Sepulang sekolah, rintik hujan tiba-tiba berubah menjadi lebih deras. Keduanya yang tadinya sedang berjalan santai kini berlarian mencari tempat berteduh. Hingga ditemukannya halte yang kosong.
Jisun jadi sibuk mengelap tasnya yang basah menggunakan jaketnya, khawatir air akan merembes membasahi buku-buku didalamnya. Sementara Gyuri duduk menyilangkan kaki, mengamati derasnya hujan yang mengenai pepohonan.
"Kesal, giliran hari ini aku tidak membawa payung, malah hujan!" dengusnya dengan tangan yang masih sibuk mengelap. Gyuri terkekeh, keluhan yang keluar dari bibir gadis itu malah terdengar manis.
"nanti besok-besok aku akan bawa tongkat baseball,"
"Uh? Untuk apa?"
"Akan kupukuli si hujan itu agar kamu tidak kesal lagi," candanya disusul dengan tawa ringan.
Jisun pun tertawa meski sesaat. Gyuri selalu punya kata yang membuat suasana hatinya sedikit membaik. Tapi mungkin kali ini pengaruh cuaca begitu kuat hingga membuatnya terbawa suasana. Ya, mendung.
Dingin, angin yang berhembus sedikit membawa air hujan mengenai wajah Jisun. Gyuri tentu sadar hal itu, kini ia mengubah posisi duduknya hingga menghalangi gadisnya dari cipratan air atas atap di samping.
Namun kali ini, Jisun terlihat tidak senang dengan mengerutkan alisnya.