Suara ketukan berulang-ulang yang berasal dari daun pintu berhasil membuatnya membuka kedua matanya. Mengerjap perlahan, menyesuaikan cahaya yang merangsek masuk melalui netranya.
Han Yeji tersentak begitu bangun dari tidurnya, sontak terduduk dengan mata mengedar ke sekeliling.
Ini kamar miliknya.
Siapa yang membawanya kemari? Seingatnya kemarin malam itu-
Apakah hanya mimpi?
Lagi, ketukan dari daun pintu membuatnya menoleh ke sumber suara.
"Yeji-a, sudah bangun?" suara wanita dari balik sana terdengar jelas oleh rungunya.
"Sudah bu," jawabnya cepat, sedikit serak.
Suara pintu terbuka setelahnya, menampilkan sesosok wanita paruh baya berusia sekitar empat puluh tahunan, berdiri diambang pintu kamar Yeji.
"Kapan ibu pulang?" tanya Yeji begitu sang ibu berjalan pelan menghampirinya.
"Pukul sebelas malam tadi," jawab ibunya.
"Maaf ya ibu tidak langsung menghampirimu, Ibu pikir kau sudah tertidur tadi malam. Lagipula rasanya tubuh ibu lelah sekali setelah hampir seharian berada di perjalanan," lanjut ibunya. Duduk di tepi ranjang.
Yeji mengangguk tak masalah, seakan paham kondisi sang ibu.
Pukul sebelas malam ya? Bukannya ia masih berada di gang itu.
"Kenapa?" tanya Han Sora, mendapati anak gadisnya tengah melamun.
"Tidak apa-apa bu," senyum Yeji.
Ibunya mengangguk paham kemudian menilik tubuh anaknya, membuka lebar mulutnya ketika menyadari pakaian yang sedang dipakai oleh sang anak.
"Kenapa tidur memakai seragam huh? Jorok tahu, kau ini anak gadis. Seragammu pasti bau keringat, pasti kau juga tidak mandi atau sekedar mencuci muka kan," omelnya.
Yeji meringis begitu sadar dia memang masih memakai seragam sekolahnya.
"Ah, itu bu. Kemarin sepulang sekolah rasanya lelah sekali, jadi begitu sampai rumah aku langsung tertidur tanpa sempat mengganti baju, ya begitu hehe," jawabnya lugas disertai cengiran pada akhir kalimatnya. Entah mendapat ide darimana kata-kata itu sukses meluncur dari kedua belah bibirnya.
"Dasar kau ini, mentang-mentang ayah dan ibu sedang tidak ada dirumah jadi seenaknya." Han Sora menggelengkan kepalanya.
Wanita paruh baya tersebut bergegas bangkit dari tepi ranjang. Namun lagi-lagi menggeram kesal begitu mendapati keadaan tak lazim anak gadisnya.
"Astaga Yeji! Bahkan kau juga tidak membuka kedua sepatumu, apa kau memang selelah itu huh! Sampai-sampai membuka kedua sepatu saja tidak bisa. Bagaimana bisa kau tertidur pulas dengan keadaan seperti itu," omelnya kembali sembari berkacak pinggang.
Yeji hanya bisa tertawa paksa menanggapi omelan ibunya.
Pikiran dan batinnya tengah berkecamuk mengenai kejadian tadi malam. Mengingat-ingat kembali apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya tadi malam di gang kecil itu. Kenapa sekarang dia bisa berada dalam kamarnya dengan keadaan utuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil Beside Me
FanfictionMereka ada, Bahkan ketika kau tidak melihatnya. Disekitarmu Berdiri mengawasimu Di sudut yang tak dapat kau jangkau. ©2019