Enam

3.1K 223 8
                                    

Sudut bibir revano terangkat membentuk seringaian saat melihat siapa yang menelpon nya sekarang. Padahal rencananya malam ini ingin pergi ke salah satu klub malam miliknya untuk bermain sebentar.

Revano memelankan laju mobil yang di kemudikannya, lalu memasang headset nya dan menerima panggilan telpon Jia.

"halo" revano berkata.

Suara isak tangis membuat revano menegakkan tubuhnya, lalu menepikan mobilnya.

Revano melirik jam tangannya, ini pukul sebelas malam dan perempuan itu menelponnya sambil menangis.

"r..revano, hiks.. hiks"

"jiana, tenang. Tarik nafas, jangan panik!"

Sekarang revano merasa bersalah atas apa yang di lakukannya pada jia, saat mendengar isak tangis perempuan itu, dan ia juga merasa khawatir. Revano lebih memilih jia yang mengomel atau melawan nya dari pada menangis.

"gue takut, khawatir..hiks, g..gue takut"

Revano menghela nafasnya mencoba menenangkan dirinya yang sekarang khawatir.

"dimana kamu sekarang?"

"dharma nugraha hospital"

Revano langsung memutus telponnya, dan melajukan mobilnya dengan terburu-buru. Rasa khawatir nya semakin bertambah mendengar jia yang berada di rumah sakit.

Selama lima belas menit, revano sudah beberapa kali berkata kasar karna beberapa pengemudi mobil yang menghalang jalannya.

Sesampainya di rumah sakit, revano langsung memakirkan mobilnya dan turun.
Revano melangkahkan kaki nya lebar, dengan cepat lelaki itu mencari jia, saat ia ingin bertanya ke reseptionist. Revano melihat perempuan itu duduk di depan icu bersama seorang anak laki-laki.

Revano mendatangi jia, melihat perempuan itu yang duduk dengan wajah memucat, tubuhnya juga gemetar sambil merangkul anak kecil di sebelahnya.

"Jia?" revano berkata.

Jia mendongak, tangisnya langsung pecah melihat revano. Jia juga langsung bangun dari duduknya dan memeluk lelaki itu, ia pikir revano tidak akan datang setelah lelaki itu langsung memutuskan sambungan telponnya.

"g..gue nabrak orang" jia berkata.

Revano diam, lalu melepaskan pelukan jia, mendudukkan perempuan itu lagi, lalu berlutut di depan perempuan itu.

"g..gue takut, kalau sampai meninggal gimana?. Gue enggak sengaja, sumpah" jia menjelaskan.

Sekarang rasanya jia menyesal sudah membangkang pada kedua orangtuanya, menyesal karna tidak berbuat baik pada keluarga nya kecuali pada adik laki-laki nya, adam.

Menyesal karna kabur ke bali dan berfoya-foya.

"gue takut" jia berkata dengan lirih.

Revano menghela nafasnya lalu melirik anak kecil yang berada di sebelah jia, mata anak itu sudah mengantuk, ia juga melihat jia lalu berdecak kesal.

Revano langsung membuka jaket nya dan memasangkannya di tubuh jia.

"Dari mana kamu?" revano bertanya.

"enggak penting, yang penting ibu nih anak. Gue takut" jia menjawab dengan panik.

"saya akan bantu kamu" revano tau ini terdengar sangat egois dan tidak manusiawi, tapi ini juga sebuah kesempatan bagi nya untuk memiliki jia. "Tapi dengan satu syarat"

Jia terdiam.

"menikah dengan saya" revano melanjutkan kalimatnya "dan saya pastikan semuanya akan baik-baik saja"

young married Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang