Dalam insan yang kecewa

74 2 0
                                    

Aku memeluk ibu ku dan menangis sekuat yang aku bisa, laptop yang tadi nya ibu pegang untuk menyelesaikan tugas kerja nya kini ia biarkan menyala begitu saja, ayah yang baru saja pulang merebahkan tubuh nya ke kursi di ruang tamu ia mendengarkan isakku yang tidak berhenti.

"Kenapa sayang? Bicaralah" suara ibuku begitu lembut hingga benar-benar masuk ke dalam batin ku. Ayah hanya diam menunggu aku berbiacara, aku kumpulkan semua nafas agar bisa di dengar dengan lantang apa yang akan aku ungkap kan dan setelah aku mampu maka mulutku pun tak lagi mampu untuk bungkam

"Ibu sufa bu" suaraku begitu lirih, sejenak ibu memandang lalu mulai aku lanjutkan "ia dan ibu nya berjanji akan datang kerumah untk menemui ibu dan ayah tapi sekarang ia pergi bu, aku mendapatkan kabar ibunya sakit dan saat aku tanyai ia justru membentakku ku bu, bahkan ia tidak ingin aku datang menemui ibu nya dan yang lebih parah ia bersama wanita lain menjaga ibunya dirumah sakit" nafas ku semakin sesak sepenggal demi sepenggal kata-kata itu sulit sekali keluar untuk menjelaskan kenapa aku sesakit ini.

"Aku tak pernah memaksa nya untk menemui ibu dan ayah sebelumnya tapi kenapa ia datang dan meminta restu ibu, dan sekarang ia membuang ku begitu saja, apa yang sebenar nya terjadi bu" aku semakin menjadi memeluk ibuku. Ibu hanya diam tidak berbicara ia hanya memandangku dengan tatapan sayu dan ayah, ayah hanya diam mendengarkan.

"Nak, dengarlah ini hanya masalah kecil dari hidup mu, jalan mu masih panjang. Mungkin ia tidak bisa menerima keadaan kita, bisa saja ia menemui ayah dan ibu untk mencari tau kehidupan mu dan setelah ia tau maka ia merasa tidak pantas baginya, mungkin tuhan tidak memberikan ia padamu sekarang, biarkan saja jika memang ia tidak ingin menjelaskan lagi, sudah lah nak ibu sudah sering mengatakan hati-hati jangan begitu menumpahkan benci karna kelak akan menjadi rasa sayang dan jangan pula menumpah sayang kelak kau akan menuai benci" sambil memeluk ibu menenangkan aku. Dan ayah hanya diam tanpa bicara, aku kenal ayah jika ia sudah diam berati kecewa nya sudah dalam.

Perlahan isak tangis ku mulai berhenti aku coba mengingat lagi isi pesan singkat yang membuat hati ku begitu patah "berhenti menghubungi aku dan ibu ku, jika masih mencoba untuk menghubungi ku maka aku akan memblokir kontak mu dari ku dan ibu ku, sebagaimana kau berusaha datang kerumah sakit ini aku pastikan kau tidak akan pernah bisa masuk perlu kau tau ibuku sudah ada yang merawat jadi aku tidak butuh kau" pesan itu merobek-robek hati ku membuat aku berani mengadu pada ibu dan ayah ku menghantam hingga ke ujung hati ku begitu pilu.

Bersamaan dengan pesan itu sebuah pesan gambar masuk ke handphone ku dari sahabat baikku drea, gambar dua pasang kaki di atas kursi roda dan tagar nama di ujung kursi nama wanita lalu kemudian masuk lagi sebuah foto wanita, yah ia yang memiliki kaki itu. Darah ku semakin naik ke puncak ubun-ubun ku bahkan batin ku semakin terasa sesak sangat sesak tangis ku pecah sejadi nya, wanita ini wanita yang mengalihkan nya dari ku, wanita yang merebutnya dari ku, wanita yang menjaga ibunya di tengah mlam wanita yang mungkin lebih mampu membahagiakan ia dari pada aku.

Tiba-tiba fikiran ku buyar saat ayah berkata "sudah jangan menangis, santai saja tak perlu kau hadapi dengan tangis nak, hati ayah terasa sakit mendengar jeritan pilu itu jadi tolong hentikan sejenak" seketika aku diam membisu aku memikirkan apa yang sebenarnya menimpaku, lelaki itu lelaki yang sangat ayah percaya tidak sekali dua ayah banggakan dia di hadapan ku tidak sekali dua ayah bahagia saat aku sebut nama nya, tapi kini ia benar-benar menghancurkan hati ku dan hati orang tua ku, hati ayah ku yang begitu dalam patah bahkan runtuh untuknya benar-benar runtuh.

"Ambillah wudhu lalu tidur lah lupakan semua, ini hanya masalah waktu nak" kata ibu sambil merengkuh tubuh mungilku. Aku kemudian bersandar sejenak di bahunya lalu ku kuat kan kaki ku untuk berdiri ku kuat hati ku untuk bangkit dan aku bangun lalu berjalan ke kamar ku. Aku ingin mengikuti kata ibu ku berwudhu lalu aku tidur melupakan semua kejadian pilu ku malam ini dan mulai berlirih dalam hati ini hanya masalah waktu.

Menjarah Arah HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang