L i m a

1K 124 40
                                    

At London eye.

Mustahil orang tak tahu apa itu London Eye. Salah satu icon kota London yang sering di kunjungi. Bahkan malam ini pun London Eye penuh dengan turis maupun warga setempat.

Sehun mengelap lensa kameranya, setelah itu lap tersebut ia masukkan ke dalam tas kamera yang menggantung di bahu kirinya sementara ia siap-siap memoto pemandangan London Eye.

"Sehun, ayo naik London Eye...! Selama sebulan ini kita menemani Chanyeol hyung terlalu lama bahkan hingga hari terakhir sebelum kita pulang ke Korea pun kita belum naik sama sekali, ayo naik mumpung hyung sedang membeli makanan didekat sini."

Iya hari terakhir. Jongin dan Chanyeol sempat berjalan jalan kemaren sementara Sehun sibuk berdiam diri di apartement karena demam secara tiba-tiba. Untungnya hari ini demamnya sudah mendingan dari semalam, walau kurang fit lelaki itu tetap menemani sepupu resenya yang sangat ingin berjalan-jalan ke tempat London Eye.

Sehun mengangguk lalu mengikuti Jongin yang berjalan seolah-olah tahu dimana ia sekarang.

"Antriannya tak begitu panjang, ayo!"

Jongin sudah gila, sudah pasti. Yang benar saja, antriannya itu sangat panjang sekali. Mungkin Jongin perlu di bawa ke dokter mata secepat mungkin.

"Kau gila? Itu bahkan akan memakan waktu lama, Kim Jongin."

Jongin menggeleng, "aniya. London Eye sangat besar bukan? Kapsulnya begitu banyak, aku yakin waktunya takkan lama."

"Whatever."

Mereka pun berbaris di tempat yang sudah di sediakan. Jongin terus sibuk mengambil gambar London Eye dimalam hari.

Harus Sehun akui, London Eye memang terlihat lebih indah di malam hari.

Tapi perempuan yang menghantui Sehun akhir-akhir ini justru lebih indah. Ia tidak menggombal atau semacamnya, ia hanya mengutarakan pendapatnya.

"Jong...sepertinya aku ingin buang air kecil. Sebentar ya, aku ke toilet dulu..."

"Alright, jangan lama dan jangan kencing sembarangan bahaya."

"Iya..."

Sehun pergi menjauhi Jongin sementara Jongin sibuk menunggu gilirannya.

"Eoh, Kim Jong Un?"

"Aniya, Kim Jongin."

"Ah...mianhae. Kau masih ingat aku siapa kan?"

Jongin mengangguk, "Mawar bukan?" Rose tertawa mendengar ucapan lelaki berwajah manis itu. "Ani, Rose."

"Ah, Rose. Maaf," ucapnya lalu tersenyum, Rose akui Jongin memang manis sekali bila tersenyum tak heran Jennie, sahabatnya jatuh hati kepada lelaki di hadapannya.

"Sendirian, ros?"

Rose menggeleng, "tidak. Aku dengan temanku, Jisoo. Ia sedang membeli minuman," ucapnya sementara Jongin ber-oh ria. "Kau sendiri?" Tanya Rose.

"Dengan sepupuku, namanya Sehun. Ia tampan, kau mungkin cocok dengannya."

Rose mengernyit, "eoh sehun? Where's him?"
(Oh sehun? Dia dimana?)

It seems familiar to me..., pikir Rose. Lalu perempuan itu ingat siapa Sehun. Ia menghela napas.

Jongin melihat sekeliling, lalu tersenyum ketika menatap seorang lelaki yang sedang berjalan menuju arah kedua orang itu.

"That's Sehun."
(Itu sehun)

Rose terkejut kala melihat siapa yang di maksud Jongin. "Jongin, i think i left my wallet in my car, see ya later." Rose berlari meninggalkan Jongin yang terheran-heran.
(Jongin, aku rasa aku meninggalkan dompetku di dalam mobil, sampai jumpa lagi)

Sehun berlari ke arah Jongin. "Jongin! That's the girl i told you about. Where's she?"
(Jongin! Itu perempuan yang aku ceritakan padamu, dia dimana?)

"Dia lari...ke arah sana," jawab Jongin.

"Alright thank you, aku traktir kau nanti." Sehun berlari mengejar perempuan berambut Rosegold yang akhir-akhir ini ia cari.

"Aish, it sound pretty bad kalo aku masuk kapsul sendirian," monolog Jongin sembari menatap London Eye dengan tatapan sedih.
(Aish, itu terdengar sangat buruk—)

"Hey, are you from korea?"
(Hai, apakah kamu dari korea?)

Jongin menoleh dan menatap seorang perempuan berambut hitam dan mata monolid yang sedang menatapnya. "Yes i am. Can we speak korean? I'm not really good at english."
(Iya aku. Bisa kita berbicara bahasa korea? Aku tidak begitu pandai berbahasa inggris)

"Alright, of course we can. Kau ingin naik London eye?"
(Baiklah, tentu saja kita bisa.)

Lelaki berambut cokelat itu mengangguk, "i am."
(Iya aku)

"Naik bersamaku saja, kebetulan aku sendiri. And by the way, i'm Kang Seulgi from Seoul."
(Dan ngomong-ngomong, aku Kang Seulgi dari Seoul)

Jongin menjabat tangan perempuan itu, "Kim Jongin, i'm also from Seoul"
(Kim Jongin, aku juga berasal dari Seoul)

Rose meronta-ronta agar tangan kanannya dilepaskan oleh lelaki berambut cokelat. "Let me go, please...?"
(Lepaskan aku, kumohon...?)

"I won't let you go."
(Aku enggak akan ngelepaskan kamu)

Sehun membalikan tubuh Rose. "Kenapa kau menghindar?"

"Not your business."
(Bukan urusanmu)

"Baiklah. Aku kembali ke Korea besok."

Rose mendongak lalu menatap lelaki berpostur tubuh 180-an cm itu. "Aku tahu, tahu dari Jongin."

"Kau kenal Jongin?" Rose mengangguk, "aku kenal, ia mantan dari temanku Jennie." Sehun ber-oh ria. "Ngomong-ngomong kita belum berkenalan secara resmi, aku Oh Sehun."

Rose tersenyum lalu membalas uluran tangan Sehun, "Park Chaeyoung, panggil saja Rose."

Rose tersenyum, "Sehun, ini untukmu..."

Sehun mengambil surat berwarna biru muda. "Kubuka sekarang?" Rose menggeleng, "jangan—uhm...nanti saja."

"Arrasseo. Bersama ku sebentar saja?"

Rose akhirnya mengangguk. "Okay, only tonight."
(Oke, hanya malam ini)

"Tapi...kenapa kau menghindarkanku...?"

Rose menghela napas, "i didn't want to remember you will leave me tomorrow."
(Aku enggak ingin ingat kamu akan meninggalkanku besok)

Just how fast the night changes.

Are you happy now?
Tbc♥️
Sorry kurang yah. I'm not a good writes i think.
Okay have a nice day asek.

-warm love from me

Polaroid | Hunros | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang