Pizza
With
Moon Taeil
><><><><><
Taeil memandang kakinya, ia meringis mengingat kecelakaan seminggu yang lalu yang menyebabkan kakinya patah dan ia harus beristirahat selama beberapa hari hingga kondisinya pulih.
Taeil itu tinggal di sebuah apartemen di daerah Gangnam bersama istrinya, namun sekarang istrinya pergi bekerja sehingga tak bisa merawat pria Moon itu.
Awalnya ia merasa bahagia karena bisa bermalas-malasan di rumah, namun lama ke lama ia merasa bosan.
Suatu hari, ia menonton televisi. Ia mendengar suara berlari anak-anak dilantai atas, keningnya berkerut. Seharusnya anak-anak masih berada di sekolah, namun ia mencoba berpikir positif. Mungkin anak-anak itu sedang sakit atau libur.
Esoknya, ia masih mendengar suara lari anak-anak. Dan Taeil masih mencoba untuk berpikir positif.
Ia merasa lapar, namun tadi pagi istrinya tak sempat untuk membuatkan makan siang untuknya. Jadi ia menompang dagu, mungkin beberapa slice pizza dapat membuat perutnya kenyang.
Jadi ia mengambil ponsel dan menekan nomor; menelepon sebuah toko pizza yang membuka layanan pesan antar.
Tak lama kemudian dua kotak pizza datang, Taeil memakan pizza sembari menonton televisi.
Taeil berhenti memakan pizza, ia sudah merasa kenyang dengan memakan satu kotak pizza. Diliriknya satu kotak pizza yang belum disentuhnya.
Ia menimbang-nimbang, istrinya pulang sekitar 5 jam lagi pizza itu tidak akan terasa enak jika harus dimakan ketika istrinya pulang.
Akhirnya ia mencoba berbuat baik dengan membagikan kotak pizza itu ke tetangga di atasnya, bukankah ada anak-anak yang tinggal disana?
Dengan langkah tertatih Taeil berjalan menuju lantai atas, sesekali mengerang kesakitan.
Sesampainya di lantai atas, ia menekan bel. Namun tidak terdengar jawaban. Ia kembali menekan bel, beruntung terdengar jawaban.
"Siapa?" Terdengar suara seorang wanita.
"Tetangga dari lantai bawah." Jawab Taeil dengan nada seramah mungkin.
Pintu terbuka namun hanya sedikit, Taeil mencoba tersenyum begitu melihat wanita paruh baya itu menampakkan kepalanya.
"Ada apa?" Tanya wanita itu.
"Saya memiliki sekotak pizza, mungkin anda mau?" Tawar Taeil.
"Tidak terima kasih." Wanita itu menjawab dengan wajah dingin.
Taeil mengusap tengkuk, "Emmm, mungkin anak-anak anda mau?"
Dapat ia lihat kini ada kepala seorang anak laki-laki dan anak perempuan yang terlihat. Taeil tersenyum kepada dua anak yang ia asumsikan sebagai pembuat suara berlari-lari itu.
"Baiklah kami mau." Wanita itu meraih kotak pizza lalu pintunya ditutup dengan kencang.
Taeil memaksakan senyum dan berbalik, ia-- entah kenapa ia merasa ada yang aneh.
Seluruh bulu kuduknya berdiri, ia merasa mengigil. Ia mempercepat langkahnya tanpa peduli rasa sakitnya.
Wajah ketiga orang itu terngiang-ngiang diingatannya. Wajah mereka mereka membentuk garis.
Taeil menekan tombol lift dan menunggunya untuk datang, ia kembali mengingat wajah mereka.
Membentuk garis vertikal, dari atas ke bawah. Satu wajah di atas wajah yang lain. Taeil rasa itu benar-benar aneh.
Ia kembali menekan tombol lift kembali, namun lift itu tak kunjung datang.
"Ah sial, liftnya lama."
Taeil itu memutuskan menggunakan tangga.
"Wajah tampak berbaris, satu di atas yang lain." Gumam Taeil, "Yang benar saja itu mustahil!"
Taeil melupakan rasa sakit di kakinya ketika ia menapaki tangga dengan langkah panik. Ia mulai menyadari apa yang salah dengan keluarga itu.
Wanita, anak laki-laki dan perempuan itu hanya ada kepalanya, tak ada tubuh.
Sesampainya di kamar, ia langsung menelepon polisi dan menceritakan hal yang baru saja ia alami.
Tak lama, polisi datang untuk memeriksa unit lantai atas, mereka menemukan sesuatu yang mengerikm.
Tubuh wanita dan kedua anaknya terbaring tak berdaya diatas bathtub, kepala mereka tergeletak dilantai dengan darah yang berceceran -menimbulkan bau anyir yang tidak mengenakan.
Mereka juga menemukan seorang pria yang merupakan suami dari wanita itu bersembunyi di dalam lemari pakaian. Ia mengatakan bahwa ia sudah memenggal kepala istri dan anak-anaknya dengan gergaji. Namun ia bersumpah istri dan kedua anak-anaknya masih hidup.
Polisi tentu menganggap pria itu gila karena telah membunuh keluarganya.
Taeil yang juga berada di ruangan itu menangkap ada sesuatu yang aneh. Ia melihat kotak pizzanya tadi berada di meja, tutupnya terbuka memperlihatkan potongan pizza dengan bekas gigitan-gigitan kecil disana dan satu potong pizza terdapat bekas gigitan dengan lipstick menempel disana.
Bulu kuduknya meremang, ia dapat melihat ketiga kepala yang tergeletak itu meliriknya dan menyeringai kearahnya.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Urban Legend || NCT, WayV
HorrorKumpulan kisah Urband Legend. Warn : Bahasa semi-baku. Tiap chapter tidak berhubungan.