Selasa Awal

25 2 0
                                    

Kita sering kesal karena senin akan dimulai, lalu begitu bahagia untuk menyambut pagi minggu, kadang di hari jum'at smua sudah sibuk menyusun rencana menghabiskan sabtu malam. Lalu bagaimana dengan selasa, rabu dan kamis yang jarang di sepakati kegiatannya? Entah lah, sekarang aku menyukai hari selasa karena suatu moment di dalamnya..

Rasanya selimutku cukup tebal untk menahan rasa dingin, apakah dluar sedang hujan deras? Atau sekarang masih subuh sampai aku merasakan tulang ku seperti ikut membeku. Aku mencoba membuka mata ku dengan paksa, kudapati diri ku melengkung di atas kasur yang ukuran nya cukup besar, berdiri seorang wanita muda dengan rambut panjang terurai, hmm sepertinya itu tante ku yang mengecak tangan pada pinggangnya. Sebuah plastik bertuliskan Alfamart berada di tangan kanan nya, apakah aku ada janji dengan nya hingga pagi begini aku sudah harus dibangun kam secara paksa???

"Tante, ada janji?" Aku bertanya sambil menarik selimut. Wanita itu lalu menjawab dengan kembali menarik selimutku "kenapa? Kakak lupa ini hari selasa? Bukan nya kakak sdah ada janji dengan Sufa untuk.." belum sempat ia menyelesaikan ucapannya aku langsung melihat ponselku ternyata benar dua panggilan tak terjawab dari Sufa, kulihat wattshap nya dia sedang mandi katanya, wah aku harus cepat. Aku bangun dari tempat tidur dan meninggalkan tante ku yang masih berdiri di depan pintu, ia seperti ingin menjelaskan sesuatu dengan ku, tapi nanti saja yah tante ku tersayang ini lebih penting dari semuanya.

Setelah mandi aku membersihkan kamar ku sebentar, aku membuka youtube lalu mendengarkan lagu-lagu yang hits pada zaman ya, dan waktu itu aku sangat menyukai lagu yang sering ia nyanyikan untuk ku lagu memori berkasih, ku ulang-ulang lagu itu sampai aku selesai bersiap, lalu tante ku kembali masuk ke kamar membawa plastik alfamart itu, hhmm sepertinya aku tau maksud dari plastik itu, sebelum ia mulai menggerutu aku sudah lebih dulu menjawab "ia tante, taruh saja di depan pintu luar jangan di tenteng-tenteng, nanti aku pergi plastik berisi lembar kertas itu akan aku buang" jawab ku dengan tersenyum lebar agar luluh hati tanteku. Ia lalu menggeleng kan kepala nya dan keluar membawa plastik itu. Maaf kan aku tante, setelah kemarin aku menulis laporan kuliah lapangan ku dan ternyata semua salah, al hasil jadi lah sampah yang tante ku geram melihat nya tertumpuk di samping pagar. Ah sudah sudah hari ini aku akan bersiap-siap, karena ini adalah hari selasa. Awal dari pertemuan ku dengan ibu nya Sufa, wahh aku sangat takut dan deg-deg an, bagaimana kalau dia tidak menyukai ku. Tapi aku harus tetap optimis. Harusss....

Klakson motor Sufa sudah terdengar, aku lalu berpamitan dengan tante ku dan menaiki motor vario hitam milik Sufa, yah saat ini Sufa lebih sering menggunakan motor vario milik nya dari pada jealing. Padahal sejujurnya aku sangat menyukai motor jealing itu, motor mungil itu sangat nyaman di naiki, belum lagi cerita lucu yang bisa aku dapati dengan motor itu. Ditambah itu adalah motor pertama Sufa menjemputku saat pulang latihan tari malam aku kenal Sufa, tidak ada ikatan waktu itu hanya sekedar teman bicara itu terjadi di tahun 2015 lalu. Bahkan jika ditanya aku masih ingat waktu itu kami memulai hubungan dengan satu tangkai mawar putih dan sebuah balon berwarna pink yang ia berikan padaku. Tepat jam 8 lewat 15 menit di tanggal 5 bulan 5 2015. Aku sangat mengingat detail waktu nya. Begitu lah aku mengingat Sufa bahkan di hubungan lama pun aku mengingat setiap detiknya dengan sangat jelas.

Di atas motor tubuh ku terasa dingin, Sufa mencoba memberi pengertian pada ku bahwa tidak ada yang harus di khwatirkan, ia akan membatu apa pun kendala yang terjadi nanti jika aku takut, begitulah terus ia meyakinkan aku di sepanjang perjalanan yang memakan waktu lebih dari 30 menit itu. Aku menarik nafas dalam, kenapa tidak aku takut ini adalah kali pertama aku bertemu dengan orang tua dari pasangan ku seumur hidup. Sebelumnya hanya kisah cinta yang mengandung bualan saja, bahkan aku lupa kenangan apa yang ada di masa laluku dulu.

Rumah panggun di tepi sungai, dengan berbagai pohon tumbuhan kecil di dalam pagar semin, jumlah tangga rumahnya mungkin ada 5 atau 6 dengan 2 tangga semin selebih nya tangga kayu, sungai batang hari yang besar mengalir dengan kapal di pemberhentian tertentu, udara yang sejuk. Aku menyukai tempat ini, rumah ini smua terasa sangat nyaman. Aku mengingat rumah ku yang berada di desa tidak lah se asri ini, pemukiman nya padat bahkan sungai sangat lah jauh. Sufa membawa aku naik, seorang wanita sedang menyapu dengan menggunakan daster bunga, wajah nya menuai senyum yang sangt damai, tubuhnya berisi tak jauh beda dengan tubuh Sufa, ia mempersilah kan aku masuk. Aku mengambil tangan nya dan memberikan kue yang aku bawa untuknya. Wanita ini adalah ibu dari pria yang sangat aku sayangi, pria yang membuat hariku semakin berisi, dan pria yang menjadikan aku sangat istimewa. Ingin aku ucapkan terimakasih yang besar padanya karena telah melahirkan Sufa untuk ku. Wajah nya teduh, sangat teduh, suara nya lembut dan basah, ia berbicara dengan nada pelan tapi aku masih bisa mendengar nya. Aku malu, aku takut, tapi aku coba untuk menutupi semua dengan senyum ku. Beliau bersama Sufa berjalan ke dapur, aku ingat benar setiap jengkal rumah itu, warna pernak pernik di dlamnya, brapa langkah yang harus aku tempuh untk ke dapur aku sangat mengingatnya. Lalu aku duduk di ruang tengah, aku diam bingung apa yang harus aku katakan nanti.

Sufa meninggalkan aku dan ibunya drumah, ia harus pergi mengajar. Waktu itu pukul menunjukkan pada angka 9.30 pagi, ibu Sufa bertanya banyak hal pada ku dan aku menjawab nya dengan lugas, karena ku fikir wajar saja ia ingin tau siapa aku, itulah yang di ingin kan para ibu di atas dunia yang terbaik untuk anak nya aku sangat memaklumi itu. Setelah berbicara di ruang tengah ibunya memberiku sepasang baju tidur untuk aku gunakan karena ia ingin mengajak ku memasak di dapur, aku menuruti perintahnya. Dan kami mulai pergi ke dapur untuk mengaduk bahan makanan yang ada.

Di dapur ibu Sufa terus menasehati ku, bnyak hal yang ia ajarkan pada ku entah itu tentang memasak, tentang bersabar, tentang agama, atau tentang bagaimana berumah tangga. Aku sangat bahagia karena aku pikir tadi suasana nya akan sangat dingin, tetapi ternyata tidak. Ibu Sufa adalah wanita yang cerdas ia pandai membawa suasana dan aku hanyut dalam suasana nya, aku bahkan menyukai seluruh topik pembicaraan nya. Menurut semua yang ia ucapkan adalah benar, itu pandangan yang tidak salah di mata wanita. Bahkan ia mencerita kan kisah hidupnya pada ku sampai ia bisa menikah, aku bahagia karena ia percaya padaku. Dan untuk selingan tawa ia menambahkan cerita Sufa ketika kecil yang nakal sehingga mengundang tawa ke pada kami. Yah aku menyukai keluarga ini, aku menyukai Ibu Sufa, bahkan tak kan butuh waktu yang lama untuk aku bisa menyanyangi ibunya seperti ibuku. Itu pasti, kelak aku pasti akan merindukan sosok ibu Sufa, perhatiannya padaku, nasihat nya, cerita kiasannya bahkan pelajaran berharga darinya, aku berharap ini akan terus terjadi hingga nanti hingga aku dan Sufa akan tinggal bersama ibunya disini, dirumah ini..

Setelah selesai memasak aku dan ibu Sufa kembali bercerita di ruang tengah, tak lama Sufa dan ayah nya pulang bekerja. Berbeda dengan ibunya ayah Sufa adalah pria yang pendiam tak bnyak bicara, tapi aku tau raut wajah nya menunjukkan bahwa ia adalah orang yang baik dan ramah, aku menyalaminya dan kami makan siang bersama, oh aku sangat bahagia. Ya Allah smoga saja ini tidak akan pernah berakhir selamanya, aku akan menantikan dimana keluarga ku dan Sufa akan makan di atas satu meja yang sama. Yah semoga saja.

Sampai aku pulang suara ibu Sufa terngiang-ngiang dk telinga ku, aku masih tertawa sendiri mengingat kisah yang ia ceritakan, semua nya bahkan sekarang aku masih mengingat setiap huruf yang keluar dari mulut ibu Sufa tak satu pun aku lupa.

Di atas motor Sufa sibuk bertanya apa saja yang aku dan ibunya bicarakan, aku ceritakan semua pada Sufa, ia tersenyum entah hanya menyenangkan aku atau tidak tapi ibunya bilang bahwa ia menyukai aku di pertemuan pertama nya dengan ku. Aku bahagia, tapi aku tahan. Aku malu pada Sufa, nanti ia pasti akan meledek ku jika ia tau aku sangat bahagia, ia itu pasti. Karena tidak ada satu hari pun kami lewati tanpa ledekan Sufa padaku.

Sepanjang perjalanan yang dihiasi hutan dan beberapa sawah, aku kembali mengingat nasihat ibu Sufa yang aku berjanji sepanjang hari bahkan sepanjang waktu akan selalu aku tanam dalam hati ku "nak, berdo'a lah kepada Allah, apa pun itu, apa pun yang kamu inginkan, bahkan meminta kamu berjodoh sekalipun, Allah tau ia pasti akan mengabulkan do'a yang niat nya baik. Niat mu baik ingin berjodoh dengan Sufa, maka teruslah ucapakan itu, sepanjang waktu mu, sepanjang sholatmu, serutin kamu bernafas, jangan pernah putus kan do'a itu, percayalah itu tidak akan pernah sia-sia, sampai tuhan berikan ini milikmu maka ia tidak akan tertukar dengan yang lain, biar sejauh apa ia pergi maka Allah akan bawa ia kembali padamu, percayalah" nasihat lama yang berarti ini akan selalu aku ingat, aku pasti akan mengingatnya bu, maka dari itu tetaplah menjadi ibu untukku, tetaplah ada di sampingku tetaplah bersedia mendengar keluh kesah ku..
selasa ini, selasa yang mengawali perjumpaan kami, selasa yang membibit kasih sayang kami,
Selasa yang merestui perjalanan kami. Aku menyukai mu selasa awalku....

Menjarah Arah HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang