Tujuh: Orange

649 113 18
                                    







Mata merah berair, hidung yang tersumbat, batuk yang tidak kunjung berhenti.


Oh, menyakitkan.


Disini Gyuri, hanya bisa terbaring lemah didalam ruang kamarnya yang ukurannya tidak lebih dari empat kali empat meter. Sesekali menyeka hidungnya dengan handuk kecil yang sudah penuh.



Melirik pada jam dinding di dekat jendela, rasanya Gyuri jadi sedikit khawatir. Sudah dua jam semenjak Jisun-nya mengirimkan pesan singkat bahwa ia akan mengunjunginya.


Belum datang, ah, kalau saja Gyuri tidak sakit seperti ini mungkin kunjungan gadis itu bisa lebih menyenangkan.











"Popsicle"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Popsicle"

Story by:
Coffeeganger
©2019-02








Tebak apa yang Gyuri lakukan usai percakapannya dikamar Jisun kemarin sore?







"m-maksudnya?"

"iya.. kau tadi bilang berbahaya, aku jadi berpikir seberapa khawatirnya kamu akan hubungan kita - maksudku.. kalau memang hubungan ini terasa membebanimu, aku tidak masalah kalau kau mau.."

"..mau mengakhiri hubungan kita.."








Tidak ada. Gadis itu hanya balas tertawa kecil.





"tidak usah dipikirkan, Jisun, aku masih bisa mengatasinya, lagipula itu bukan masalah besar jadi kau tidak perlu terlalu khawatir -omong-omong.. kau sudah mengerjakan soal yang ini?"


Jisun, waktu itu senyum yang sedikit dipaksakan.


Mengalihkan, lagi-lagi Gyuri terlihat menyepelekan kekhawatiran Jisun. Memangnya siapa yang mau membebani pasangannya? Begitu juga dengan Jisun. Masalah ini cukup penting dan dia melewatkan pembicaraan begitu saja.


Ah, setidaknya Jisun harap Gyuri akan bereaksi dengan kata mengakhiri yang sebelumnya ia ucapkan, namun, tidak. Jisun juga mau diperjuangkan, atau setidaknya Gyuri bisa menjawab dengan aku tidak mau kita berakhir, atau, aku sayang padamu, kita jangan berakhir, ya?




Dan beberapa saat usai percakapan itu, Gyuri memaksa pulang. Hampir sampai pada batas waktu yang sang Ayah tetapkan namun sialnya hujan datang tidak permisi, deras sekali.


Satu, tidak mungkin meminjamkan payung sementara Gyuri kan membawa sepeda. Dua, tidak mungkin meninggalkan sepeda lalu berjalan kaki dengan payung, itu terlalu jauh. Jisun sudah berusaha mengatakan bahwa lebih baik Gyuri tunggu sampai hujan reda, mungkin Ayahnya akan mengerti.


Popsicles | GyulSun 🚫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang