The Vault Room (America)
With
Qian Kun
><><><><><
Kun--- ntah mengapa ia berada disini. Menjadi seorang pengurus makam, sebenarnya ini bukan keinginannya. Namun karena ia membutuhkan uang untuk kuliah -menjadi waiter ternyata kurang untuknya- akhirnya mau tidak mau ia menerima pekerjaan ini.
Sejujurnya Kun sangat takut pada mayat, sungguh. Beruntung pekerjaannya hanya pekerjaan ringan seperti menyapu, memotong rumput dan pekerjaan yang berhubungan dengan mayat itu tugas para pengurus yang lain.
Namun bukan berarti ia tidak berada disekitar mayat, kadang kala ia harus membersihkan ruang bawah tanah dimana banyak peti yang berisi mayat.
Sekedar informasi, beberapa orang kaya biasanya membuat ruangan di bawah ruang tanah untuk menyimpan peti mayat keluarga atau mereka disana -tidak dikubur seperti orang kebanyakan.
Dan sumpah Kun membenci ruang itu, bukan hanya karena penuh mayat, ruang itu minim cahaya dan berdebu. Sialnya hari ini ia ditugaskan untuk membersihkan ruang bawah tanah.
Kun bisa saja menolak, namun bayaran yang diberikan pemilik ruangan begitu menggiyurkan jadi dengan berat hati ia melakukannya.
Saat ia sedang membersihkan papan-papan nama yang ada di ruangan itu, angin kencang bertiup dan menutup pintu kamar bawah tanah itu. Pemuda China itu langsung panik dan berusaha membukanya, namun percuma.
Ia terkunci di ruangan penuh mayat itu.
Kun berteriak -meminta pertolongan, namun sayang tak ada yang mendengarnya. Ia mengerang frustasi.
Pandangannya diedarkan, ia dapat melihat sebuah jendela diatas ruangan, dan itu merupakan sumber cahaya dari ruangan ini.
Senyum Kun mengembang, mungkin bila ia bisa memanjat -jujur jendela itu terlalu tinggi- maka ia akan bisa keluar dari ruangan ini.
Kun kembali melirik ke seluruh ruangan, senyum miringnya terlihat. Mungkin bila ia menumpukkan peti-peti maka ia dapat keluar melalui jendela tersebut.
Akhirnya ia mencoba untuk merealisasikan pikirannya, ditumpuknya peti-peti -yang ternyata ringan- itu hingga dirasa cukup ia mulai memanjat peti-peti tersebut.
Kun merintih, ia merasakan sakit ditumitnya. Mungkin itu kayu dari peti yang menggores kulitnya.
Kun kembali merintih namun ia tetap memanjat meski kakinya terasa neri.
Akhirnya Kun berhasil mencapai jendela dan keluar. Ia berjalan dengan pincang -sumpah kakinya terasa ngilu sekali.
"Apa yang terjadi padamu?"
Kun menoleh, atasannya berjalan menghampirinya. Mau tidak mau Kun menceritakan semua yang terjadi pada sang atasan.
"Lalu kamu kenapa berjalan pincang seperti itu?"
Kun menatap kakinya, "Ah tadi saya tergores kayu."
"Ah mana sini, biar aku lihat."
Kun duduk diatas batu, sang atasan bertumpu untuk memeriksa tumit pemuda itu.
Seketika wajah cerahnya berubah menjadi pucat, takut-takut ia menatap Kun.
"Ini bukan goresan kayu, tapi ini bekas gigitan manusia."
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Urban Legend || NCT, WayV
HorrorKumpulan kisah Urband Legend. Warn : Bahasa semi-baku. Tiap chapter tidak berhubungan.