Chapter 2

6 3 0
                                    

FIRE WORK
•Magic Shop•

Bola mataku memutar menelusuri seluruh penjuru yang ada di ruangan ini.
Lantainya seperti papan catur, ada satu ranjang yang menjadi obyek utama di ruangan ini.

Tap
   Tap
      Tap

Suara itu terdengar dari luar ruangan ini. Seseorang menaiki tangga dan aku yakin dia menuju ruangan ini. Segera aku bersembunyi di kolong ranjang itu.

"Dion, ganti baju dan turun ya nak. Ibu sudah menyiapkan makan siang mu" teriak wanita parubaya dari lantai bawah.

"Iya Bu" jawab laki-laki itu.

Dia melepaskan bajunya sembarangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dia melepaskan bajunya sembarangan. Menggantinya dengan kemeja putih dan celana hitam panjang. Segera dia pergi ke bawah untuk menemui wanita itu yang ku kita adalah ibunya.
Aku tidak membuang kesempatan ini,  bergegas meninggalkan tempat itu dan keluar dari jendela yang sedang terbuka disana.

Aku keluar tanpa menyadari bahwa ada dua pasang mata yang sedang memperhatikanku.

••

Hari semakin panas dan aku belum juga menemukan alamatnya. Banyak manusia lalu lalang di jalanan. Namun, Sedikitpun tak ada keberanian untukku bertanya. disini,  mobil dan motor masih menggunakan roda. Manusia juga masih berjalan menggunakan kakinya di trotoar. Jalanan masih terbuat dari aspal dan Pohon masih tumbuh walaupun polusi masih merajalela.

Tahun dimana aku berada sebelum sampai disini,  seluruh kendaraan sudah ramah lingkungan karena usia bumi yang semakin tua. Kendaraan juga tidak memakai roda, mereka melayang di atas jalanan. Jalanan sudah tidak lagi aspal melainkan lintasan seperti rel yang saling berhubungan. Kalaupun berjalan kaki,  trotoar ini sudah berjalan sendiri seperti eskalator tanpa harus mengeluarkan tenaga. Namun tak ada pohon di masa aku hidup. Udara disana sangat buruk walaupun semua kendaran sudah berevolusi menjadi ramah lingkungan.

••

Matahari mulai bergeser dari tempatnya. Cahaya kehidudapnnya mulai tergantikan oleh cahaya rembulan. Kegelapan mulai menguasai, angin dingin berhembus dan malam pun merajai.

"Itu kan cewek yang keluar dari rumahnya Dion tadi siang" ucap Rei yang berada di seberang jalan.

"Mungkin dia butuh bantuan" kata Melani mengira.

Mereka berdua berjalan menghampiri Airin yang sedang celingukan kesana kemari.

"Lo pacarnya Dion kan?" ucap Rei tiba-tiba.

"Jangan langsung nge-judge gitu dong Rei" timpal Melani membela. "Nyari sesuatu ya?"

"Ini, kalian tau?" ucap Airin dengan menyodorkan secarik kertas yang berisikan sebuah alamat.

"Toko Sihir. Jln. Sudirman, No. 56, Kota. Alamat sepopuler ini lo ga tau?" pekik Rei meledek.

"Maaf,  gue pendatang baru
Bisa antarkan ke sana?"

"Ikuti kita ya, kita anter sampe depan pintu deh" jawab Melani riang.

Mereka bertiga berjalan menuju Toko sihir yang berada di lereng bukit. Di sepanjang perjalanan,  mereka sempat berbincang memperkenalkan diri. Alhasil mereka mengenal satu sama lain tanpa mengetahui latar belakang Airin yang sebenarnya.

"Uda nyampe,  sebaiknya lo cepet istirahat deh. Uda malem soalnya" kata Rei.

"Makasih ya kalian."

"Sama sama Airin,  kalau lo ada apa-apa bilang ke kita aja" ucap Melani menawarkan diri.

Airin mengangguk. Dan mereka berspisah di depan pintu Toko Sihir tanpa mengucapkan selamat tinggal. Karena,  takdir akan mempertemukan mereka kembali.

••

Aku memasuki Toko tersebut.  Sepertinya ini toko milik nenek. Tapi sangat berbeda dari toko yang ada di zamanku. Semua masih sangat tradisional tidak se-modern yang ada di zamanku. Mungkin disini aku akan bertemu dengan orang yang aku kenal. Sampai akhirnya,  wanita tua itu menyapaku riang.

"Ada yang bisa saya bantu?" ucapnya sambil tersenyum simpul.

"Nenek. Oh maksutku , ini" ucapku sambil menyodorkan surat yang dititipkan nenek padaku.

"Jadi kau temannya Rui. Tapi Rui sedang tidak ada di rumah. Dia pergi ke luar kota untuk mempelajari sihir" ucap nenek itu padaku.

"Oh begitu" sekarang aku tak tau apa yang harus ku lakukan. "Baiklah,  aku permisi dulu"

"Memangnya kau mau kemana? Apa ada tempat lain selain disini?"

Aku menggeleng. Karena merasa kasihan, Nenek itu membiarkanku untuk bertamu di rumahnya.

"Wajah itu mirip sekali dengan nenek. Apa dia Ibunya Nenek? Atau Ibu dari Ibu nya Nenek?"

Tbc

FireworkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang