2.

33 5 0
                                    

Rindu terus ia tahan, dari hari ke hari dan sampai tahun ke tahun. Shabir mulai merasakan kebahagiannya yang sempat hilang, Shabir sudah lebih banyak senyumnya dari pada menyendirinya lantaran sedih. Shabir menyambut kebahagian itu dengan senan tiasa bersyukur kepada Allah

Menjelang Adzan subuh akan berkumandang, Shabir dibangunkan dan ibunya memerintahkan untuk ikut ayahnya sholat subuh berjamaah di Masjid.

Sepulang kerumah sebuah kejadian menyedihkan datang.

"Ayahh..? Kemana ibu pergi? Kenapa dia tidak ada di kamar? Ayaah, Ibu dimana?". Begitu cemas Shabir bertanya dan menangis

Ayahnya pun bingung celingak celinguk agaknya ia menyadarkan sesuatu bahwa semua perlengkapan pribadi dan pakaian istrinya dilemari telah kosong hanya sepucuk surat yang terlipat rapi dan bandulan. Dibacanya dengan seksama. Wajahnya telah berubah menjadi orang yang seakan akan kehilangan harapan.

"Ada apa Ayah?"

Terbitnya Sebuah HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang