Empat Belas

11.2K 493 6
                                    

Gas motor Alzer tertarik tanpa putus, hanya sesekali ketika Alzer menaikan atau menurunkan gigi motornya. Membuat angin malam benar-benar menerpa tubuh kedua makhluk ini dengan kencang.

Rambut Kayla berkibar, membuatnya berantakan tak karuan, pandangannya menyipit karena angin kencang itu membuat kelopak mata Kayla sulit terbuka. Kayla mendumal dalam hati karena Alzer menjalankan motor seakan sedang berlomba kecepatan dengan waktu. Segitu cintanya kamu sama dia?

Ckiiit dugh

Alzer menggerakkan laju motornya ke samping kiri, menarik rem tangannya dengan mendadak membuat ban motor bagian belakangnya sedikit terangkat dan menghasilkan kening Kayla menghantam punggungnya dengan kencang.
Kayla turun dari jok motor. Masih memegangi keningnya yang sempat membentur punggung keras Alzer.

"Sakit." Keluh Kayla.

"Sshhh. Maaf maaf." Alzer mengelus kening Kayla sekilas lalu melangkahkan kakinya dengan cepat, meninggalkan Kayla sendirian di sini. Dimana? Di sebuah rumah sakit. Tentunya ditempat Jessica dirawat.

Kayla ragu untuk masuk mengikuti Alzer. Akhirnya ia berjalan ke arah taman dan duduk sambil memeluk dirinya sendiri. Merasakan angin malam yang begitu kencang.

"Awas aja sampai lama."

Dan ucapannya menjadi kenyataan. Kala menunduk melihat jam tangan dipergelangan kirinya. "Jam 9." ujar gadis itu sekilas menengadahkan wajahnya.

Tadi ia datang ke sini sekitar pukul 7 malam. Sudah 2 jam ia menunggu Alzer sambil mengantuk. Oh lebih tepatnya menunggu Alzer menemui wanita aslinya. Kayla tersenyum miris.

Telapak tangan Kayla secara tidak sadar bergerak memegangi dadanya. Kenapa? Perih. Ada sesuatu yang kini mengikisnya di dalam sana. "Hhhh." Kayla membuang nafasnya perlahan, mencoba mengeringkan rasa perih yang kini menggerogoti dadanya.

Kenapa sakit?

Gue cemburu?
Enggak!

Lalu kenapa sakit?
Entahlah.

Gue suka sama Alzer?
Enggak!

Enggak! Enggak! Enggak!
Kayla menggeleng. Dengan cepat gadis itu kini beranjak dari duduknya. Ingin segera meninggalkan tempat ini, karena ia yakin Alzer juga tidak mengingatnya. Ia yakin Alzer lupa bahwa ia tadi kesini bersama dirinya.

Pukul sepulh malam, Kayla kini berdiri di pinggir rumah sakit. Adakah taxi yang melintas ke sini? Sedari tadi belum ada. Kayla menghentak-hentakkan kakinya. Lama. Sementara angin malam belum bosan sesekali memainkan bulu-bulu tipisnya membuat gadis itu mengeratkan jaket memeluk tubuhnya sendiri.

Pukul 22.30, benarkah Alzer sama sekali tidak mencarinya? Atau menyisakan waktunya untuk khawatir mungkin? Sepertinya tidak. Kayla mulai gelisah, menghentak-hentakkan kakinya lagi, kali ini lebih kencang. Berusaha merontokkan kekesalan yang bergerumul di dadanya. Masih menunggu kendaraan yang melintas di hadapannya. Apapun itu, angkot atau bis pun tidak jadi masalah. Yang penting Kayla bisa sampai di rumahnya saat ini juga.

*******

Kayla mendesah ketika jam istirahat sudah mulai. Ia merenggangkan tangannya ke atas dan bersiap akan keluar mencari makan atau mungkin ke kantin kantor.

Sakit di dadanya semalam sepertinya sudah sedikit menguap. Ia mencoba lupa! Tidak perduli! Karena sama sekali ia tidak ingin mengingat kejadian itu lagi. Semalam ia pulang dengan berjalan kaki dan sampai di rumah pukul 23.00 malam.

Kayla memencet tombol lift, menunggu lift terbuka. Dan ketika lift terbuka, ia jdi sangat menyesal lebih memilih lift daripada turun tangga.

Di dalam sana ada Alzer yang berdiri di jajaran karyawan, tumben sekali dia menaiki lift ini. "Lewati saja, saya mau turun pakai tangga" ucap kayla dan segera berbalik badan.

With You? [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang