4.

27 5 0
                                    

Pagi buta setelah sholat subuh, Shabir mempersiapkan dirinya untuk kembali berangkat kesekolah. Ia selalu merutinkan paginya dengan diiringi dzikir pagi. Ditengah perjalanan, langit tiba tiba menurunkan hujan. Untung saja Shabir sudah menyiapkan payung karena sebelumnya Shabir telah memprediksi. Sampai disebuah warung ia melihat Naila, gadis mulia nan jelita tampak meneduh, menunggu hujan mulai reda. Menyaksikan itu, suara hati Shabir berbisik atas nama kemanusiaan ia menghampiri dan meminjamkannya payung itu.

"Assalamualaikum Naila, Aku pinjamkan payung ini karena kamu seorang wanita. Tidak pantas rasanya seorang wanita menunggu, lekaslah pergi kesekolah dan jangan kecewakan orangtuamu"

"Wa'alaikumussalam..Maaf kak.. ini terlalu merepotkan."

" Terimalah, biarkanlah saya mendapat pahala pada pagi ini. Jangan dihalangi orang yang ingin berbuat baik"

"baiklah, tapi kakak sendiri bagaimana?"

" Saya seorang laki laki, sudah biasa seperti ini." Sambil ia tersenyum dan membanggakan dirinya

"Terimakasih banyak Ka Shabir." Ia pamit dan segera pergi dengan lari.

Akhirnya Shabir tersenyum melihat Naila pergi menjauh menggunakan payungnya. Hatinya kini mulai merdeka kembali. Naila yang terkenal jelita dan baik budi pekertinya telah ia tolong, rasanya pengharapan telah kembali. Shabir akhirnya rela berlari kesekolah dengan basah kuyup yang nyaris sedikit lagi akan terlambat.

Tiba disekolah, rupanya Naila telah menunggunya didepan gerbang sembari memegang payung miliknya.

" Ini kak payungnya". Hanya kata itu saja. Tidak kurang dan tidak lebih. kemudian ia meluncur menuju keteman temannya yang sedari tadi berkumpul dikantin.

Shabir menerimanya dengan senyum saja. Tiba tiba pandangan matanya tertuju pada sebuah kertas yang jatuh dari tas Naila. Shabir mengambil kertas itu lalu mengejar Naila dan memanggil manggil namanya. Diantara perkumpulan itu, Shabir terhenti dan memberikan kertas itu kepada Naila dihapadan teman teman Naila dengan bajunya yang basah kuyup. Sadar betul ia diawasi oleh banyak orang. Shabir langsung pergi ke Masjid sekolah untuk mengeringkan bajunya karena didalamnya juga terdapat basecamp Rohis, basecamp terbaiknya disekolah.

Terbitnya Sebuah HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang