5.

24 5 0
                                    

" Eheem ciyee ciyee, ada yang kasih surat tuhh, kakak kelas lagi." kata salah seorang teman Naila.

Mendengar itu, Shabir kembali ke perkumpulan itu dengan mengucapkan "maaf" lalu lekas pergi

Sementara Naila masih pada tempatnya

" Apaan? Ini kertas milikku yang tadi jatuh lagian orang semacam dia tidak mungkin mempunyai rasa kepadaku" sontak Naila dengan senyum malu malu.

Shabir khawatir karena bajunya, tapi sesungguhnya dia telah berbunga bunga. Diam diam Shabir telah menaruh harapan kepada Naila. Tanda tanda itu tampak dari wajahnya yang selalu tersenyum. Datanglah Reza teman karibnya semenjak ia bertemu pada acara Rohis perdana. Reza dikenal Shabir sebagai teman yang paling ahli memberikan nasehat. Dengan ahlinya itu, membuat Shabir sangat mudah bergaul dengannya disebabkan keceriaanya

" Assalamualaikum akhi?? Gimana kabar ente akh?"

" Wa'alaikumussalam, Alhamdulillah sehat. Ada apa akhi?"

" Nampaknya bajumu basah, lebih baik antum jemur saja dilapangan. Sini ane jemurin"

"Ah tidak perlu akhi, biar ane aja, tapi ane pinjam baju ente yaa heheheh karena ane engga enak keluar pakai kaos"

"Oh itu mah hal kecil, klo perlu sekalian dengan celana dalam ane" ia tertawa. "Ini pakai aja seragam ane"

Terbitnya Sebuah HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang