Delapan: Blueberry

776 111 15
                                    




Ada hari dimana keduanya bersama, dan ada pula hari dimana salah satu menyibukkan diri. Namun tentu saja Jisun tidak bisa absen dari Festival sekolah hanya karena Gyurinya sakit, bukan?

Maka meskipun sedikit kecewa, gadis Noh memutuskan untuk tetap berangkat ke sekolah.








Maka meskipun sedikit kecewa, gadis Noh memutuskan untuk tetap berangkat ke sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Popsicle"

Story by:
Coffeeganger
©2019





Juga, meski tidak ada pesan singkat pagi itu dari gadis Jang. Jisun, bisa dibilang sudah sedikit terbiasa akan sikap Gyuri -memang bukan tipikal orang yang sering mengirimkan pesan singkat. Hubungan akan berjalan baik jika keduanya saling memahami, kan?

Bohong.

Tentu saja ada sedikit harapan kecil dalam hati Jisun bahwa setidaknya Gyuri bisa memberi kata semangat untuk penampilannya hari ini.

Ah, tidak. Gyuri sedang sakit. Jisun harus ingat itu.


Dan saat ini, berlarian, langkah keduanya sampai. Saerom menyibakkan gorden hitam hingga cahaya sedikit menyilaukan mata keduanya. Berhenti berlari dengan nafas yang tidak beraturan, keduanya tertawa lepas.


"astaga-" kesulian menahan tawanya, Saerom jatuh terduduk, "-wajahmu ketika tadi setannya muncul- bodoh sekali! Andai kau bisa melihatnya!"

"yah! Kau juga sama bodohnya-" sulit berbicara sambil tertawa, bukan? "kau pemberani -cis, apanya? Siapa yang tadi teriak lebih keras, huh?" pungkas Jisun tidak mau kalah.

Jisun mengelap keringat pada pelipis dengan punggung tangannya. Didalam tadi, meski ada beberapa hantu yang sama sekali tidak seram -malah terlihat bodoh, namun tetap saja, gelap dan suara-suara yang mencekam membuat permainan rumah hantu kecil ala adik kelas ini menyenangkan.

Selain membuat kaki lelah, berlari juga membuat keduanya merasa lapar -energi yang terkuras. Tak heran perut gadis Lee berbunyi keras, membuat Jisun sedikit terkekeh mendengarnya.

"kau lapar?" tanya Jisun.

Saerom mengangguk, "mau temani aku cari makanan?"

"boleh, tapi aku tidak bisa berkeliling seperti ini- "

Oh, jangan lupakan Jisun yang masih mengenakan Hanboknya.

"-mau antar aku ganti pakaian?"

Apa?

Mungkin memang Saerom yang berpikiran lain -ah, jangan salahkan otaknya, kini telinganya memerah meski ia tau Jisun tidak bermaksud mengatakan hal itu.

"maksudmu -ganti pakaian? Aku? melihat-"

Saerom yang gugup, Jisun langsung mengerti apa yang ada dipikiran gadis dihadapannya ini.

"yah! Apa yang kau pikirkan?! Bodoh! sudahlah.. ayo ikut saja!"

Percayalah, Jisun tidak ada maksud lain -hanya sekedar menarik pergelangan tangan Saerom untuk mengikuti langkahnya.

Dan hal kecil ini, sudah cukup membuat jantung Lee Saerom berdebar semakin kencang.



"HATSYIIII!"

Tidak keburu mengambil tissue, jadilah Gyuri mengelap hidungnya yang basah dengan lengan bajunya. Ah, keterlaluan. Terguyur hujan tigapuluh menit saja, namun sakitnya sampai dua hari.

Mengutuk dirinya, dasar lemah. Bagaimana bisa melindungi Jisunnya kalau dirinya sendiri saja tidak bisa dijaga dari penyakit?

Ibu sudah membawakan bubur sejak pagi, namun rasanya Gyuri tidak selera untuk memakannya.

Terbayang kembali wajah si gadis miliknya. Andai Jisun disini dan merawatnya lagi seperti hari kemarin, rasanya ia akan pulih lebih cepat.



Sementara diseberang sana, kedua gadis itu sampai di kamar mandi usai Jisun mengambil baju gantinya dari kelas. Dan juga, Saerom yang masih mengekorinya dari belakang -tanpa tau apa yang harus dilakukannya.

Jadilah ia hanya berdiri kaku didepan cermin, sedang Jisun mengganti baju di salah satu bilik pada toilet. Mengusak wajahnya kasar - sebenarnya hari ini, atau lebih tepatnya sesaat setelah ia menyaksikan penampilan Jisun di lapangan, ada yang terlintas dipikirannya.

Mengenai hal yang disimpannya sejak lama, bahkan ia sendiri terkadang tidak menyadarinya. Di tiap kali pertemuan keduanya, ada perasaan aneh dalam dirinya. Cukup bodoh, seperti, ingin berada di dekatnya, atau membantunya ketika gadis itu dalam kesuilitan. Atau bahkan hal kecil seperti mengamati bagaimana rambutnya jatuh menutupi sedikit wajahnya - juga pasang matanya.

Tidak, ini terlalu banyak.

Dan dari pemikiran singkat itulah, hari ini, selagi ia masih punya waktu, rasanya Saerom akan membicarakannya.

"Kau kenapa? Melamun.." ah, dia sudah selesai?

"Tidak, kau lama sekali -oh, kukira kau akan pakai baju bebas?"

"Ey, ini kan masih disekolah, mana boleh.." ucap Jisun sambil mengemasi pakaiannya kedalam tas,.

"Setelah ini, kau mau kemana?" tanya gadis Lee tiba-tiba, membuat Jisun menoleh, "memangnya kenapa?"

Sebenarnya setelah acara berakhir, Jisun berniat untuk langsung pergi ke rumah Gyuri. Ia berpikir kalau-kalau kondisi Gyuri memburuk, atau semoga saja tidak. Namun setidaknya ia harus berada disana untuk merawatnya, kan?

"Umm.." Gadis Lee, menelan ludah, "setelah ini, mau antar aku sebentar?"

"Kemana? Kau bicara seperti ini hal darurat- tentu saja boleh,"


Ya, darurat untukku..













To be continued
Coffeeganger
©2019

Popsicles | GyulSun 🚫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang