TUJUH

8 0 0
                                    

Flashback.

Dulu persahabatan mereka baik-baik saja. Seluruh masalah ia selesaikan bersama-sama. Hingga satu kejadian terjadi, sehingga membuat salah satunya mundur, bahkan menyisakan dendam.

"Ini semua gara-gara lo!" Bentak Chinta dengan sorot penuh kebencian.

Vira tak mampu berkata apa-apa. Ia menundukkan kepalanya tak sanggup menatap mata Chinta yang tengah amarah.

"Chin udah! Ini semua kehendak Tuhan, lo nggak bisa seenaknya menyalahkan Vira." Ujar Vee.

Chinta tertawa geli mendengar apa yang diucapkan oleh Vee. "Kalau aja Vira nolak ajakan Azka, Azka nggak mungkin meninggal!" Chinta meninggikan suaranya.

Mendengar hal tersebut membuat air mata Vira semakin deras, namun segera ditenangkan oleh Vee.

"Jangan nyalahin diri lo sendiri Vir, ini udah jadi kehendak Tuhan. Lo tau itu kan?" Ucap Vee.

"Dasar murahan! Azka itu pacar gue Nashvira Nazwa Rayshiva, dan lo penyebab kematiannya!" Chinta menekankan kalimat yang diucapkannya.

"Maafin gue Chin. Benar apa yang lo bilang, semua ini gara-gara gue. Andai aja gue nolak ajakan Azka waktu itu, mungkin semuanya nggak mungkin kayak gini." Ucap Vira, air matanya mengalir deras membasahi pipi mulusnya.

"Mulai saat ini gue nggak mau jadi sahabat lo lagi!"

Luka itu semakin bertambah dihati Vira, bagaimana mungkin persahabatan yang mereka jalin berakhir begitu saja.

"Ta-tapi Chin." Vira berusaha mengejar Chinta, namun dicegah oleh Vee.

***

"Kadang gue ngerasa bersalah sama Chinta, Vee." Vira menatap Vee dengan tatapan sendu.

"Nggak ada yang perlu lo sesali. Yang bernyawa itu pasti akan mati." Tutur Vee

Vira mengangguk mengerti. Namun didasar hatinya rasa bersalah kepada Chinta masih tersimpan rapih.

"Gara-gara gue, persahabatan kita hancur." Air mata Vira berhasil lolos, namun segera ia seka.

"Mending lo ikut gue ke kantin."

Dengan malas Vira beranjak dari kursinya dan mengikuti Vee dari belakang.
Suasana kantin saat ini cukup sepi, tak terlalu ramai seperti biasanya.

"Tumben sepih." Komentar Vira

"Serba salah kayak Raisa. Biar gue aja yang pesanin lo duduk disitu." Titah Vee.

Makanan yang dipesan sudah datang, Vira meraih sepiring nasi goreng kesukaannya dan satu gelas es teh manis.

"Lo tau nggak kalau peringatan hari bahasa nanti sekolah kita akan kedatangan siapa?"

Vira menggeleng pelan tanda tak tahu.

"Iqbaal." Ucap Vee antusias.

Keduanya memang sangat mengidolakan artis muda bertalenta tersebut.

Mata Vira berbinar, demi apa ini?

"Nggak bohong kan lo?"

"Gak lihat postingan terbaru dia di instagram lo ya?"

"Ya mana gue tau, punya kuota aja nggak."

"Sobat missqueen."

Vira menoyor kepala Vee, Vee yang tidak terima kembali menoyor kepala Vira, hingga Vira mengaduh.

"Kira-kira dia kesini sama bule itu nggak ya?" Tanya Vira malas.

"Kalau emang datengnya berdua, gue pisahin tuh nanti."

Vira terus mengunyah nasi gorengnya, ia tak mau lagi membahas masalah ini. Ai ceuk sunda na mah kumaha engke wae.











Surat Untuk IqbaalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang