Sidang

4.7K 371 30
                                    

Assalamu'alaikum... Sudah lama menunggu? Ada yang rindu Hilya???
.
.
.

Petang menyapa, senja bertandang. Siluet Tuhan memesona mata.

Mencintai itu sebuah perjalanan yang tidak akan ada habisnya. Sebab, manusia memang diciptakan untuk saling mencintai. Dari perjalanan kisah cinta yang tidak tertebak, Hilya dan Rizal sadar bahwa cinta itu sangat unik.

Rizal yang selama ini bertahan dengan cinta dalam diamnya tidak pernah menyangka akan dipersatukan dengan Hilya yang selama ini namanya mengisi doa-doa Rizal.

Pun begitu dengan Hilya yang tidak menyangka akan menikah dengan sosok yang paling tidak dia inginkan menjadi imam dalam hidupnya.

Tapi ternyata, semesta begitu sukses membercandai keduanya. Setelah perjalan panjang, setelah saling melerai ego, setelah Hilya belajar memahami posisinya, mensyukuri keberadaan Rizal sebagai imamnya dan Rizal yang sangat menjaga amanah Tuhan padanya, kini babak baru hidup mereka dimulai.

Setelah perjalan panjang Hilya selama 3 tahun 4 bulan bergelut sebagai seorang mahasiswi, melalui revisi skripsi yang bekali-kali, memainkan perannya sebagai seorang istri, pada akhirnya esok akan menjadi salah satu hari bersejarah dalam hidup Hilya. Besok Hilya akan melangsungkan seminar akhirnya. Mempertahankan hasil penelitian yang sudah ia lakukan selama satu bulan.

Dikamarnya, sejak siang tadi Hilya sudah sangat sibuk mempersiapkan perintilan untuk besok. Bahkan ia jadi lupa masak dan makan siang saking sibuknya, alhasil sepulang dari rumah sakit Rizal bergegas membeli makan sore sekaligus makan malam juga sekaligus makan siang untuk Rizal.

"Duh... Ini kemana sih, hilang kemana lagi. Perasaan tadi baru saja sudah di print. Kenapa bisa hilang coba?"

Entah sudah yang keberapa kalinya Hilya mengeluh. Sejak tadi ada saja barangnya yang hilang. Entah itu terselip, ia lupa menyimpan dimana, bolak balik kamar-perpustakaan. Seketika istana kecil mereka yang biasanya sepi.

"Cari apa dek? Apanya lagi yang hilang sekarang?"

"Label mas, label yang baru saja Hilya print. Perasaan baru saja ditinggal sebentar, sekarang sudah hilang saja"

"Jangan pakai perasaan, pakai perasaannya hanya boleh sama mas saja"

"Iihh maasss!! Hilya lagi ngak becanda!!"

"Sini"

Risal menarik jemari Hilya.

"Jangan marah-marah sayang. Sini peluk dulu istri mas yang suka ngomel ini"

Seketika Rizal menarik Hilya kedalam pelukannya. Memeluknya erat dengan gemas. Hilya yang dipeluk seketika luluh. Mulutnya yang sejak tadi tidak berherti mengeluarkan suara kesal seketika bungkam dalam pelukan kekasih halalnya.

"Kalau marah-marah terus, bisa-bisa besok pas ujian cantiknya luntur"

"Masss"

"Diam dulu, peluk mas dulu. Cari emm?"

"Label yang tadi Hilya print, mau Hilya tempel di map"

"Ya sudah, mas bantu cari yaa. Sekalian bersihkan kekacauan kamar kita"

Mendengar perkataan suaminya, Hilya seketika sadar bahwa kini kamar mereka sudah seperti kapal pecah akibat ulahnya. Pantas saja setiap barang-barang yang ia cari sulit ketemu, jika ada puluhan kertas yang beserakan, pulpen-pulpen yang bercecaran di lantai belum lagi sampah-sampah kertas dan plastik yang menambah kesan jorok.

Menyadari ulahnya, Hilya jadi senyum-senyum sendiri.

Cup!

Sebuah kecupan singkat dipucuk kepala Hilya mendarat dengan mulus.

"Ayo"

Sembari bercanda Rizal membatu Hilya merapikan barang-barangnya, satu persatu benda yang Hilya cari ditemukan ditempat yang tersembunyi. Setelah satu jam, kamar dan ruang perpustakann kembali normal seperti sedia kala. Segala keperluan Hilya untuk besok juga telah siap. Hanya tinggal menyiapkan mental juga berdoa.

"Minum vitaminnya dulu dek"

Rizal menyodorkan segelas air putih dan satu tablet vitamin agar esok Hilya bisa tetap fit.

"Sikat gigi, cuci muka, wudhu, lalu kita tidur"

Selepas membersihkan diri sesuai intruksi suaminya, Hilya terlelap dalam dekapan Rizal walau sempat  mengeluh kembali tentang kegugupannya.

🐣🐣🐣

Hari ini Hilya akan melaksanakan sidang akhirnya. Sejak semalam Hilya sulit tidur, memikirkan setiap kemungkinan yang bisa menyapa hari ini. Beruntungnya Hilya memiliki Rizal yang terus memeluknya, menenangkan fikiran-fikiran buruk yang sempat terlintas diotak kecil Hilya.

Hilya yang saat ini sedang duduk di depan ruang seminar, menunggu giliran sidang tidak henti meremas ujung hijab hitamnya. Hatinya semakin gusar saja, bahkan detak jantungnya menyamai detak detik dijam dinding.

Mas❤
Dek, bismillah... Apapun hasilnya, kamu sudah berusaha. Tunjukkan semua hasil kerja  keras kamu, ingat, hasil tidak akan menghianati usaha. Kamu tahu mas selalu mendoakan kamu. Kamu tahu mas sayang kamu, mas cinta kamu

Pesan yang baru saja mendarat dikotak pesan handphone Hilya seketika menghangatkan hatinya, perlahan degub jantungnya menurun. Tak lagi maraton seperti sebelumnya. Sebuah pesan cinta yang mengutkan Hilya. Seseorang di luar sana sedang menunggunya, mendoakannya dan Hilya berjanji akan membuatnya bangga.

Kini mereka memang tengah dipisahkan oleh sekat ruangan. Hilya disebuah ruang tempat para peserta sidang berkumpul menunggu giliran dan Rizal diruang tunggu, menunggu kekasih halalnya dengan setia. Hari ini Rizal sengaja mengambil izin untuk menemani Hilya berjuang, Rizal ingin Hilya tahu bahwa prioritas utama Rizal hanyalah dirinya. Amanah yang akan Rizal jaga hingga akhir hidupnya.

Cukup lama Hilya berjuang diruang sidang seorang diri, mempertahankan hasil penelitiannya dengan tegas. Detak jam terus bergulir, Rizal menanti dengan sabar. Tidak lupa terus memanjatkan doa untuk kelancaran sidang istrinya.

Pintu ruang sidang terbuka, seseorang memanggil Rizal untuk masuk kedalam. Rizal mengikuti langkah kakinya.

"Anda suaminya?"

Tanya seorang pria berdasi, usianya kira-kira kepala lima.

"Ya, saya suaminya"

"Apa anda yakin istri anda bisa lulus sidang hari ini?"

Sejenak, Rizal melirik kearah istrinya yang sudah meneteskan air matanya entah karena apa. Rizal pernah melalui tahap ini, dimana para penguji mencoba menguji mental dan keyakinan peserta sidang. Rizal memang tidak tahu seperti apa proses sidang berlangsung, tapi Rizal sangat yakin pada bidadarinya.

"Sesuai usahanya yang maksimal, saya yakin hasil tidak akan mengkhianati proses"

Jawabnya tegas.

"Kenapa anda memilih saudari Hilya sebagai istri anda? Sedang saat ini dia masih berstatus mahasiswi bahkan mungkin masih akan tetap menjadi mahasiswi jika gagal di sidang hari ini"

"Karena istri saya wanita yang layak untuk dipilih. Dia istri yang baik tanpa melalaikan kewajibannya sebagai penuntut ilmu. Kalaupun dia gagal hari ini, kesuksesan menantinya di hari esok"

Sejujurnya Rizal tidak mengerti alasan dari pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan padanya. Tapi menjawab pertanyaan mereka juga tak ada salahnya.

"Baiklah, saudari Hilya. Saya selaku moderator hari ini akan membacakan keputusan akhir sidang hari ini. Saudari Hilya, berdasarkan hasil sidang akhir anda dinyatakan...."

🐣
🐣
🐣

Kira-kira Hilya lulus atau tidak?

HilyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang