SATU

26 1 0
                                    

Dear, Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan.

Hai Baal? Ini surat dari aku, penggemar yang diam-diam menginginkanmu.
Yang tak pernah bosan menyebut namamu disetiap do'aku.
Dan dengan terang-terangan memintamu pada Rabbku.
Sebelumnya aku mau minta maaf, aku sangat lancang. Aku sangat terobsesi menjadi wanita pilihanmu.
Walaupun itu sangat mustahil.
Aku tahu namamu, Aku tahu rupamu, aku tau kelebihanmu.
Sedangkan kamu? Mengetahui keberadaanku di dunia ini aja mungkin kamu tidak tahu. Tak apa, itu tak aneh. Aku gadis biasa yang tak banyak dikenal orang.
Tapi, setelah Iqbaal baca surat ini. Semoga Iqbaal tahu bahwa gadis aneh, jelek dan cupu ini ada.
Sejujurnya aku malu mengatakan ini, tapi aku tak pernah berhenti berharap bahwa suratku ini dapat kamu balas.
Terimakasih banyak, Kami semua mencintaimu.

Nashvira meletakan pena yang sedari tadi ia genggam, lalu melipat surat tersebut dan memasukkannya ke dalam tas.
Nantinya ia akan berikan surat itu melalui Varo, sahabat Iqbaal.
Bicara tentang Varo, ia sahabat baik Iqbaal. Namun, mereka semua tidak tahu bahwa Varo ini begitu dekat dengan seleb yang sangat terkenal itu.

Varo datang menghampiri Nashvira yang tengah menyimpan sesuatu ditasnya.

"Vir?"

Nashvira tersenyum lalu menjawab sapaan Varo, "Ada apa?"

"Daritadi gue merhatiin lo kayaknya sibuk banget. Ngapain sih?" Jiwa ingin tahu Varo mulai keluar.

"Ohh nggak kok Var." Jawab Nashvira, sebenarnya ia malu jika harus mengakui bahwa ia ingin menitipkan surat untuk Iqbaal itu kepada Varo.

Handphone Varo berbunyi, pertanda ada panggilan yang masuk, ia langsung mengangkatnya.

"Ya halo Baal?"

"..."

"Kemana? Gue balik sore hari ini. Rapat OSIS dulu."

"..."

"Iya, emang kenapa?"

"..."

"Oke. Samper aja sih. Tapi inget yaaa, lo harus bawa baju lo sendiri. Yakali woy minjem baju gue terus, yang kemarin aja belum lo balikin. Tapi gakpapa lah yang penting baju gue aman dari serangan tikus."

"..."

"Heeuh bye."

"Siapa? Iqbaal?" Tanya Vira santai yang dingguki oleh Varo.

"Oh iya ini ada titipan dari mama, buat calon mantu katanya. Lo makan ya." Varo tersenyum lalu mengacak gemas poni Vira.

"Makasih banyak ya, btw calon mantu darimananya ya? Vira terkekeh.

***

Mobil Iqbaal telah terparkir rapih di pekarangan rumah Varo, ia tak sabar ingin mengacak-acak kamar sahabat karibnya itu.

"Assalamualaikum spada."

"Waalaikumsalam, ayo cepetan masuk." Ucap Varo, Iqbaal tersenyum kearahnya namun tetap dalam posisinya.

"Oh nggak mau? Oke, biar gue tutup lagi pintunya." Varo menutup kembali pintu rumahnya namun langsung ditarik oleh Iqbaal.

"Ngambek lo kayak si Mika tau nggak!" Iqbaal mengejek Varo, dan tanpa berdosa langsung berlari ke arah kamar Varo. Varo tau apa yang akan Iqbaal lakukan di kamarnya.

Iqbaal merebahkan tubuhnya dan menutup matanya. Tangannya ia simpan di bawah kepala sebagai pengganti bantal.

"Capek lo ya?" Tanya Varo, membuat Iqbaal membuka matanya.

"Ya gitu. Gue haus, ambilin minum buat gue." Titah Iqbaal kepada Varo.

Tanpa berbabibubebo Varo mengambilkan minum untuk Iqbaal dan meletakkannya di meja.

"Makasih." Ucap Iqbaal.

Varo membuka aplikasi berwarna hijau tersebut, dan segera mencari kontak yang diberi nama "Nashvira Nazwa Rayshiva."

Nashvira Nazwa Rayshiva

Hai

Vir

Ini gue, Varo.

Ehh iya Var, ada apa?

Lo belum tidur? Gue kira udah.

Gue bete nih.

Bosen.

Belum

Kenapa?

Setan main nyasar kesini.

Maksud lo Iqbaal?

Iya lah siapa lagi.

Vira hanya membaca chat dari Varo, ia tak mau jika jiwa Fangirlnya keluar.

Surat Untuk IqbaalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang