya Risa tiba-tiba membuat Georgino merubah raut wajahnya kembali.
"Gapapa, Kak." balas Georgino disertai cengirannya.
Hanya keluarga Georgino saja yang memanggil Georgino dengan sebutan Than atau lebih tepatnya mereka menyebut Georgino itu Nathan. Panggilan itu diambil dari nama belakang Georgino.
° ° °
Aqilla memasuki kamarnya dengan perasaan yang tidak menentu, ia malu dengan perlakuannya tadi terhadap Fano.
"Duh, goblok banget sih gue," maki Qila kepada dirinya sendiri.
Tok tok tok
Qila menoleh ke arah pintu, ia bangun dari tempat tidurnya lalu membuka pintu tersebut."Loh, kok kamu kesini?" tanya Qila kepada sosok di depannya.
"Pengen ngajak kamu jalan, La," balas Fano memberi cengiran kuda kepada Qila.
"Nanti, mau ngadem dulu. Panas banget di luar," jawab Qila seadanya.
"Masuk dulu, lah. Nggak enak amat liat orang jelek kayak kamu berdiri di depan pintu," ujar Qila sembari terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
FANILA // HIATUS
Teen Fiction"Di dunia ini, nggak ada namanya temenan, antara cowo dan cewe tanpa menyangkut-pautkan perasaan." Aqilla sangat setuju dengan kalimat di atas, karena dirinya sendiri pun merasakan hal itu. Ia berteman dengan Elfano sudah lima tahun lamanya, Peras...