EMPAT

15 1 0
                                    

Sudah dua hari Vira tidak sekolah karena sakit. Varo mendadak menjadi cowok yang uring-uringan seperti anak kecil yang tidak diberi uang sama emaknya.

"Lo kenapa sih?" Tanya Karel.

"Kepo!" Sahut Varo.

"Lo kangen Vira?" Tanya Karel yang dibalas anggukan oleh Varo.

Karel tertawa, hanya karena merindukan seseorang. Varo yang terkenal cool ini medadak jadi bucin.

"Gue mau ke lapangan, mau ikut gak lo?"

"Males gue." Jawab Varo malas.

Karel meninggalkan Varo, kemudian datang kembaran Karel yang selalu mengejar cinta Varo, meski sudah Varo tolak. Dia adalah Charellia Salshabilla Lee.

"Eh Varo." Sapanya.

Varo memicingkan matanya, ia malas jika harus berurusan dengan saudara kembar partner basketnya ini.

Charellia tersenyum lalu duduk di samping Varo. "Gatel amat jadi cewek, belum juga gue izinin dia duduk disini tapi udah main duduk aja. Perlu gue garuk pake 100 jarum suntik kayaknya!" batin Varo.

"Kok diem aja sih? Ga seneng gitu ditemenin cewek cantik kayak aku ini?" Ucap Charellia seraya memainkan rambutnya.

"Berisik lo! Minggir gue mau ke kantin!" Varo berdiri lalu meninggalkan Charellia seorang diri.

Charellia berdecak sebal, selalu saja Varo bersikap seperti ini kepadanya. Sebenarnya kurang apa sih? Cantik? Banget. Body goals? Iya. Kaya raya? Pasti. Hitz? Apalagi. Dasar aneh!

***

"Halo Baal?"

"..."

"Lo lagi sibuk nggak?"

"..."

"Lo bisa nggak temenin gue sekarang?"

"..."

"Jengukin calon mantu emak bapak gue lah."

"..."

"Bacot lo!"

"..."

"Ya. Cepet. Gue tunggu."

Sambungan telefon ditutup sepihak oleh Varo. Jika diteruskan, Iqbaal akan berkicau sepanjang masa. Ia bosan mendengar cuitan sahabatnya itu.

Tak lama kemudian terdengar suara mobil di depan rumah Varo, kemungkinan itu adalah Iqbaal.
Varo segera menuruni anak tangga dan berlari kecil membuka pintu, untuk memastikan bahwa yang datang adalah Iqbaal.

Iqbaal turun dari mobilnya dan melambaikan tangan ke arah Varo yang saat itu masih berdiri di tengah pintu rumah.

"Bentar Baal, gue ganti baju dulu." Teriak Varo, padahal Iqbaal ada di depannya.

"Please lah Var kuping gue masih normal." Iqbaal tak terima.

Kini penampilan Varo sudah terlihat sangat oke. Lihat saja bahkan jambulnya yang tadi lepek pun kini berubah menjadi rapih dan tampak menawan.

"Udah?" Tanya Iqbaal santai.

"Siap lah." Sahut Varo.

Surat Untuk IqbaalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang