15

18 2 2
                                    

Fano berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya. Ia menjalani hari-hari seperti biasanya, namun ada satu yang hilang. Penyemangat.

Ya, penyemangatnya telah hilang. Ia sudah lupa akan kenangan yang sudah terwujud lama oleh mereka berdua.

Sakit.

Itu yang di rasakan oleh Fano sekarang ini. Ia rasa sia-sia sudah perjuangannya selama ini, tetapi ia tidak putus asa. Ia akan terus memperjuangkan pujaan hatinya itu. Qila kamu akan menjadi milikku, selamanya.

"Woi!" seru sahabat Fano yang membuat lamunannya buyar.

Fano menoleh dan menunjukkan wajah yang amat-sangat kesal. "Apaan sih!" ketus Fano lalu beranjak dengan cepat menuju kelasnya.

Lucas yang menyaksikannya pun bingung, emangnya gue salah ya ngagetin dia doang?

Disisi lain seorang perempuan cantik sedang turun dari mobilnya. Sontak ia menjadi pusat perhatian para murid yang berlalu lalang. Aqilla Chalondra Kirania, perempuan itu datang dengan gaya yang berbeda, baju yang ketat, rok yang di atas lutut, dan penampilan yang sudah mirip seperti bad girl.

Qila memasuki sekolah itu, baginya baru pertama kali ini ia memasuki sekolah ini. Qila tidak mengingat siapapun, selain orang tua-Nya. Bahkan ia tidak mengingat siapakah orang yang waktu itu datang ke rumah sakit menjenguk dirinya.

Qila menuju kelasnya berada, yang setahu dia sih di kelas XII IPA 5. Ia tidak peduli dengan tatapan murid-murid sekolah ini yang menatapnya ya begitulah. Sesampainya ia di kelas, ia langsung memasuki kelas dan duduk di sembarang tempat. Tidak peduli cowok atau cewek yang menjadi teman sebangkunya.

Saat sedang asik bermain handphone, tiba-tiba ada seorang perempuan yang menghampiri dan langsung memeluknya. Sungguh ia risih.

"Woi, ngapain lo peluk-peluk gue?!" bentak Qila kepada cewek itu.

Dasha melepaskan pelukannya itu, ia menatap Qila tak percaya. "Lo nggak inget sama gue, La?" tanya Dasha hati-hati.

"Eng-gak," balas Qila santai namun penuh penekanan.

"La. Gue ini sahabat lo, gue Dasha La." ucap Dasha dengan tatapan sendunya.

"Gue nggak peduli, gue nggak inget siapa-siapa. Gue nggak inget lo dan siapapun yang ada di sini," ujar Qila acuh, lalu duduk kembali dan memainkan handphone-Nya.

° ° °

Suasana kelas XII IPA 5 sekarang sedang sunyi. Pak Murgi, guru Biologi yang terbilang sangat killer sedang menjelaskan materi pelajarannya. Namun, Fano tidak memfokuskan penglihatannya ke guru ataupun papan tulis. Ia justru memusatkan penglihatannya kepada Qila yang sedang memperhatikan Pak Murgi. Andai waktu bisa di ulang kembali, mungkin sekarang kau sudah menjadi milikku.

Pak Murgi yang ingin menoleh tak sengaja melihat Fano yang tidak memperhatikannya.

"FANO! KENAPA KAMU TIDAK MEMPERHATIKAN SAYA, HAH?!" bentak Pak Murgi segera membuat Fano tersadar dari pandangannya itu.

"Maaf Pak," Hanya kata itu yang bisa ia ucapkan.

"Keluar!" suruh Pak Murgi tega.

Fano bangkit dari duduknya, lalu berjalan lesu keluar dari kelas. Ia tidak ada tujuan, mau tidak mau ia akan pergi ke rooftop. Fano menaiki tangga menuju rooftop.

FANILA // HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang