Rony berdiri di sudut ruangan, berbicara dengan Lyodra sambil merapikan jaketnya.
"Mau pulang sekarang, Ron?" tanya Lyodra, yang juga bersiap.
"Yuk, kan tadi juga dateng bareng," jawab Rony santai.
Namun, sebelum mereka sempat melangkah keluar, ponsel Lyodra berbunyi. Ia menatap layar sejenak, wajahnya berubah serius.
"Sebentar ya, Ron," katanya sambil melangkah menjauh untuk mengangkat telepon.
Salma dan Nabila yang baru saja selesai berbincang dengan staf melihat Lyodra berbicara di telepon dengan ekspresi serius. Mereka saling bertatapan, lalu berjalan mendekati Rony.
"Lyodra kenapa?" tanya Salma penasaran.
Rony menggeleng pelan. "Gue nggak tahu. Kayaknya ada urusan mendadak."
Beberapa menit kemudian, Lyodra kembali dengan langkah tergesa. "Ron, maaf banget. Aku nggak bisa pulang bareng. Ada hal penting yang harus aku urus sekarang," ucapnya sambil memasang raut wajah menyesal.
"Mau aku antar?" ucap Rony menawarkan diri bantuan kepada Lyodra.
Lyodra menggelengkan kepalanya. "Nggak usah, kebetulan Bapak langsung jemput, sudah di bawah." ucap Lyodra.
"Hmm... oke, hati-hati, Ly." Lyodra mengangguk, lalu dia juga tersenyum ke arah Salma dan Nabila untuk berpamitan.
Kini tersisa Rony, Salma, dan Nabila. Mereka saling melirik.
"Kak Rony tadi bareng Kak Lyodra?" tanya Nabila memulai percakapan di antara mereka bertiga.
Rony mengangguk. "Iya, Nab. Tadi si Lyly gue jemput." jawab Rony.
Salma hanya melirik sekilas. Oh jadi pergi bareng.
"Jadi lo pulang sendiri?" tanya Salma.
"Iya, kenapa?" tanya Rony datar.
"Nebeng dong!" secara spontan Nabila mengucapkan hal itu.
"Yaudah, ayo! Lo juga, Sal?" tanya Rony. Tanpa sadar Salma mengangguk.
Mereka bertiga turun ke basement, suasana di antara mereka cukup santai meski Salma terlihat lebih pendiam dari biasanya. Dalam perjalanan menuju mobil Rony, ponsel Nabila tiba-tiba bergetar. Ia menghentikan langkahnya dan melihat layar ponsel
"Wait, Mih, Beh. Paul, telepon!" ucapnya, menatap Salma dan Rony.
"Angkat aja," ujar Salma cepat.
Nabila segera menjawab panggilan itu. Namun, yang terdengar bukan suara ceria Paul seperti biasanya, melainkan suara tegang.
"Nab, bisa ke rumahku sekarang?" tanya Paul buru-buru.
"Kenapa, Pol? Ada apa?" balas Nabila, wajahnya berubah khawatir.
"Aku nggak bisa jelasin sekarang. Pokoknya ada masalah. Aku butuh kamu di sini," jawab Paul, suaranya terdengar berat.
Nabila langsung panik. "Oke, aku sama Kak Sal, Kak Ron ke sana."

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Pendek
Short StoryIni merupakan work kumpulan cerita pendek yang mungkin bisa menarik untuk kalian baca. Tertanda Azaleasyaa