Square

105 22 4
                                    

Square (Unknown)

With

Dong Sicheng (Winwin)

><><><><><

"Hah sial, kita tersesat."

Kelima pemuda itu menjatuhkan diri diatas tumpukan salju, salah satu diantara mereka merebahkan tubuhnya.

"Minghao, kamu tidak apa-apa?" Sicheng mengusap surai Minghao -wajah pemuda itu terlihat pucat, namun ia mengangguk.

Sicheng melirik ke-tiga temannya yang lain. Mereka terlihat kelelahan, sama sepertinya.

"Sudahku bilang dari awal--"

Atensi ke-empat pemuda ini berpusat pada Hyunbin -yang entah sejak kapan sudah berdiri.

"Aku tidak menyetujui perjalanan ini."

Mingyu mendengus, "Lalu kenapa ikut hah?"

Seokmin mengusap wajahnya, "Sudah! Percuma berdebat, sekarang ayo kita lanjutkan perjalanan kita!"

Sicheng dapat melihat Hyunbin, Mingyu dan Seokmin yang sudah berjalan. Ia menatap Minghao yang memejamkan matanya, pemuda itu terlihat tenang.

Dengan enggan, Sicheng membangunkan pemuda itu namun tak ada pergerakan dari pemuda Xu itu.

Perasaan Sicheng menjadi tidak tenang, ia gelisah. Tangannya meraba dada pemuda itu; tak ada detak jantung.

Wajah Sicheng berubah menjadi pucat pasi, ia memanggil ke-tiga temannya.

"Minghao meninggal."

.

"Ah sial salju-salju ini menganggu pengelihatanku." Keluh Hyunbin.

Mingyu mendelik, sedikit tidak suka dengan si jangkung Kwon yang hanya bisa berteriak dan mengeluh.

Sicheng dan Seokmin berjalan beriringan, pandangan mereka mengedar; berharap menemukan pondok karena sepertinya badai salju akan segera datang.

Sicheng menekik kegirangan ketika ia menemukan sebuah pondok tua, akhirnya mereka semua -bersama Minghao- memasuki pondok itu.

Pondok itu berbentuk persegi dan tidak ada penerang apapun, membuat ruangan itu gelap gulita.

Mereka meletakkan jenazah pemuda Xu di tengah-tengah ruangan dan mulai bercakap-cakap.

"Malam ini pokoknya ga boleh ada yang tidur!"

"Iya, bisa-bisa kalo tidur nanti kita ga bangun lagi haha." Terdengar suara Hyunbin tertawa hambar disela-sela kalimatnya.

Sicheng menompang dagunya, ia sudah mengantuk tapi tetap menyahuti. "Lalu bagaimana caranya? Kalau kita tidak melakukan sesuatu kita pasti akan tidur."

"Aku tau..."

Sicheng mendengar suara -ntah siapa- berbicara, ia sudah terlalu lelah bahkan untuk mengenali suara teman-temannya jadi ia hanya diam untuk mendengarkan usul temannya.

"Kita lakukan suatu permainan saja. Jadi gini kan ruangan ini berbentuk persegi empat, bagaimana jika masing-masing dari kita berempat berdiri di tiap pojok ruangan. Nah, saat permainan dimulai, salah satu dari kita berlari ke pojok ruangan terdekat dan menepuk punggung temannya yang ada di situ. Lalu ia yang ditepuk punggungnya harus berlari lagi untuk menepuk punggung temannya yang ada di pojok terdekat dengannya. Begitu terus hingga kembali ke orang pertama dan diteruskan sampai fajar tiba."

Seseorang berteriak mengiyakan. Sicheng yakin kalau ini Hyunbin, lagipula siapa sih yang senang berteriak dengan semangat selain dia?

Akhirnya mereka melakukan permainan itu. Masing-masing dari mereka berdiri di pojok ruangan. Mereka memberi nama pojok-pojok itu -bermaksud untuk mengetahui dimana teman-teman mereka berada. Dari Hyunbin yang berada di pojok a, lalu Mingyu berada di pojok b, Sicheng berada di pojok c dan terakhir Seokmin di pojok d.

Permainan dimulai. Hyunbin mulai berlari ke Mingyu dan menepuk pundaknya. Kemudian Mingyu langsung berlari dan menepuk pundak Sicheng. Sicheng lalu berlari menepuk pundak Seokmin. Dan begitu seterusnya, mereka melakukan permainan itu hingga mentari menunjukkan cahayanya.

Mereka semua mendesah lega, ruangan ini sekarang tidak gelap lagi.

"Ah aku tau jalan pulang dari sini!" Ujar Seokmin kegirangan.

Mereka mengendong tas mereka masing-masing. Sicheng menatap ruangan persegi ini, ia merasa ada yang tidak beres soal permainannya -dilihat dari bentuk ruangan.

Ia ingat ketika bermain Hyunbin berlari menepuk Mingyu, Mingyu menepuk dirinya, ia menepuk Seokmin. Sampai disini sih tidak ada masalah.

Namun ketika Seokmin berlari ke tempat Hyunbin di pojok a, semestinya tidak ada orang di sana, sebab Hyunbin sudah berada di pojok b. Sehingga Seokmin harus berlari 2 kali agar dapat menepuk pundak Hyunbin.

Namun Sicheng tidak ingat jika Seokmin berlari dua kali karena, sumpah ia ingat dengan jelas ketika ia selesai menepuk Seokmin. Pemuda Lee itu terkekeh sambil berlalu lalu berteriak 'Kena kau' pada orang di pojok a.

Sicheng sadar, seharusnya ini permainan dimainkan oleh lima orang namun mereka memainkannya dengan empat orang.

Seketika ia bergidik ketakutan, maniknya menatap Minghao yang terbujur kaku di tengah ruangan.

Ia menelan salivanya.

Oh ya, mereka memang memang tak bermain berempat. Masih ada Minghao disini.

.
.
.

Urban Legend || NCT, WayVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang