Tak sekecil debu

14 1 0
                                    

Rasa itu tak sekecil debu
Lidah itu lebih kejam dari sembilu
Tatapan itu kosong dan semu
Langkah itu semakin berderu

Kasih itu tak sekecil zarah
Resah itu tak pernah pasrah
Jiwa yang kuat semakin lelah
Hati yang kukuh lalu goyah

Belajar pada api yang besar
Belajar pada air yang berderu
Saat ragamu kian gusar
Maka tubuh mu kian membiru

Sakit itu tak sekecil debu, kecewa itu tak mudah terbang bagai debu, air mata itu tak sedikit debu, yahh tak seperti debu yang terbang kemana ia mau dan kemana angin membawa nya berlalu...

Hidup di mulai hari ini, hidup di mulai detik ini, tenang lah aku kuat, aku pasti kuat, aku akan selalu kuat, aku akan mulai menjawab pertanyaan mereka tentang seberapa kuat nya aku, tentang seberapa tegar nya aku, seberapa aku bisa bertahan di atas beling yang tajam ini, seberapa kaki bisa tidak terbakar oleh bara api yang menyala ini, kalian tinggal lihat dan dengarkan saja semua kisah ku, kisah yang akan aku tulis setiap hrurf dan tanda titik nya.

Mata ku silau oleh cahaya matahari pagi, ah ini adalah hari ke 7 aku bebaring di atas kasur dengan sarapan nasi putih dan air hangat, sungguh hal yang membosan kan, aku mencoba melamun dan berkhayal, kata sebagian orang itu adalah hal yang menyenangkan..

Pikir ku mulai melayang, diriku mulai terbang membawa kedamaian di awan yang terukir di atas kepalaku, seperti nya khayalan ini sudah mulai menjadi..

Tunggu tidak, tunggu dulu, apa ini?? Kenapa aku berkhayal pada kisah ku setahun lalu, kisah di mana hari kelahiran ku tiba, kisah di masa sulit aku ujian akhir karya..

Setiap ruas detik nya aku ingat, ingat sekali tanpa ada satu batu pun yang aku lupakan warna nya, aku sangat ingat setiap jengkal langkah nya, aku sangat ingat berapa tetes air mata ku yang jatuh, yah semua di mulai malam hari itu, malam di mana aku harus meregangkan tubuh dan mengasah otak ku, malam puncak ujian karya ku, yah aku adalah penampil karya kedua, aku harus siaga..

Sore itu, saat semua sudah siap, aku bahkan tidak menelan nasi ku, karena sufa baru saja menelfon dan ia bilang kalo ia sedang di perjalanan ke malang untuk urusan tour milik kakak nya, terang saja aku percaya karena ini bukan kali pertama ia pergi, di saat aku benar" butuh dia sebagai penyemangat ku, sebagai pelepas lelah ku,, tapi aku tidak pernah menuntut untuk ia tetap tinggal aku tau betapa penting nya itu, meski aku berfikir jika tau begini aku akan tunda penampilan ku esok malam asal Sufa dapat melihat nya,,

Malam itu mulai larut, aku mulai gelisah bahkan aku sempat meneteskan air mata ku, seorang sahabat dekat ku Silfra mencoba menghibur dengan banyak hal tetap saja itu tidak mempan bagi ku, aku hanya ingin Sufa berada di samping ku saat ini, menggenggam tangan ku, menatap dalam mata ku, membisikkan di telinga ku bahwa ia akan selalu berada di samping ku, tapi semua harapan ku pupus dengan kepergian Sufa, dengan air mata yang tak dapat aku seka aku terus saja mencoba menahan amarah, kesal, gundah, resah, sedih bahkan iba yang berkecamuk di dada ku, hingga saat penampilan ku tiba aku harus naik ke panggung dengan mulai menghilangkan semua masalah pribadi ku, yah butuh waktu lebih dua puluh menit lalu aku hembuskan nafas dan lirih aku bisik kan "aku siap"...
dengan di awali do'a bersama penari-penari ku semua berjalan sesuai kehendak kami...

Selama pertunjukan berlangsung, lebih dari 15 menit aku menari, tepat di bagian 7 menit terakhir aku terbawa suasana musik, aku dan seluruh penari ku kami menangis begitu saja, mata ku masih liar berharap keajaiban Sufa berdiri di antara banyak orang di dalam satu gedung, karena terlalu gelap aku tidak bisa menemukan nya, terang saja karena memang dia tidak di situ,,,

Setelah tarian berakhir aku masih menangis, aku duduk di belakang panggung sendirian, aku menangis saat melihat seluruh penari ku begitu semangat 4 bulan yang tidak sia sia, aku menangis melihat semangat mereka menggebu, aku menangis saat rasa kami bisa menyatu, aku menangis memingat perjuangan orang tua ku, aku menangis mengingat pengorbanan ku, aku menangis mengingat Sufa yang juga ikut berjuang dalam karya ku.. Sufa dimana kamu,,

Menjarah Arah HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang