[3]

3.5K 478 37
                                    

03:00 AM

Yeji pernah membaca dari salah satu artikel di internet ketika iseng mengetik angka 03:00 pada kolom pencarian browser.

Bermula dari teman-teman sekelasnya yang heboh bercerita tentang misteri jam 03:00, yang disebut-sebut sebagai Witch hour, jam sihir ataupun jam iblis.

Dikatakan Witch hour sendiri karena pada saat itu kegelapan bangkit dari peraduan. Dan pada jam tiga pagi itu pula kekuatan hitam berada pada puncaknya dimana para iblis maupun penyihir mempraktekan ilmu mereka.

Mitos itu sendiri dikisahkan oleh Washington Irving dengan judul The Legend of Sleepy Hollow, mengenai aktivitas yang terjadi pada 'jam hitam' tersebut.

Konon katanya pada jam itu, makhluk supranatural dari dunia lain sedang mencoba berinteraksi dengan manusia. Jam tiga dini hari juga dipercaya bahwa pintu antara dua dunia terbuka.

Yeji memejamkan matanya paksa, menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya dari ujung kaki hingga atas kepala.

Gadis itu tersentak, terbangun dari tidur lelapnya beberapa menit yang lalu. Mencoba untuk menidurkan kembali dirinya, namun rasa kantuk itu hilang seketika. Padahal biasanya ia akan kembali tertidur dengan cepat.

Setengah jam telah berlalu, namun rasa kantuk tak kunjung menyerangnya. Lantas ia menyibak selimut yang sedari tadi menggulungnya sampai kepala, menurunkan benda itu hingga batas leher.

Irisnya melirik ke arah jam dinding berwarna merah yang menggantung disisi kiri tembok bercat biru kamar miliknya. Pukul tiga dinihari. Masih tersisa tiga setengah jam lagi baginya untuk mengistirahatkan diri sebelum bangun untuk pergi ke sekolah seperti biasa.

Mendadak ia jadi teringat artikel yang dibacanya beberapa hari yang lalu. Kata Witch hour terus terputar dalam otaknya. Belum lagi setelah aksinya membaca buku aneh di perpustakaan kota tadi, ia terus merasa ada seseorang yang sedang mengawasi.

Suara detak jarum jam dan lolongan anjing dari gudang tak terpakai yang berjarak sekitar sepuluh meter dari rumahnya terdengar kian jelas di keheningan malam. Semakin memperkeruh keadaan.

Yeji kembali memejamkan kedua matanya paksa. Berharap bisa tertidur kembali dan berharap matanya tidak melihat maupun mendapati sosok apapun di kegelapan kamarnya yang hanya bercahayakan lampu tidur minim penerangan yang diletak diatas nakas.

Haruskah ia pindah ke kamar ayah dan ibunya?

Ah, dia lupa.

Ayah dan ibu tidak ada dirumah. Mereka sedang melakukan perjalanan bisnis.

Menit demi menit telah berlalu.

Suara krasak krusuk dari bawah tempat tidur membuatnya kembali membuka kedua kelopak matanya.

Tubuh berbalut piyama bermotif kotak-kotak itu bangkit dari sisi tempat tidur. Terduduk dengan selimut yang kini telah berada di bawah kaki. Masih dengan badan yang berada di atas ranjang, kepalanya perlahan terjulur turun ragu-ragu guna melihat apa yang terjadi di bawah kolong tempat tidurnya. Sesaat ia menahan nafas.

"Oh ya ampun, astaga Onbu. Kau membuatku takut saja," desah Yeji lega. Menurunkan kedua kaki sepenuhnya memijak lantai.

Setelahnya gadis itu berjongkok, tangannya terjulur meraih kucing rumahan berbulu putih dari kolong tempat tidur untuk dibawa menuju dekapannya.

"Kau ingin tidur denganku ya?" Ucap Yeji, mengelus bulu lebat kucing miliknya.

Onbu, sang kucing menggeram pelan dalam dekapannya.

"Wae?" Heran Yeji. Kembali mengelus bulu lebat nan halusnya. Namun sang kucing masih terus menggeram dengan bulu yang meremang naik ke atas.

Onbu meloncat turun dari dekapannya, berjalan ke arah jendela kamar. Mengaong dengan keras.

Yeji menghampiri onbu, berjalan ke arah jendela. Memperhatikan tingkah aneh kucing peliharaannya yang menurutnya tak biasa.

Tirai jendela yang bergoyang pelan membuat Yeji tersadar bahwa gadis itu belum menutup sempurna jendela kamarnya.

Lantas tangannya bergerak mengunci jendela kaca tersebut. Menyempatkan diri melihat ke sekitar sebelum menutupnya. Lalu meraih kembali onbu ke dalam dekapannya. "Temani aku tidur ya," ucap Yeji, berjalan kembali menuju tempat tidurnya setelah berhasil mengunci jendela dan menutup tirai.

Lagi dan lagi Yeji tidak menyadari akan sepasang mata yang mengawasi dari balik pepohonan.
.
.
.
.
.
.[]

Iya, aku tahu ini gak greget.

So, gimana?

Lanjut?

Devil Beside MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang