chapter 3

5 2 0
                                    

FIRE WORK
•He•

"Jadi kamu cucu nya Rui?" tanya Wanita parubaya itu padaku. Dia mengahampiriku dengan membawakan segelas teh hangat. Dari tadi aku memang sangat kehausan. Dan juga lapar.

"Iya. Dia Nenek ku" jawabku singkat. Aku meneguk teh yang sudah ada di hadapanku. Seperti sudah membaca pikiranku,  nenek tadi juga menghampiriku dan mmebawakanku semangkuk kue bolu. Tak segan aku melahapnya.

"Benar kamu keturunan keluarga Dandelion?" tanya Nenek itu padaku.

"Aku punya diamond dimana seluruh anggota keluarga memilikinya." kutunjukkan anting yang kupakai di sebelah kanan telingaku.

Tunggu,  aku tidak menemukan apapun.

"Apa mungkin terjatuh? Tapi sungguh,  aku memilikinya bibi" ucapku gugup.

"Tenanglah. Surat ini mengatakan kalau kau adalah cucunya Rui. Kami percaya." kata wanita parubaya itu.

"Perkenalkan,  aku Viona. Neneknya Rui. Dan ini anakku,  Renata." kata Viona memperkenalkan diri.

"Iya,  bolehkah aku keluar untuk mencarinya?"

"Sudah malam,  sebaiknya kau cari besok saja. Sekarang beristirahatlah dulu. Kau bisa menempati kamar Rui." terang Renata padaku.

"Baiklah"

Diamond itu sangat berharga. Karena itu simbol dari keluarga Dandelion. Dimana kelurga kami adalah keluarga terhormat di dunia sihir ini.  Diamond itu juga membantu para penyihir sepertiku untuk menguasai sihir-sihir yang baru.

••

"Aku pulang" teriak Dion dari depan pintu rumah.

"Makan siangnya sudah siap."

"Aku ganti baju dulu"

"Engga usah. Ibu mau bicara sama kamu" kata Ibu Dion dengan senyum-senyum tidak jelas.

"Ibu kenapa?"

"Duduklah. Kenapa kau tidak cerita Ibu kalau membawa pacarmu pulang nak" timpal Ibu tiba-tiba.

"Haaa? Maksut Ibu apa? Dion nggak ngerti" Dion semakin bingung dengan percakapan Ibu yang tidak dimengerti.

"Lalu ini apa?" tanya Ibu heran. Ibu menunjukkan benda itu pada Dion. "Ibu menemukannya di dekat ranjangmu"

"Anting?" Dion langsung mengambilnya dan memasukkannya ke dalam saku. "Ibu gak perlu tau,  yaudah Dion ganti baju dulu" sambung Dion seraya pergi ke kamarnya.

"Perkenalkan dengan Ibu nak. Ibu ingin melihat calon menantu" teriak Ibu.

••

"Tante, aku mau pergi mencari antingku yang jatuh kemarin boleh?" tanyaku pada Tante Renata.

"Pergilah. Oh iya,  ini ada pasir sihir pencari. Bayangkan saja apa yang kamu cari,  lalu taburkan didepan mu. Nanti pasir ini akan memberimu petunjuk dimana anting kamu jatuh." terang Tante Renata padaku.

"Iya Tan,  ini sangat membantu. Terimakasih"

Aku menaburkan pasir sihir ini, pasir ini menampilkan hologram dimana antingku terjatuh. Ternyata anting itu terjatuh di dekat ranjang kamar yang kemarin. Segera aku pergi ke sana. Mencari apa yang seharusnya terpasang di telingaku.

••

ketika keadaan sudah sepi,  diam-diam aku memasuki kamarnya. Dan Aku tak menemukan apapun di kamarnya.

Apa dia sudah memungutnya?

Aku berjalan keluar. Dan menemukan sebuah taman yang cukup luas. Disana,  dia duduk di bawah pohon yang rindang. Sosok itu familiar bagiku. Ya,  dia laki-laki yang memiliki kamar itu. Aku harus menghampirinya dan meminta antingku kembali.

Aku mulai mendekat dan betapa terkejutnya aku ketika dia mengeluarkan sesuatu yang meiliki warna. Warna yang tidak biasa terlihat oleh mataku.

Bagaimana bisa?

Sejak berumur 3 tahun ketika aku pertama kali menggunakan sihir,  aku kehilangan warnaku. Semua yang aku lihat hanya berwarna hitam-putih-dan abu-abu. Tapi berbeda dengan ini, tiba-tiba warna itu keluar menembus atmosferku. Aku melihat warna untuk sekian lamanya. Ada ikan mas besar yang keluar dari gambar itu, berenang di langit. Pelangi yang keluar menghiasi angkasaku. Aku masuk ke dalam lukisan orang itu atau lukisan itu yang keluar ke duniaku. Karena terlalu bahagia, aku menari-nari bersama puluhan burung yang berkicau bersamaku. Sampai aku lupa apa tujuanku yang sebenarnya.

"Lo ngapain?" ucap Dion yang memecahkan dunia ilusiku.

Aku berhenti dan berdiri tepat di hadapannya. Aku mematung. Sungguh,  ini memalukan. Dengan keberanian yang aku kumpulkan untuk mneyelamatkan diriku sendiri,  aku menjawab pertanyaannya.

"Lo mungut anting gue yang jatuh di sekitar ranjang?"

"O,  jadi lo cewek yang kurang ajar masuk ke kamar orang sembarangan"

"Sorry,  gue gak sengaja jatuh di kamar lo"

"Ambil nih. Lain kali tau diri dong. Masuk ke kamar orang sembarangan"

"Makasih. Oh iya,  bisa gue lihat gambar lo yang barusan"

"Nggak, emang lo siapa? Enak aja" pekik Dion geram. Sejenak dia berfikir,  bahwa diamond itu Dion pernah melihatnya. Tapi dimana,  dia lupa dan berusaha mengingatnya. "Itu anting bukannya Keluarga Dandelion yang punya?" tanya Dion padaku.

"Oh ya,  gue Airin" kataku sembari menyodorkan tanganku berniat untuk menjabat tangannya.

"Ngga perlu. Uda gue mau cabut" kata Dion bergegas meninggalkanku tanpa menjabat tanganku. Heran ya, sombong sekali dia.

"Lain kali gue mau lihat gambar lo lagi. Itu penting banget bagi hidup gue. See you." teriakku padanya yang sudah memunggungiku sedari tadi.

"Bodo amat"

Dion tidak menyadari kalau setelah itu dia lebih banyak berurusan dengan gadis yang bernama Airin.

Tbc

FireworkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang