Tentang Sebuah Mimpi

67 3 0
                                    

Tentang Penulis

~ Prolog

Seperti yang pernah ku ceritakan sebelumnya, ribuan mimpi terbesit dalam beberapa angan sendu yang kumiliki, sebuah mimpi untuk menjadi seorang pendidik, ''Ibu guru,'' lebih tepatnya begitu, aku sempat berkhayal suatu hari nanti aku akan berada di tempat yang asing jauh dari sanak saudara dan kawan - kawan seperjuanganku, di sudut desa yang terpencil yang disana hanya ada ketenangan, kicauan burung, dan suara - suara siulan si pengembala sapi saja.

Itu dulu, mungkin Tuhan belum merestui hingga kini hatiku jatuh pada setitik jarum suntik, jatuh pada dunia medis adalah hal yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, tentang mimpiku dulu, kini masih tetap sama.

Nun jauh di atas gunung, yang disana tak ada signal untuk telepon genggam yang menyita waktu penggunanya sehingga melupakan yang seharusnya tak terlupakan, akan ku nikmati kehidupan baruku, memandang angkasa yang mulai pekat, bersama beribu bintang yang bertabur tepat diatas gubuk kecil beratapkan rumbia dengan alas seadanya, esok nanti akan aku susuri setapak demi setapak bebatuan dengan rumput hijau disekelilingnya, aku ingin mengabdikan diriku agar sepenuh hati mencintai profesi ini, ditempat yang asing bersama orang-orang baru

"Ibu, baik-baik saja?, Mari saya periksa, ibu istirahat yang cukup ya bu, bapak terlalu lelah, istirahat dan olahraga yang cukup akan membuat bapak bugar, dik obatnya diminum ya, lekas sembuh untuk kalian.."

Betapa kalimat - kalimat itu sering terbayang di benakku yang semoga akan kuucapkan suatu hari nanti, semua lelah akan terbayar oleh senyuman dan ucapan terimakasih yang sederhana namun penuh makna dari mereka, selepas itu akan ada airmata yang berlinang penuh haru,

"Ibu, aku rindu.."

mungkin beberapa kalimat Indah itu yang akan terucap sambil berkaca kaca mataku dengan duduk bersila diatas sajadah didepan Rabb-ku

"Allah, semoga Engkau selalu menjaga Ibuku.."

〰️

Saat itu terbesit senyuman haru saat seorang bocah menghampiriku dengan kaos oblong berwarna putih kecoklatan karena penuh percikan getah pohon karet, katanya,

"Nona, bisa mengajariku membaca ini.."

Disodorkannya sesobek koran bekas bungkus makanan yang ia temukan dijalanan,

"Nak, duduklah disampingku, akan ku ajarimu hingga kau pandai membaca menulis, hingga kau mengerti lafal, hingga kau menjadi cerdas, akan ku ajarimu mengeja huruf demi huruf hingga kau dapat merangkai sebuah aksara.."

" Terimakasih, Nona.."

katanya lagi sambil memelukku, matanya berkaca namun air mataku yang tumpah..

Pada Senja, Hujan, Puisi dan KauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang