[7]

3.6K 450 61
                                    


.
.
.

"K-Kim Taehyung?" cicitnya. Suara Yeji memelan di akhir, nyaris tak terdengar. Detik selanjutnya menatap heran ke arah pemuda berseragam yang berdiri di hadapannya.

"Sedang apa kau disini?" tanyanya kembali. Setelah berhasil mengendalikan diri dari keterkejutannya beberapa sekon yang lalu.

"Oh, hanya berjalan-jalan saja di sekitar sini," balas pemuda itu. Menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. Menarik kedua sudut bibir, menampilkan senyum kotak khas miliknya.

Yeji menganggukan kepalanya percaya kemudian berbalik.

Meskipun mereka sekelas, baik Taehyung maupun Yeji keduanya jarang berkomunikasi. Entah karena Taehyung yang terlalu penutup atau Yeji yang seakan tak peduli pun tak peka pada keadaan sekitarnya.

Tungkai gadis itu kembali melangkah, meninggalkan Taehyung yang masih senantiasa berjalan mengikutinya dari belakang. Berjalan memasuki gang sempit menuju rumahnya.

Keduanya sama-sama terdiam, Yeji tak lagi penasaran apa yang sebenarnya dicari sang pemuda di gang sempit menuju rumahnya. Dan Taehyung, tampaknya pemuda itu juga sama sekali tidak berniat membuka percakapan.

"Han Yeji," panggil Taehyung akhirnya setelah beberapa menit lamanya menghabiskan waktu dalam keheningan.

Laju tungkai Yeji terhenti. Sepersekon setelahnya gadis itu berbalik. Menatap Taehyung dengan sebelah alis terangkat. Namun si pemuda hanya diam, tak kunjung mengeluarkan suara serta beralih memilih menatap ke arah lain.

Yeji mendengus pelan. Apa Kim Taehyung sedang mengerjainya dengan berpura-pura memanggil. Ia kembali berbalik melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Benar kata teman-teman sekelasnya, Kim Taehyung itu memang sedikit aneh.

Taehyung masih setia bungkam. Namun terus mengikuti laju gadis di depannya. Kedua bola matanya bergerak gelisah.

Tepat setelah Yeji berhenti di depan rumah miliknya lalu hendak membuka pagar, secepat itu juga Taehyung berhasil meraih pergelangan tangannya.

"Bisa aku minta tolong padamu?"

Pemuda itu menghampiri Yeji dengan tatapan tak terbaca, sulit ia artikan. Wajahnya mendekat seraya rahang tegas itu bergerak menuju telinga sang gadis, mengikis jarak yang terbentang diantara mereka kemudian berbisik lirih,

"Tolong jangan dekati Jeon Jungkook," bisiknya parau di telinga gadis itu. Suara beratnya nyaris membuat Yeji bergidik. Setelah berkata begitu, dia pergi. Meninggalkan Yeji yang masih termangu di depan pagar rumah.

Entah hanya firasat semata atau apa. Yeji pikir Taehyung dan Jungkook agaknya memiliki hubungan. Mereka punya kesamaan. Sama-sama aneh dan memiliki aura yang sanggup membuatnya meremang.

.................

Waktu bergulir begitu cepat, setiap menit, detik dan sekonnya bagaikan hembusan angin. Sekarang sudah lewat larut malam. Lonceng cinderella juga telah berbunyi sejak tadi. Setiap kepala mungkin sudah terlelap dalam buaian mimpi indah mereka. Akan tetapi hal itu tak berlaku bagi dua pemuda rupawan disana. Sinar rembulan, malam yang dingin serta riak air sungai menjadi saksi bisu konversasi singkat keduanya.

"Bagaimana dengan tugas terakhirmu?" salah seorang dari keduanya bersuara. Pemuda bermata sipit dengan kulit seputih susu memutus pandangan dari pekatnya langit malam.

"Ada suatu hal yang sedikit aneh disini hyung," jawab pribadi satunya lagi tanpa memandang balik sang lawan bicara. Memperhatikan riak air sungai yang berbenturan langsung dengan cahaya bulan di atas sana.

"Maksudmu?"

Jungkook tak menjawab pertanyaan Yoongi, lebih memilih memejamkan mata sembari menikmati melodi yang dihasilkan dari gemerisik air yang mengalir dari sungai di depannya. Namun pikirannya berkelana jauh mengenai malam itu.

Ia ingat jelas bagaimana reaksi asing pada dirinya kala itu. Tubuhnya yang mendadak kaku dalam satu gerakan, dadanya yang terasa begitu sesak serta perasaan bersalah dan ketakutan yang menyelimuti dirinya.

Jungkook menarik nafasnya panjang, kemudian mendongak menoleh ke arah Yoongi dengan tatapan nanar.

"Terkadang aku terlalu takut mendalami pikiranku-" Jungkook menjeda sejenak, kembali menarik nafas dalam. Raut wajahnya mengeras, seakan sedang menahan sesuatu yang bergejolak dari dalam dirinya, "Hyung ingin tahu apa yang terjadi padaku malam itu?"

Yoongi terdiam. Lewat tatapan pemuda di seberangnya, Yoongi tahu pemuda Jeon itu sedang tidak baik-baik saja untuk saat ini. Ia hendak angkat suara sebelum Jungkook menyela seraya berbisik lirih,

"Malam itu aku menangis keras untuk sebuah alasan yang tidak kuketahui sama sekali."
.
.
.
.
.
.

Hmmm Hmmmmm Hmmmmmmm

Juki nangis gengs, kenawhy itu :(
diapain ama yeji ampe ul ul cry cry
yang suka ngaku biniya mana niihhhh!!!

Singkat ya? iya emang sengaja
Muehehe:")

Singkat ya? iya emang sengajaMuehehe:")

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*tertawa evil dipojok kamar bangtan

hayuk ramekan vote dan kolom komentar biar aku semangat update~~

see ya!

see ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Devil Beside MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang