Lamunan

23 3 0
                                    

Hari ini rasanya senja tak nampak. Awan hitam tebal merenggutnya dari semesta. Hanya gelap semu yang berdampak. Seolah rintik hujan siap turun beramai untuk berpesta. Eila yang pada umumnya bercengkrama dengan nenek ditaman depan rumah pada waktu Indonesia bagian senja, memilih untuk biasa bercengkrama dikamar nenek, entah untuk saling cerita kemudian terlelap dalam urusan duniawi, atau saling membacakan dongeng dan terlelap dalam alam bawah sadar mereka. Eila telah berjanji untuk selalu menemani nenek dalam porsi waktu yang bisa Dia luangkan sebanyak banyaknya. Begitupun nenek sudah berjanji akan menjadi Ibu sekaligus nenek yang akan selalu ada untuk Eila kapan pun selayak layaknya. Mereka saling berkomitmen hingga kini. Namun sang nenek pun menyadari bahwa seorang remaja perlu keluar untuk mengenal dunia luar, mencari teman sebanyak banyaknya, mendapati pengalaman seduka citanya, mengenal dunia seluas luasnya. Nenek kerap menyuruh Eila untuk bermain dengan teman temannya diluar sana, mencoba mengarahkan bahwa dunia itu luas dan perlu dipelajari oleh pemudi seperti Eila. Menjelaskan bagaimana mendiang Ibu Eila dulu kerap bermain diluar sebagai seorang pecinta alam bersama teman-teman pada jamannya. Ibu nya dulu menjadi orang yang amat ramah dan memiliki ragam teman yang kadang sering bermain atau sekedar menghampiri Ibu Anna untuk mengajaknya keluar entah kemana. Hal hal semacam itu yang membuat pribadi Ibu anna menjadi pribadi yang luwes, penuh wawasan dan kedewasaan yang kadang membuat neneknya kagum berlinang air mata bahagia.

Nenek merebahkan badannya terlentang di tempat tidurnya sementara Eila disampingnya sedang tengkurep sambil membaca buku.

"Gimana tadi dikampus? Menyenangkan?" Tanya nenek.

"Banyak PR nek."

"Baru masuk udah dikasih PR?"

"Iya PR Buat apa saja yang dibawa ospek senin nanti nek. Besok Eila mau nyari barang-barangnya sama kiki."

"Disuruh bawa yang aneh-aneh ngga?"

"Engga terlalu sih nek. Udah ga jaman yang kaya begitu nek."

"Cuma disuruh bahwa kita yang jurusan bahasa mengenakan baju berwarna putih yang sudah kita tulisi dengan kata-kata sendiri dimana menurut kita berarti pula kata-kata itu dan kita bisa menjelaskan bila ditanya penjelasannya. Sedangkan yang kelas seni mereka mengenakan baju putih juga hanya saja mereka bukan dengan tulisan seperti kami nek, melainkan dengan gambar yang mereka sendiri menggambarnya di kaos itu nek. Mereka pun sama harus menjelaskan gambar yang mereka tuangkan di bajunya. Dan juga harus tau apa hakikat makna dalam gambar di baju mereka tersebut. Jadi temanya di fakultas Bahasa dan Seni tentang hitam putih, baju berwarna putih polos yang ditulisi atau digambar dengan tinta hitam nek" Jelas Eila kepada sang Nenek.

"Bagus juga konsep mereka ya. Lalu besok mau cari keperluan untuk kampus bersama kiki?".

"Iya nek besok pagi Eila berangkat ke Yogya sama kiki nek." Jelas Eila lagi.

"Yauda besok hati hati. Lalu kata-kata apa yang hendak ditulis dibaju Eila? Tanya nenek.

"If at now you are nothing. Rest assured that later you will be everything. Jika sekarang kau bukan apa-apa. Yakinlah bahwa nanti kau akan menjadi segalanya. Just trust it. Harus yakin nek, itu yang hendak Eila sampaikan. Bukankah hal yang paling penting dalam hidup adalah mempunyai keyakinan. Karena keyakinan memberi kita kekuatan, keberanian dan harapan" Jelas Eila kepada nenek.

"Bagus Eila kutipan katamu. Kamu akan tulis dalam inggris? Bukannya Eila ambil sastra Indonesia?" Tanya nenek heran.

"Ya Eila tinggal jawab ya karena Eila suka Bahasa Inggris, gapapa kan toh Eila ambil sastra Indonesia hanya sebagai pemuda Indonesia kita harus menjunjung tinggi Bahasa Indonesia. Jelas sudah dalam sumpah pemuda bukan? Tapi sesekali berbahasa Inggris tak apalah nek hehe"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Berakhir Di AwalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang