Dijemurkan seragam itu ketengah tengah lapangan. Ternyata ada seorang adik kelas laki laki menghampirinya dan memberikan surat kepada Shabir. Shabir tampak bingung, kemudian ia menerimanya seraya mengucapkan terimakasih. Hatinya berdebar, Ternyata surat itu ditulis oleh Naila. Dibacanya surat itu dengan gemetar dan panas dingin.
Untuk Kakak Kelas Shabir.
Kak Terimakasih atas pertolongan kakak pagi tadi dan saya meminta maaf atas perkataan teman teman saya tadi. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih dan berharap juga dimaafkan.Naila.
Setelah membaca itu, hati Shabir telah bermekaran ke jiwa dan badan badannya. Ia merasa hari ini adalah hari yang luar biasa. Ternyata pengharapannya telah ada di hati Naila. Shabir akan segera mengambilnya dengan membalas suratnya.
Untuk Naila.
Pengharapanku telah kembali yang ternyata ada dalam dirimu. Ingin aku mengambilnya dengan kamu menjadikanku sebagai teman hidupmu. Biarpun apa kata orang, walaupun aku anak Rohis. Tapi aku ingin mengikat harapanku denganmu. Aku mohon, maukah kamu jadi teman hidupku menggantikan harapanku kepada ibuku yang telah hilang? Aku menunggu balasan.Shabir.
Kaget benar Naila membacanya. Rasanya seluruh tulang dan badannya sudah runtuh. Naila pun mengucapkan Istighfar berkali kali lalu memujiNya. Dituliskan balasan dengan iringan dzikir agar diberikan petunjuk. Perlahan lahan ia tulis dari kata perkata
Untuk Kakak Shabir
Terimakasih atas kepercayaan kakak kepadaku. Kuhargai itu. Akan tetapi, seorang hamba akan terus kecewa apabila ia banyak menaruh harapan kepada manusia. Aku tidak bermaksud sok pintar. Aku sebagaimana yang kakak lihat, hanyalah seorang hamba yang lemah juga. Allah lah yang harus kakak harapkan. Dialah pemilik segala obat dan petunjuk.Aku tau sebab kakak hilang pengharapan karena itulah taruhlah harapan kita kepada Allah bukan kepada sesama kita. Maaf kak Bertaqwalah kita kepada Rabb kita. Saya akan ingat surat ini, jikalau Allah pertemukan kita. Pastilah kita akan berjodoh. Sekarang fokuslah harapan kita kepada Allah.
Naila
Mengalir air mata Shabir membasahi pipinya karena balasannya. Baru kali ini ia memahami sebabnya ia terus merasa malang, bukan karena ia bodoh, bukan juga karena sial. Akan tetapi, karena salahnya ia berharap. Kadang ia berharap orang akan mengasihininya karena nasibnya. Seharusnya ia paham bahwa Allah sangat mencintainya dengan memberikan seorang Ayah yang penyayang, seorang teman yang sering memberi nasehat. Dan cinta kasih sayang seorang ibu yang selalu ia ingat.
Shabir mengambil bandulan berlukisan mekkah itu lalu menciumnya dengan penuh penghayatan. Ia tersenyum, kini ia merasakan adanya ibu disampingnya. Adanya pendorong untuk lebih bersemangat. Diangkat tangannya untuk mendoakan dirinya, teman temannya, dan keluarganya serta Naila seorang.
Dalam kejauhan ternyata Naila memperhatikannya, lalu mendoakan agar dipertemukan dalam kehalalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbitnya Sebuah Harapan
Krótkie OpowiadaniaShabir, seorang pemuda yang dirundung malang mengharapkan secercah cahaya Naila, wanita lugu pemilik harapan cinta namun takut karena Allah. Bagaimana mereka disatukan dalam cinta yang penuh dengan teki teki, Cinta yang hadangi oleh kemalangan, uji...