ENAM

4 0 0
                                    

"Mood lo seketika ningkat drastis ya kalau abis bully anak orang." Ucap Chinta santai.

"Udah berapa lama sih lo temenan sama gue? Kayak gak tau gue aja lo." Ucap Celine sembari memainkan ponselnya.

Tiba-tiba Cassie berteriak saat melihat sesuatu diponselnya.

"Foto si cupu itu udah viral guys." Teriak Cassie.

Celine terbelalak, itu artinya ia akan bermasalah dengan pujaan hatinya, Varo. Namun Celine tetaplah Celine. Ia tidak takut dengan apapun kecuali pada sang pencipta dan kecoa.

"Berisik lo!" Sahut Celine.

Cassie nyengir kuda, lalu segera menaruh ponselnya pada meja.

"Sorry." Ucap Cassie sembari menjatuhkan bokongnya.

"Cel?"

"Apaan?" Sahut Celine, namun matanya masih tertuju pada ponsel yang dipegangnya.

"Lo ga takut kalau harus berurusan sama Varo?" Tanya Chinta hati-hati.

"Gue ga pernah takut. Tolong ingat itu!" Celine melotot, kemudian ia pergi meninggalkan kedua sahabatnya.

"Cel, dengerin gue sebentar!"

Celine menoleh, ia mengangkat satu alisnya mengisyaratkan "ada apa lagi?"

"Ini menyangkut harga diri lo. Kayaknya yang diomongin Varo kemarin-kemarin itu serius." Jelas Chinta.

Celine menyeringai, sudah ia katakan kalau dirinya itu tidak pernah takut dengan ancaman Varo.
Sedetik kemudian ia berlalu gitu saja, tanpa mengajak kedua dayangnya.

"Woy tunggu gue!" Cassie beranjak dari tempatnya namun langsung dicegah oleh Chinta.

"Biarin dia sendiri dulu." Ucap Chinta. Kening Cassie mengerut, ia meminta penjelasan dari Chinta.

"Biar dia nyerna apa yang dibilang Varo hari lalu. Ini menyangkut rahasia terbesarnya!" Jelas Chinta, kemudian ia berlari entah kemana.

Cassie tak sepenuhnya paham atas apa yang diucapkan Chinta, namun ada benarnya juga. Ia merasa kasihan jika nanti rahasia Celine menjadi konsumsi publik.

***

Varo memasangkan earphone pada kedua telinganya, musik yang mengalun merdu membuat ia reflek menggelengkan kepala dan ikut bernyanyi.

Oh Tuhan ku cinta dia
Ku sayang dia
Rindu dia
Inginkan dia
Utuhkan lah rasa cinta di hatiku,
Hanya padanya, untuk dia.

Tiba-tiba Celine datang menemui Varo, tanpa babibu ia langsung duduk di sebelah Varo.

"Varo."

Mata Varo terpejam menikmati lagu dari penyanyi asal pangandaran tersebut, hingga ia tak menyadari bahwa ada iblis di sampingnya.

"Varo!" Ucap Celine sekali lagi, namun
Varo tak kunjung mengetahui keberadaannya. Sehingga membuat Celine nekat mencabut earphone yang tengah dipakai oleh Varo. Varo terperanjat atas apa yang dilakukan Celine tersebut.

"Ngapain lo disini?!" Tanya Varo sinis.

"Nemenin pacar gue lah." Jawab Celine santai.

Varo mendelik, "anjing! Dasar lo iblis!" Umpatnya.

"Mau kemana lo?" Tanya Celine saat melihat Varo beranjak dari kursinya.

"Bukan urusan lo!"

"Denger ya! Suatu saat nanti gue pasti bisa dapetin lo Varo!" Ucap Celine sembari menyeimbangi langkah Varo.

"Mustahil."

Chinta melihat Celine dan Varo dari kejauhan, ia menghembuskan nafasnya gusar.

"Harusnya perkataan Varo kemarin ito lo cerna Cel. Itu yang akan menjadi bumerang buat lo sendiri." Batin Chinta.

"Hei kok melamun sih." Ucap Vira yang tiba-tiba muncul sembari menepuk pundak Chinta pelan.

Chinta terkejut dan menoleh, ternyata itu Vira. Mantan sahabatnya.

"Eh nggak kok Vir." Ucap Chinta lalu ia melangkahkan kakinya untuk menghindari Vira.

Vira menggelengkan kepalanya pelan, "asal lo tahu, kalau lo masih gue anggap sebagai sahabat baik gue Chin." Ucap Vira, tak terasa air matanya lolos begitu saja saat mengingat Chinta, yang dulu sahabat terbaiknya.

Vee menghampiri Vira yang terlihat sedang sedih.

"Kangen Chinta?" Tanya Vee.

"Ya gitu lah." Jawab Vira.

"Gue juga. Tapi mau gimana lagi? Dia sendiri yang minta buat mengakhiri persahabatan ini." Ucap Vee santai namun tetap terlihat kekecewaan diwajahnya.





Surat Untuk IqbaalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang