Tiga

4K 240 6
                                    


Sebelumnya revano tidak pernah merasa menginginkan seseorang sampai seperti ini, ia juga tidak percaya cinta pandangan pertama, terlebih ia hanya suka mempermainkan wanita, tidak ada yang membuatnya tertarik sampai kesal seperti sekarang. Sebelumnya tidak ada yang pernah menolaknya atau bahkan menamparnya, dan tadi siang ia di tampar oleh gadis yang sama, gadis yang membuatnya kecanduan hanya dengan sebuah ciuman, yang juga menendang aset nya.

"stop!" revan mendorong tubuh seorang wanita yang sudah telanjang dan mencium nya.

"kenapa?" wanita itu menatap tidak percaya, revano elzio. Lelaki yang sangat di inginkan setiap wanita, dan seorang playboy menyuruhnya berhenti. Seperti bukan revano yang di katakan setiap orang padanya.

"saya tidak berminat" revano merapikan kemeja nya dan berdiri, bersiap keluar dari kamar hotel nya.

"segera pergi!" revano melempar beberapa uang cast, lalu keluar dari kamar hotel nya.

Revano mendengus, rasanya seperti bukan dirinya yang tidak merasa bergairah dengan wanita manapun hanya karna perempuan bertubuh mungil itu.

Mau bagaimanapun malam ini ia harus memiliki jia, atau obsesi sesaatnya itu tidak akan pernah berakhir. Besok revano harus segera pulang ke jakarta, jadi malam ini ia harus mendapatkan perempuan itu.

Revano melangkahkan kaki nya ke restoran di rooftop hotel nya, banyak pasangan yang sedang makan malam, dan tidak jarang para wanita yang bahkan memiliki pasangan itu mrlirik ke arah revano.

Dering telpon nya membuat revano menghentikan langkahnya sebentar dan menerima panggilan telpon nya.
Sudut bibirnya tertarik membentuk senyum miring saat orang di seberang telponnya memberitahukan informasi tentang jiana kirana, yang tadi pagi ia suruh selidiki.

Jia juga menginap di hotel yang sama dengannya, sepertinya perempuan itu memang di takdirkan untuk menemani malam nya, malam ini.

Revano memutus telponnya saat ia mengedarkan pandangannya dan melihat perempuan berambut ash brown itu duduk di pinggiran pembatas roofrop.

Revano mendekat dan duduk di depan jia yang sekarang mendengus melihatnya.

Jia malas meladeni lelaki di depannya ini, apalagi setelah beberapa kali lelaki itu beberapa kali menganggapnya gadis murahan.

Jia lebih memilih meladeni telpon dari adik lelaki nya yang baru berusia dua belas tahun itu.

Adam, adiknya itu menelponnya ke nomer bilqis.

"kak please pulang. Mama sama papa terus berantem. Aku pusing"

Jia masih diam.

"terus?" jia membalas.

"aku enggak ngerti sama mereka"

"kamu enggak usah sok mau ngertiin mereka, kamu belajar aja. Main keluar juga jangan sampai kebablasan, jangan makan junkfood, pergi ke restoran keluarga aja kalau mau makan" jia menghela nafas nya.

"bingung deh, punya mama chef tapi enggak pernah masak di rumah, punya papa dokter tapi anak sakit enggak tau"

Jia menghela nafasnya.

"minta bik ina yang masak" jia menjawab. "minggu depan kak jia pulang, kalau uang udah abis. Udah ya, love you"

Jia memutus telponnya.

"love you too" revano yang sedari tadi menunggu, langsung menyahut.

"bukan lo" jia memalingkan wajahnya.

"sepertinya teman jalang kamu itu meminjamkan handphone nya" revano berkata.

"JAGA MULUT LO!" jia membentak. "teman gue bukan cewek murahan"

young married Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang