chapter 5

7 2 0
                                    

FIRE WORK
•Magic•

Rui mengajak Airin ke kantin. Makan, karena perut sedang lapar dan tidak berniat untuk melakukan hal lainnya. Ketika mereka berjalan dengan membawa segala yang ingin dimakannya di nampan, Airin terjatuh dan menumpahkan segalanya ke lantai gara-gara Dion yang memang sengaja menabrakkan dirinya pada Airin.

Dengan sigap,  Rui mencegahnya sebelum benar-benar mengenai permukaan lantai dan mengembalikan makanan tersebut ke tempatnya semula.

"Sorry, gue sengaja." ucap Dion mengece. Dion masih tidak suka dengan Airin, gara-gara dia yang keluar masuk ke kamarnya tanpa mendapat izin darinya.

"Kurang ajar banget sih lo jadi orang! Untung dia gakpapa, untung juga gue punya sihir. Makanannya gak jadi mubazir." gertak Rui yang tak bisa diam kalau cucunya sedang di jaili orang lain.

"Oh iya,  dia sepupu lo kan? Pasti juga penyihir,  bisa tunjukin sihirnya gak?" tantang Dion. Kalimat tersebut sukses membuat semua orang yang ada dikantin menoleh ke arah mereka.

"Lo punya sihir kan?"

Semua orang menatapi Airin. Memang Airin ini seorang penyihir tapi sekalipun dalam seumur hidupnya, dia hanya sekali menggunakan sihirnya. Karena sihir tidak pernah membuatnya bahagia.

"Ta-tapi.." belum selesai Airin bicara,  Rui menyelesaikan kalimatnya.

"Iya dia bisa. Sekarang tunjukkan pada mereka kalau lo penyihir yang hebat Airin" Kata Rui menyakinkan.

Airin meletakkan nampannya di meja. Lalu dia memulai sihirnya. Dia memainkan tangannya seperti mengumpulkan energi dari alam. Merapalkan mantra sihir Bintang sebisanya. Tak lama kemudian, percikan-percikan cahaya keluar dari kedua tangannya. Semakin lama semakin membesar.  Menjadi sebuah bola cahaya.

Blum!

Cahaya itu meledak dan terjadilah hujan serbuk Bintang yang sangat Indah.

"Waahhh,  sihir Bintang ya?"

"Menakjubkan 😱"

"Indahnyaaaa"

"Airin hebat"

"Awesome!"

"Uda?  Gitu doang? Ini yang lo bilang sihir?" pekik Dion meledek. Dalam hatinya dia merasa kalau sihir Airin memang Indah dan juga hebat,  tapi dia malu dengan apa yang diyakini oleh hatinya itu. Tanpa seorangpun tau,  Dion tetap mengatakan kalau sihir Airin itu biasa saja.

"Emang lo bisa sihir? Sembarangan aja kalau ngomong" bela Rui lagi.

"Uda gapapa,  gue emang gak bakat jadi penyihir.  Kita lanjutin makan aja yuk." kata Airin sembari mengambil nampannya.

"Lain kali gue mau lihat sihir lo" ucap Dion berbisik seraya berjalan melintasi Airin dan pergi meninggalkan kantin.

Sekilas Airin terkejut. Mungkin apa yang di dengarnya itu salah. Airin melanjutkan acara makannya,  kerumunan pun sudah mulai memecah dan melanjutkan aktifitasnya tadi.

••

Ketika aku dan Rui keluar gerbang sekolah, dua orang yang familiar menghampiri kami berdua.

"Hai , Airin. Pulang bareng yuk" ucap Melani menyapa.

"Lo kenal Airin Mel?" tanya Rui heran.

"Iya, kita pernah bertemu. Iya kan Rei?"

"Gak sengaja ketemu di jalan. Trus jadi kenal Kak Airin" terang Rei.

Rei adalah adik kelas mereka bertiga. Rui dan Airin duduk di kelas 11 Mipa 2 sedangkan Melani yang otaknya lebih cerdas dari mereka duduk di kelas 11 Mipa 1. Rei dan Melani selalu bersama,  walaupun mereka tak punya hubungan yang jelas tapi mereka saling menjaga hati satu sama lain. Tapi eskul-lah yang mempertemukan mereka.

"Mumpung lagi ketemu nih,  Airin mau gak ikut eskul Fotografi?" tawar Melani.

Mereka berjalan berempat beriringan hampir memenuhi jalan tanpa seorang pun yang terganggu.

"Ikut aja kali,  kita friendly kok" lanjut Rei meyakinkan Airin.

Airin menoleh ke arah Rui.  Seolah Rui bisa membaca pikiran Airin,  Rui langsung menimpali.

"Coba aja dulu" Timpal Rui.

"Kalau lo beneran mau,  besok datang aja ke ruang seni. Disana ada kita-kita kok."  terang Melani.

Airin memutuskan untuk mencoba mengikuti eskul itu. Mungkin dengan ini hidupnya bisa berwarna lagi. Walaupun semestanya hanya terlihat hitam-putih dan abu-abu.

Tbc

FireworkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang